Pages

Monday, April 23, 2012

Pesta 75 tahun Bapak Gadi Djou

Rabu, 11 April 2012
18.00 Misa di mulai, dilanjutkan dengan berbagai acara 
persembahan dari seluruh keluarga dan para sahabat.
Setelah menikmati hidangan yang tersedia, 75 macam masakan...
pesta dansa berlanjut sampai jam 00.30.
Yang tua merasa muda kembali...



Tamu memenuhi aula Universitas Flores

Bapak dan ibu memasuki gedung diiringi tarian tradisional


Misa Akbar

Setiap langkah ritual diiring tarian

Keluarga besar... mempersembahkan lagu untuk Bapak
Taman Kanak-Kanak asuhan Ibu Gadi Djou siap menari..

Saturday, April 21, 2012

Persiapan Pesta

Persiapan Pesta di Gedung Universitas Flores, 10 April 2012
Dari jam 14.00 sampai dengan jam 22.00

Panggung sekaligus altar untuk misa

Menghias meja makan

Gladi resik tari tradisional untuk mengiringi misa


Konon, mereka tidak tidur dua malam

Menghias pondok untuk konsumsi

Kembali ke Ende


Jalan jelek sepanjang 40 km
Dari Riung pukul 13.45… jalan jelek sekali… sepanjang 40 km, yang ditempuh dalam waktu 1,5 jam. Kami tiba di Mbay pukul 15.15

bukit yang gersang

ilalang mulai kering
Perbaikan jalan dimana-mana
Perjalanan dilanjutkan ke Nagekeo, sepanjang 31 km kami tiba jam 16.10, hampir 1 jam!.Ke Nangaroro 16 km, jalan banyak yang sedang di perbaiki Tiba jam 16.46.  12 km kemudian kami tiba di Nangapada pkl 17.12. Mampir di susteran untuk mengambil kelapa muda. 




Pantai Nangaroro
batu-batu indah seperti ini tersebar di sepanjang pantai

lihat texture alaminya....
Setelah itu kami tiba di pantai Nangaroro yang berpasir hitam dan seluruh pantai bertebaran batu berwarna. Pulau Ende sudah terlihat semakin dekat.Kami tiba di Ende pkl 18.18 setelah menempuh perjalanan 28 km dari Nangapada. Total perjalanan dari Riung ke Ende adalah 129 km. Berarti total perjalanan darat dari Labuhan Bajo ke Ende adalah 463 km.
Pulau Ende... sudah di depan mata
 Ende… akhirnya kami kembali untuk merayakan pesta ultah bapak ke 75!. Terimakasih Tuhan, untuk perjalanan yang luar biasa indah dan penuh tantangan. Berkat perlindungaMu kami bisa kembali dengan selamat.

Friday, April 20, 2012

Riung dan Pulaunya


Rumah nelayan di pinggir pantai
Di pelabuhan Riung... siap naik boat


Jalannya dari kayu, bawah tong...
Setelah mengambil doos makan siang, kami berangkat ke pelabuhan untuk melihat keindahan ciptaaan Tuhan di Riung. Pukul 8 sebetulnya sudah terlalu siang. Disarankan pukul 6 pagi kami sudah berada di tengah laut untuk melihat taman laut, yang konon lebih indah dari Bunaken. Dan pagi itu, karena sudah terlalu siang, taman laut sudah tidak begitu jernih terlihat karena ombak sudah menggetarkan permukaan laut, sehingga keindahan di dalamnya menjadi kabur.



Salah satu pulau di Riung
Pak Nico, membawa kami dengan botanya, mengelilingi beberapa pulau. Walaupun sudah membawa persediaan 60 liter bensin. 17 pulau tidak bisa kami kelilingi semuanya.

Kami singgah di Pulau Rutong, untuk snorkling. Hanya aku yang tidak ikut snorkling, karena pengalaman di pulau Bidadari ternyata aku tidak bisa melihat dengan jelas. Mereka bertiga begitu senang, sehingga malas keluar dari laut. Sementara matahari semakin tinggi. Dan saatnya makan siang tiba.

Pulau Rutong, sering dikunjungi untuk makan siang
Di pulau Tiga, ada pohon asam dan ayunan

Pemandangan dari pulau Tiga
Untuk mendapatkan tempat yang rindang dan santai kami diajak ke Pulau Tiga untuk makan siang. Ada pohon asam yang besar dan rindang, sehingga kami bisa makan sambil ngobrol, juga bermian ayunan. Menurut pak Nico, pulau Rutong dan pulau Tiga sudah ada investor yang setuju membangun di sana.

