Pages

Saturday, March 31, 2012

Kapal Nelayan di laut biru

Pasar ikan di tepi pantai menyajikan ikan yang segar kepada pembeli.
Lihatlah betapa indahnya pemandangan di tepi pantai, dimana hasil tangkapan bisa langsung diperdagangkan.










Pasar Ikan Tepi Pantai

Yang murah di Ende adalah ikan...
Mau tahu hasil tangkapan yang di pajang di pasar?



Pasar ikan tepi pantai








Warna-Warni Pasar Mbungawani

Kalau melihat sajian makanan yang kami santap setiap hari.... bagaimana pasarnya ya??
Mari... aku ajak jalan-jalan ke pasar ya...
Pasar Mbungawani

aneka sayuran

penuh warna

penuh warna

ikan asin

cabe mini super pedas

garam

Sarapan berat...

Bagi orang yang jarang sarapan seperti aku, sarapan dengan nasi terlalu berat buatku. Tapi, tinggal di Ende-Flores untuk beberapa minggu membuatku ikut kebiasaan untuk makan nasi 3 kali sehari.
Beruntung sekali sajian lauknya sehat dan berserat, sehingga memudahkan untuk mengontrol berat badan.
Hidup sehat itu yang penting... dan tentu saja bersyukur karena masih bisa menikmati makanan lezat 3 kali sehari.
nasi merah

Ca Sawi

Ikan bumbu pedas

rumpu rampe

soup ikan

tahu dan tempe

Kelapa Ini..... milikku!!

Kalau tanaman tumbuh begitu saja di atas tanah yang tidak jelas milik siapa, juga tidak tahu siapa yang menanamnya, bisa kita claim menjadi milik bersama. Anggap saja berkah dari Tuhan. Dan siapapun boleh memilikinya.
Pohon kelapa banyak tumbuh di daerah kecamatan Ndona di Ende.
Siapa pemiliknya? alam semesta yang Maha Murah.

Buah kelapa akan menjadi milik seseorang ketika buah tersebut sudah dipetik. Kesepakatan bersama antar mereka adalah ketika buah kelapa sudah dipetik dan disusun bertumpuk ke atas, itu berarti sudah menjadi milik seseorang. Kalau ada orang yang mengambilnya, itu berarti mencuri!

Bapak mengajak kami berjalan-jalan pagi itu dan bercerita, bahwa penduduk didaerah itu, mengolah kelapa untuk dijadikan kopra. Kelapa yang sudah dipetik, oleh pemiliknya akan disusun bertumpuk. Dan orang akan tahu bahwa tak seorang pun boleh mengambilnya.

Oleh pemiliknya, kelapa tersebut di pecah menjadi dua dan dikeringkan menjadi kopra.
Batoknya, juga dikeringkan untuk dijadikan pengganti kayu bakar. Batok kelapa ini dikenal awet kalau dibakar.
Dalam kesederhanaan hidup mereka, kesepakatan bersama, kejujuran menjadi pegangan dalam berelasi dengan orang lain.


Pesan yang aku dapatkan dari pengalaman pagi ini:
Kalau ingin mendapatkan sesuatu, berusahalah.... kalau mau kelapa, ambilah di pohon...orang yang malas... makan keringat orang lain.

Mintalah... maka kamu akan diberi
Ketuklah... maka kamu akan dibukakan
Carilah... maka kamu akan menemukan

Friday, March 30, 2012

Jemari Menari-nari

Siang itu, ibu Fatima, tetangga sebelah mulai menenun kain. Bergegas aku kesana untuk melihat. Dia duduk di atas tikar di halaman rumahnya. Tubuhnya terikat lekat dengan alat tenun yang sederhana.
Aku terkesima melihat jemarinya dengan trampil dan luwes, menyusun setiap benang dan menekannya dengan kayu, supaya tertata kuat dan rapat.
Walaupun sambil menanggapi setiap pertanyaanku, dia tetap saja menenun, seakan jari-jarinya memiliki mata yang bisa melihat apa yang harus dikerjakan. Padahal begitu banyak langkah yang harus dijalankan, supaya setiap benang bisa terkait dengan indah, membentuk motif seperti yang diinginkan.

Tergoda melihat cara dia yang begitu mudah dan lancar, aku ingin mencobanya. Ibu Fatima dengan ramah dan lapang dada, membantuku menempatkan diri dibawah alat tenun dan mengikat tubuhku dengan kuat, hingga seakan-akan aku menyatu dengan alat tenun.
Tapi rasanya memang menjadi lebih nyaman dan aku siap mencoba....

Seperti yang kubayangkan.... ternyata amat sangat tidak mudah!!..
Banyaknya langkah yang harus kuingat membuat aku benar-benar seperti anak kecil yang dituntun untuk berjalan. Belum lagi bentangan panjang tali yang sudah mengalami proses beberapa kali hingga siap ditenun, membuat aku takut membuat kesalahan. Pasti akan merepotkan ibu Fatima.
Akhirnya aku menyerah! "ibu... saya tidak sanggup.." dan dia tertawa melihat aku dengan sangat canggung melepaskan diri dari ikatan dengan alat tenun.

Ketika kain tenun sudah jadi, kita hanya bisa mengagumi keindahannya. Kita tidak bisa membayangkan bagaimana kain tenun yang indah, awalnya hanya segulung benang putih yang sama sekali tidak menarik. Segulung benang putih sutera tersebut, ketika sudah diwarnai kuning, kemudian dengan alat sederhana di urai menjadi bentangan benang yang berjajar selebar kain yang ingin ditenun. Barulah motif dibuat dengan cara mengikatnya. Apabila benang tersebut diberi warna, maka bagian yang tetutup benang masih memiliki warna aslinya. Demikianlah motif tersebut dibuat. Setelah semua warna masuk, barulah ditenun dengan menyisipkan benang dasar, yang biasanya berwarna hitam. Supaya benang yang tadi diberi warna menghasilkan motif yang indah.
benang yang diikat unt membuat motif

motif yg dihasilkan

kain tenun yang sudah selesai
 Ibu Fatima, dalam keterbatasannya, hanya mampu menenun 1 buah selama 3 bulan. Harganya berkisar 500 ribu, sampai dengan 2 juta. Tenunan dengan warna yang dibuat dari akar mengkudu, hasilnya lebih bagus. Semakin lama disimpan, warnanya semakin hidup.

Kesuksesan dinilai dari keberhasilan seseorang menyelesaikan tugasnya. Karena untuk mencapainya dibutuhkan ketekunan, kesabaran, keyakinan dan ketulusan untuk membuat karya yang terbaik yang mampu kita hasilkan.

Thursday, March 29, 2012

"Titip salam yaaa...."

Kalau kita mendapat titipan salam, pasti senang. Karena kita pasti diingat.
Baru sehari di Ende, aku sudah bertemu dengan banyak saudara. Seluruh keluarga disini aku kenal sejak lebih dari 25 tahun. Dari anak pertamaku baru berusia 2 tahun, sedangkan putra-putri bapak lulus SMA dan melanjutkan kuliah di Jogya. Karena rumah kami satu perumahan, maka kami mengenal satu dengan yang lain.
Salah seorang dari mereka bercerita bahwa ada seorang ibu yang tinggal di perumahan di Jogja, sudah tua, tapi masih mengingat mereka dan selalu menitipkan salam.... senangnya... masih diingat!...

Tapi, hati-hati kalau mendapatkan titipan salam di Ende. Jangan senang dan bangga karena diingat...
Ada seseorang yang sering meminjamkan uang ke relasinya. Cara dia menagih hutang sangat unik.
Misalnya yang berhutang ke dia adalah si A.
Kalu dia tahu kita mengenal si A, maka dia, si pemberi pinjaman ini akan berkata begini,
"kenal si A ya... titip salam yaaaa...." dan itu berarti ada maksud tersembunyi yang harus disampaikan ke si A... yaitu "jangan lupa hutangmu dilunasi yaaaa...." unik khan...
Nah.. lama-lama cara ini diketahui banyak orang. Sangat manjur bagi peminjam yang pemalu atau tidak enak hati. Karena kalau sudah mendapat titipan salam, itu berarti bisa seluruh Ende tahu kalau dia punya hutang dan belum dibayar...!