Dari pulau Tiga kami diajak pak Nico melihat pulau Kelelawar. Sengaja ini menjadi pilihan terakhir, karena air mulai pasang, dan boat bisa lebih dekat ke pulau, walaupun kami tidak bisa turun. Sebuah pemandangan yang luar biasa. Seluruh pulau dipenuhi kelelawar yang bergelantungan di atas pohon. Agak mengherankan karena kelelawar biasanya tinggal di gua. Kelelawar yang ini ternyata berada di luar dan tahan terhadap panas matahari.
Bayangkan satu pulau berisi puluhan ribu kelelawar



Ketika boat mendekat, mereka beterbangan

 

Bunga di Tepi Jalan

Pukul 14.00 kami melanjutkan perjalanan dari Bajawa ke Riung yang hanya 87 km. Tapi karena separoh jalan benar-benar rusak, maka waktu yang dibutuhkan hampir 4 jam. Kata om Roy, kami seperti “milk shake” di dalam mobil. Untuk itu kami perlu berhenti di beberpa tempat untuk beristirahat dan meluruskan badan. Disinilah aku bertemu warga setempat dengan wajah mereka yang lugu tapi manis. Kami tiba di Riung pukul 17.45.
bunga di tepi jalan






Resep Usia Panjang

bapak Hengky Nai
Silaturahmi berikutnya adalah ke rumah bapak Hengky Nai, bapak dari bapak Stefanus Djawanai yang menjabat rektor di Universitas Flores, Ende. Kebetulan aku sangat mengenal ibu Stefanus karena dulu satu paroki di Jogjakarta. Hari itu, kebetulan ibu berulangtahun. Merupakan kehormatan bagi kami bisa berkumpul dan mengenal keluarga beliau.

Yang menarik adalah bapak Hengky Nai. Kalau kami bertanya berapa usianya, jawabnya “yah.. sekitar 96..” tapi, ketika kami ditunjukkan fotonya ketika akan menerima komuni pertama, tertulis disitu foto diambil tahun 1922. Usia anak yang menerima komuni pertama biasanya 10 th. Kalau begitu, bisa jadi saat ini beliau berusia 100 tahun. Luar biasa!!... dan lihatlah.. betapa sehat dan kuatnya beliau.


foto diambil 1922
Berapapun usia beliau yang jelas beliau pantas ditiru sikap hidupnya, hingga bisa mencapai usia panjang dan sehat. Menurut keterangan putranya, beliau seorang yang berkepribadian suka menolong. Terutama orang-orang yang kecil, miskin dan tersingkir. Beliau juga suka memaafkan. Selain itu, ketika muda beliau senang berburu. Udara yang segar dan bersih, juga makanan segar yang belum terkontaminasi MSG, membuat beliau sehat.

Aku melihat ke dalam diri sendiri yang baru separoh beliau usianya. Lutut gemetar ketika naik bukit Cara. Kolesterol tinggi, minum vitamin ini dan itu, biar tetap fit. Bahkan banyak teman se angkatanku sudah dipanggil Tuhan, karena sakit. Hidup sehat luar dan dalam, akan memperpanjang usia kita.



bapak Hengky Nai tetap paling gagah!

"Seperti melihat Yesus bangkit..!"


“Seperti melihat Yesus bangkit!”, itulah komentar keluarga tante Win, ketika bertemu setelah kami berkeliling di Kampung Lama Bena. Komentar yang menggambarkan keterkejutan yang sangat bertemu tante Win setelah 6 tahun berpisah.

Kali ini kami mensyukuri saat yang tepat yaitu Paskah. Karena semua keluarga bisa berkumpul di satu tempat. Dan kami bisa bertemu seluruh keluarga besar tante Win yang bergitu akrab dan menyenangkan. Kebetulan ada salah satu keluarga yang meninggal, hanya kami tidak bisa ikut datang, karena acara lain yang masih harus kami lakukan.

Ini sebuah perjalanan yang tidak sekedar berwisata, tapi menjalin kekeluargaan baru. Silaturahmi antar keluarga, kalau falsafah Jawa menyebutnya “nglumpukke balung pisah”. Artinya mengumpulkan kembali saudara-saudara yang terpisah, hingga kembali menjadi satu tubuh.

Thursday, April 19, 2012

Kampung Lama Bena


Gunung Inerie yang manis
Lagi-lagi, karena Paskah, tidak semua keluarga tante Win ada di rumahnya. Mereka masih berada di gereja. Untuk menghemat waktu, kami pergi ke Kampung Lama Bena terlebih dahulu. Tempat ini hanya sekitar 15 km dari kota Bajawa. Menyusuri lereng gunung Inerie, yang selama ini hanya terlihat dari kejauhan. Semakin dekat, semakin cantik. Seperti lukisan anak-anak tentang gunung yang berbentuk segitiga tanpa cacat.

Setelah melewati hutan bambu.. di kejauhan terlihatlah Kampung Lama Bena yang cantik, unik… terletak indah di kaki gunung Inerie. Setelah mengisi buku tamu, kami bisa berkeliling untuk melihat-lihat bangunannya yang unik.

Kampung Lama Bena dan gunung Inerie


tulang binatang menjadi kebanggaan setiap rumah





Santi dan Kelly

makan di halaman rumah

makam di halaman rumah