Hhhhhmmm harus hati-hati kalau di Ende... jangan titip salam!

Wednesday, March 28, 2012

"nona siapa?...."

Aduuuuhh... bapak.... tak bela-belain naik baling-baling sampai ke Ende, kok komentarnya "nona siapa?", dengan beberapa detik menatapku.... setelah putrinya bilang "bapak ini bagaimana, tadi ditunggu-tunggu... ini mbak Lilik dari Jogja", bapak masih tetap menatapku sedikit bingung....
Hhhhhmmmm... dari pada bengong, langsung saja aku mendekat dan memberikan salam dan mencium kedua pipinya.
Bapak yang membuat aku ingin ke Ende. Dan bapak pula yang membuatku bisa datang ke Ende. Hanya dengan menyodorkan booking number ticket di bandara, sampailah aku disini.
Aku mengenal bapak dan seluruh keluarganya 25 tahun lalu. Putra-putrinya baru lulus SMA, dan melanjutkan kuliah di UGM Jogjakarta. Kami satu perumahan. Putra putri bapak ini sering bermain ke rumah, sambil bermain dengan anak-anakku, yang keduanya masih balita.
Setiap bapak ulang tahun, beliau selalu mengundangku ke Ende. Tapi, rasanya tidak mungkin memenuhi undangan beliau karena aku bekerja dan anak-anak masih kecil, dan setiap tahun berlalu...
Suatu hari, ketika bapak berkunjung ke Jogja menengok anak-anaknya, kami diajak makan bersama di restoran, dan beliau mengundang kami ke ulangtahunnya tahun depan!... maksudnya supaya kami sungguh mempersiapkan diri untuk datang ke Ende.
Bahkan kelonggaran waktu yang setahun pun tidak berhasil kami penuhi.

Hingga suatu hari ibu sakit, dan harus di tinggal di Jogja selama setahun. Barulah aku bisa menghadiri ulang tahun ibu dan bapak, karena diadakan di Jogja. Saat itu aku bilang,
"bapak ni... saya selalu tidak berhasil datang ke Ende untuk ulang tahun bapak, sekarang ulang tahunnya malah di Jogja"... bapak tertawa,
"tahun depan ke Ende ya..."
Sayang sekali lagi tahun berikutnya, kemungkinan ke Ende justru semakin tipis, karena Merapi meletus, dan kami harus menata hidup kembali...
Tahun ini, bapak merayakan ulang tahun ke 75. Pesta akan diadakan untuk menghormati beliau yang berjasa besar di dunia pendidikan. Beliau adalah pendiri Universitas Flores, yang memberikan kemungkinan bagi anak-anak bangsa di daerah Flores untuk mengenyam pendidikan tinggi, tanpa harus mengirim anak-anak mereka ke Jawa.
Semua indah pada waktunya. Disaat aku memiliki waktu yang leluasa untuk pergi, ada acara besar yang tidak boleh aku lewatkan. Dan booking number yang kuterima lewat sms... akhirnya membawaku kesini, ke Ende... semua menyambutku gembira...
"akhirnya ya mbak..... sampai juga ke Ende...." bapak dengan suara keras dan berat berteriak
"sudah sana, tidak usah menulis... pergi keliling flores...!!!"
Lhoh... bapak ini bagaimana???

Perjalanan Doos Bunga Plastik

Doos bunga plastik
Perjalananku ke Ende-Flores, tidak akan menarik kalau tidak dikaitkan dengan sebuah doos besar isi bunga plastik. Doos "wooow"... yang besarnya kurang lebih 70 cm2. Perjalananku dimulai dari Jogjakarta-Surabaya-Denpasar-Labuan Bajo-Ende. Perjalanan panjang yang memakan waktu 24 jam, karena harus menginap di Surabaya dan juga transit di Denpasar.

Karena kehabisan tiket kereta, sementara travel tidak bisa dipastikan kedatangannya ke bandara Juanda-Surabaya tepat waktu, maka aku memutuskan untuk berangkat naik pesawat ke Surabaya.
Sehari sebelumnya, putri bapak yang di Ende, menelpon, untuk menitipkan paket yang semestinya mau dikirim lewat paket dari Jogja, tapi dibatalkan karena takut sampai di Ende terlambat. Karena pentingnya titipan tersebut (bunga untuk menghias pesta syukur-75 tahun Bapak Gadi Djou di Ende), maka aku menyetujuinya.
Keesokan harinya, koperku masih ku buka, karena beratnya masih cukup kalau mau ditambah titipan tersebut. Lumayang bisa mengurangi biaya over weight.
Supaya bisa memperkirakan seberapa besar titipan tersebut aku telpon untuk mencari informasi
"berapa kira-kira beratnya?" tanyaku
"beratnya sih gak seberapa mbak... tapi gedenya itu lho..." jawabnya... sulit menggambarkan seberapa besar doos tersebut. Hingga akhirnya, ketika suamiku datang membawa doos tersebut, dia hanya bilang "lihat saja sendiri di mobil"
Alammaaaakkk!... ternyata memang besaaaarrr... Aku coba mengangkatnya ternyata masih kuat. Ya sudah nggak papa, aku kan bawanya naik pesawat. Nanti tinggal bayar overweight di bandara.
Toh, paling aku akan sedikit kerepotan di bandara Adisucipto dan bandara Juanda, setelah itu barang sudah masuk bagasi sampai Ende, walaupun aku transit di Denpasar dan Labuan Bajo. Baiklah... nggak papa...
Begitu tiba di Surabaya, temanku, Eri dan suaminya yang menjemputku juga berkomentar "hah gede banget!!" aku ketawa cekikikan... "biar aja, anggap aja aku transmigran". Doos besar dan satu koporku akhirnya masuk bagasi mobil dan tidak diturunkan di rumah Eri. Karena memang tidak akan aku bongkar sampai di Ende. Dan supaya besok pagi tidak repot memasukkannya ke mobil lagi.
Aku berterima kasih karena boleh menginap semalam di rumahnya. Dan keesokan harinya, dia harus mengantarku kembali ke bandara jam 4.30. Untung rumahnya hanya 10 menit dari Bandara Juanda.
Eri dan aku di bandara Juanda

Pagi itu setelah check in, koper dan doos besarku langsung berderet-deret menuju bagasi hingga nanti  tiba di Ende.... "sampai ketemu di Ende"... bisikku lega, setelah di jogja dan surabaya aku kerepotan membawanya melewati x-ray. Setelah ini aku hanya membawa tas tangan dan koper kecil.

Di Surabaya, pesawat berangkat tepat jam 06.10 menuju Denpasar. Walaupun menggunakan pesawat baling-baling, tapi cuaca begitu cerah sehingga perjalanan lancar dan selamat tiba di Denpasar jam. 8.30 waktu setempat.
Begitu aku menuju ke bagian transit untuk melanjutkan perjalanan ke Ende, mereka memintaku untuk mengambil bagasiku dan check ini kembali.
"lho kan sudah dikirim langsung ke Ende, bahkan bayar overweightnya pun sudah dengan harga sampai di Ende, masak harus check in lagi?" tanyaku heran.
Petugasnya ngotot minta aku check in lagi, karena di label bagasi tertulis hanya sampai Denpasar.
Hadeeewww... ini doos besar  "wooow" dan koperku mesti kutenteng-tenteng lagi lewat x-ray... ya ampuuunnn.... !!!
Begitu sampai di maskapai tempat aku check ini langsung mereka bingung. Tapi aku memilih tidak bergeming. Aku sudah membayar sampai di Ende, dan segala kesalahan bukan tanggung jawabku. Dan aku hanya minta bagaimana kedua bagasiku tersebut bisa masuk ke pesawat dengan tujuan Ende. Titik.
Mereka bingung dan saling menyalahkan. Setelah mengikuti mereka berjalan kesana-kemari, akhirnya mereka berhasil merubah admistrasi, dan aku bisa menunggu dengan tenang untuk keberangkatan berikutnya.

Pesawat baling-baling
Jam 13.35 pesawat baling-baling dengan penumpang kurang lebih 80 orang tinggal landas menuju Ende, tapi transit dulu di Labuan Bajo. Perjalanan lancar dan langit jernih membiru.

Tiba Bandara Labuan Bajo jam 14.10, sayang sekali kami hanya boleh tinggal di pesawat, karena 20 menit kemudian kami tinggal landas menuju Ende.
Indonesia itu Indah. Banyak tempat yang belum kita ketahui. Dari atas, kepulauan tersebar dengan daya tarik lekukan bukit-bukitnya, pantai yang biru tenang, dan rumah-rumah penduduk di tepi pantai.
Akhirnya.... jam 16.00 aku tiba di Ende.
Sebuah bandara yang mungil, dimana para sopir taxi melambai menawarkan jasa di balik pagar kawat. Aku di jemput salah seorang putri bapak, jadi aku langsung berjalan ke ruang kedatangan. Begitu bertemu, setelah berpelukan melepas rindu, label bagasi langsung diminta dan suaminya yang mengurus pengambilannya.
Ketika kedua bagasiku keluar , dia kaget dan berkomentar... "haaah... sebesar ini??!!"
Aku tertawa.... "nanti aku ceritain bagaimana perjalanan doos bunga plastik ini...."

Ende, akhirnya aku tiba dengan selamat.... terimakasih Tuhan.dan hanya 3 menit kemudian kami sampai di rumah Bapak yang katanya sudah menantikan kedatanganku . Tapi ketika aku datang beliau menatapku lama dan berkata "nona siapa?"..... ya ampun bapak... kok lupa?...

Thursday, March 22, 2012

70 kali 7

Berapa kali kita harus mengampuni, dan jawab Yesus "70 kali 7"
Itu berarti 490 kali. 
Kalau kita harus mengampuni orang lain, setiap orang 490 kali... wah.. berapa banyak ya??
Pernahkah kita bertanya pada diri sendiri... "berapa kali aku melakukan kesalahan pada orang tersebut?" 490 kah? atau kurang atau lebih? lebih susah menghitung kesalahan apa yang kita lakukan pada orang lain.
Bagaimana kalau kita tidak usah menghitungnya... dari pada repot... lagi pula buat apa dihitung? 
Bagaimana kalau setiap kita melakukan kesalahan, kita minta maaf. Setiap orang lain melakukan kesalahan kepada kita kita memaafkan....
Susah ya...
Emang susah... tapi apa salahnya di coba. Setidaknya, supaya rasa marah, sakit hati, kecewa, sedih... tidak lama-lama bercokol di hati kita. 
Dan, rasa menyesal juga tidak lama-lama mengusik hati kita, karena kita tahu, kita juga dimaafkan. 
Tuhan, ajarilah aku mengampuni dengan tulus hati.... dan ampunilah segala kesalahanku, baik yang sengaja, maupun yang tidak sengaja aku lakukan. Bimbinglah supaya aku setiap hari menyadarinya. Amin.


Forgiveness is not a random act of kindness, it is a constant attitude”


Selamat menjalani masa Prapaskah... 

NB: thanks Yongkie Hurd, untuk kata-kata yang kamu baca di gereja. 

All is Well

Mas Totok minta tanda tangan dibuku
All is well... adalah judul seminar Ajahn Bram yang diselenggarakan di Hotel Paragon, Solo. Seorang sahabat membelikan kami tiket yang sudah bernomor 1176 dan 1177... jadi bisa dipastikan yang hadir malam itu lebih dari angka tersebut.
Tulisan Ajahn Bram di buku seri Cacing dan Kotorannya, memang memukau. Mengubah cara pandang kita terhadap hidup ini. Membuat hidup terasa baik-baik saja... all is well...
Caranya...
Tidak sekedar berpikiran positif, tapi dengan pendekatan psikologis Ajahn Bram mengajak kita semua memandang hidup ini dengan enteng.
Kalau berat ya diletakkan
Kalau sakit, tertawalah...
Kita bisa saja berkata "enak di ngomong, tapi susah menjalaninya"
Ajahn Bram tidak tiba-tiba menjadi sosok yang dikagumi karena bibirnya yang selalu tersenyum, yang bisa tertawa ketika kepalanya yang gundul terbentur atap truk, yang dongkol karena dikerubutin nyamuk sementara dia dilarang membunuh apapun mahluk bumi.
Butuh latihan dan proses panjang...dan lama...
latihan yang terus menerus... hingga dia bisa membagikan pengalamannya kepada kita.
Tantangannya... ya marilah kita berlatih.
Berlatih melihat dan menjalani hidup ini dengan ringan. Berlatih melepaskan diri dari keterikatan duniawi yang menjadi sumber segala persoalan, sementara kita masih tinggal di bumi ini. Dan berlatih menjadi seseorang yang mampu berbagi pengalaman tapi tidak pernah kekurangan. Karena setiap pengalaman adalah kekayaan yang harus dibagikan.

Beliau tidak boleh disentuh
Hhhhmmmm.... ketiga buku cacingku sudah ditanda tangani olehnya. Walaupun dibukunya sudah ada tanda tangannya yang dicetak. tapi belum puas kalau belum ditanda tangani secara langsung, walaupun harus antri dan berdesakan.
Masih belum puas... pingin foto di dekatnya. Hanya foto, tidak boleh disentuh.... terutama oleh wanita. Kenapa ya?? takut dia tergoda kah? atau takut kotor? emang wanita bikin dosa ya? menurutku akan lebih baik Ajahn Bram kalau bisa mengatasi semua godaan termasuk bersinggungan dengan wanita...
Bukankah kita semua sama dihadapan Tuhan?

Larangan untuk tidak boleh menyentuh Ajahn Bram mengusik rasa kewanitaannku. Bagaimana menurutmu para wanita di seluruh dunia??

Tuesday, March 20, 2012

Obrolan setelah sembahyangan....


Teh diedarkan
Ibu 1: mau nambah satu gelas lagi? (sambil menyorongkan 1 gelas teh lagi)
Ibu 2: oh.. satu saja cukup (sambil meletakkan gelasnya di kursi kosong)
Ibu 1: saya nambah satu, kalau satu gelas kurang, makanya nih saya sekarang gemuk (sambil menepuk perutnya dan tertawa)
Ibu 2: saya satu saja sudah cukup kok, lagi pula gak begitu suka teh manis (sambil meletakkan gelas cadangan ibu 1 di kursi)

Sup diedarkan
Ibu 1: ayo jeng,mumpung masih panas, kalau dingin nggak enak
Ibu 2: oh ya, monggo
Ibu 1: Si A (menyebutkan nama salah satu keluarga yang sedang berduka), itu kan pinter masak, kok bukan dia yang masak ya???
Ibu 2: lhah kan dia lagi bersedih karena ibunya meninggal, mestinya ya gak sempat mikir masak
Ibu 1: ooo... begitu ya? lha terus ini siapa yang masak?
Ibu 2: waduuuh... saya nggak tahu (tuiiiing...tuiiiiing.... piye maksudnya nih?)
Setelah makan ibu 1, minum teh di gelas pertama tapi cuma separoh, kemudian diletakkan lagi. Ibu 2 juga minum teh separoh gelas

Nasi rames diedarkan
Ibu 1: monggo bu dahar...
Ibu 2: monggo...
Selesai makan, Ibu 1 minta diambilkan gelas satunya yang masih utuh, kemudian minum separohnya. Ibu 2 menghabiskan teh di gelasnya.

Doos snack diedarkan
Setelah masing-masing menerima doos, mereka bersiap-siap pulang. Ibu 1 menyorongkan piring makan kosong kebawah kursi. Kemudian dua gelas teh yang hanya diminum separo diletakkan di atas piring kosongnya....
Lhoh... ngapain minta 2 gelas kalau hanya diminum separoh-separoh ya????

Tamu-tamu mulai pulang. Ketika ibu 2 mau berdiri bersiap-siap untuk pulang, ibu 1 menahannya
Ibu 1 : nanti saja... masih ramai..
Ibu 2: saya sudah ditunggu suami di luar...
Ibu 1: nanti saja... masih ramai (sambil menutupi jalan, sehingga ibu 1 tidak bisa keluar dari deretan kursinya)

Tiba-tiba seorang wanita menepuk bahunya, "mom.... ayoooo" katanya.
Ibu 1: monggo jeng, saya duluan...
Ibu 2: oh... njih monggo.... (tuiiing...tuiiiing..... melongo...gondok!)

Pikiran kecil: ibu-ibu yang ngobrol nih siapa sih? cari tahu yuuuk....
Pikiran sedang: kenapa ya... ibu 1 minta 2 gelas, tapi cuma diminum separoh-separoh... kan sama saja dengan satu gelas???
Pikiran besar:  ibu 1 ini bersikap serakah, tidak percaya diri, atau... tidak tahu kalau gelas separoh ditambah gelas separoh sama dengan satu gelas??? (masak sih???)

Ibu 2 menunduk dan merenung... tuiiing...tuiiiiing... mumet dewe... gak penting ya....
ya sudah tidur saja... nite... nite

Tuesday, March 6, 2012

Benang ruwet.. bundet

Pagi ini, setelah mata lelah dan pedas karena merenda, aku berpaling ke container plastik isi benang-benangku. Aku beranjak, mengeluarkannya dari rak.. dan membukanya.... alamaaaaakkkk!!!... lha kok banyak benang yang ruwet bundet nggak karuan.
Ketika ku keluarkan, beberapa benang yang masih tergulung ikut keluar... benar-benar ruwet dengan berbagai warna dan jenis benang. Ketika kuletakkan di lantai.. aku hanya terdiam menatapnya. Ingin rasanya mengembalikan ke container plastikku. Tapi, kemudian aku ingat... bukankah dulu juga kumasukkan begitu saja ketika aku melihatnya... karena sumpah... maleess banget ngeliatnya... apalagi mengurainya... Tapi sekarang ya tetap saja bundet....

Aku jadi ingat komentar bapakku "persoalan itu seperti benang ruwet bundet... asal kamu bisa menemukan ujungnya, pasti akan mudah mengurainya..." hhhmmm... benar juga... persoalan itu kan muncul ketika sudah terjadi keruwetan, kita harus kembali mencari ujungnya dulu, baru menyelesaikannya sedikit demi sedikit dan penuh ketekunan.
Setelah menghela napas panjang, aku mulai menyusuri satu persatu benangnya. Kebetulan ada banyak warna benang yang tercampur disana.

Aku mulai dari benang yang paling pendek dulu. Setelah kutemukan ujungnya, sedikit demi sedikit ku keluarkan dari tumpukan keruwetan yang besar. Kalau berbagai persoalan muncul bersamaan, memang lebih baik kita mulai menyelesaikan yang paling mudah dulu, yang paling mungkin bisa kita selesaikan. Barulah kita mengambil persoalan lain yang lebih sulit dari sebelumnya.

Satu persatu benang akhirnya berhasil kuurai, dan kugulung lagi hingga terpisah satu dengan yang lain. Ternyata bermacam warna benang justru memudahkanku untuk mengambil keputusan, mana yang harus kudahulukan. Karena kelihatan sekali, mana benang yang pendek dan panjang.

Persoalan hidup kita memang bermacam-macam. Kadang kita sudah pusing sendiri dengan keanekaragamannya... tapi cobalah berdiam diri sebentar, dan melihat setiap persoalan dengan kepala dingin. Terlihat dengan jelas, berbagai persoalan tersebut, justru memudahkan kita untuk membuat prioritas, mana yang harus kita selesaikan terlebih dahulu.

Traalalaaaa... lihatlah... benangku sudah tergulung dengan rapi....
Hidup kita juga harus kembali dirapikan, ditata, disusun dengan indah.... Tuhan Sang Pencipta, akan senang memandangnya...