Pages

Wednesday, December 26, 2018

Kadaluarsa

Produk bahan makanan terutama, ada tanggal kadaluarsa. Kenapa? ya pasti ada batas waktu produk itu baik untuk dikonsumsi. Katanya kalau lewat tanggal tersebut bisa menjadi racun dalam tubuh kita.
Menyambut tahun baru ini aku bebenah isi rumah. Setelah mengganti warna tembok dan membuang barang-barang yang tidak perlu, yang menjadi perhatian selanjutnya adalah isi dapur. Dan aku menemukan banyak bumbu yang sudah kadaluarsa. Langsung semua masuk keranjang sampah. Takut suatu hari kelupaan menggunakannya tanpa melihat tanggal.
Sisanya yang masih jauh tanggal kadaluarsanya aku tata kembali. Ternyata jadi kelihatan rapi dan siap untuk digunakan untuk memasak.

sudah kadaluarsa
yang layak di konsumsi
Aku merasa di akhir tahun ini khususnya, banyak hal yang aku perbarui. Dari cat tembok yang membawa suasana baru dalam rumah. Membuang barang-barang yang tidak terpakai. Mengeluarkan peralatan sehari-hari yang selama ini tersimpan dalam doos. Ingin semuanya baru dan indah dilihat. Menata tanaman kembali dan bahkan dalam kegiatan masak sehari-hari juga ingin sesuatu yang baru.

Tanpa kita sadari sebetulnya hati dan pikiran kita menyimpan banyak hal yang mungkin sudah kadaluarsa juga. Selain memenuhi hati dan pikiran, kalau tersimpan lama bisa menjadi racun dalam tubuh kita. Maka selain memperbaharui segala hal yang kasat mata, aku juga ingin memperbaharui hati dan pikiran. Membuang segala hal yang sudah tidak perlu di simpan lagi karena hanya akan menggerogoti pikiran kita.
Seperti halnya ketika aku memilih mana bumbu-bumbu dapur yang masih layak digunakan dan yang sudah kadaluarsa, aku juga mulai memunculkan lagi berbagai kenangan baik dan buruk dalam kehidupanku. Kalau dirasa sudah tidak perlu ya dibuang saja. Sedikit demi sedikit lama-lama seperti iklan obat pusing  "sudah lupa tuh..."
Apa ada kenangan indah yang harus dibuang? menurutku ada. Mungkin bukan dibuang, tapi disimpan saja. Kalau di ingat terus nanti malah tidak bisa melihat keindahan sekarang ini.

Aku akhirnya melihat banyak ruang untuk diisi dengan rencana-rencana baru. Dengan semangat dan harapan baru. Bagaimana denganmu??




Tuesday, December 18, 2018

Warna Baru, Hati Baru

Warna baru dan lama
Tinggal di rumah dengan tembok yang kusam rasanya kok kurang nyaman. Tapi mau ngecat mikirnya lama banget. Membayangkan bagaimana runyamnya isi rumah dalam proses pengecatan. Kalau nggak niat banget rasanya nggak bakalan kesampaian.
Maka niat itu harus dilaksanakan. Kalau cuma jadi keinginan pasti nggak jalan.  Di akhir tahun ada waktu 3 hari yang bisa dipakai untuk ngecat rumah.
Mengingat banyak barang yang harus disingkirkan, 10 hari sebelumnya aku mulai bebenah. Barang-barang dimasukkan doos. Tibalah hari H yang penuh debu dan barang-barang berantakan walaupun sudah di packing. 3 hari benar-benar menyesakkan. Hingga akhirnya semua selesai. Bebenah kembali juga membutuhkan tenaga ekstra.
Ternyata banyak barang yang sudah tidak terpakai. Akhirnya harus merelakan membuang banyak barang. Yang ditinggal hanya yang benar-benar dipakai sehari-hari. Ternyata tidak banyak sehingga bisa kembali ditata. Puas dan senang melihat segala sesuatu kelihatan baru, bersih dan rapi.


hhhmmm... bagaimana kalau warna hati  dan pikiran yang diperbarui?
Pasti bukan sesuatu yang mudah. Bayangkan hati dan jiwa kita di amplas, pasti sakit. Karena kalau mau memberikan warna baru, warna lama harus dihilangkan dulu. Dan mampukah setelah itu membuang segala hal yang tidak penting dalam hati dan pikiran. Supaya ada ruang kosong untuk diisi dengan hal-hal baik. Ditata lagi dan dirapikan.

Dalam permenunganku di akhir tahun
1. Menyelesaikan satu persatu persatu persoalan yang mengganjal di hati berkaitan dengan orang lain. Baik itu keluarga, saudara, teman-teman dan semuanya. Hal ini memberi warna positif dan bersih di hati.
2. Memilah hal-hal yang tidak perlu dan tidak penting yang kita simpan dalam hati dan pikiran. Misalnya rasa kawatir, marah, takut, dendam dsb. kemudian menyingkirkannya satu persatu. Hal ini tidak mudah dan bisa jadi menyakitkan. Seperti hati dan pikiran kita di amplas.
3. Warnailah hati dan pikiran dengan sesuatu yang baru. Rasa syukur atas perjalanan hidup selama ini. Pengalaman baik dan buruk selalu menjadi pembelajaran yang membuat kita tumbuh. Rasa syukur atas segala yang kita miliki. Tulislah satu persatu pasti akan terkumpul banyak sekali.

Hal di atas itu pengalaman pribadi. Setiap orang memiliki cara sendiri untuk memperbaiki dan memperbarui diri. Yang penting kita bisa membuat hidup kita lebih hidup dengan warna baru.
Mari kita sambut tahun 2019  dengan warna hati dan pikiran yang baru.





Friday, November 23, 2018

Berhenti Berisik

Mengisi pensiunan itu ternyata tidak mudah. Menjalankan hobbi merenda dan macrame, merawat tanaman, bersih-bersih rumah, mendengarkan musik, menulis, baca WA, masak, mainan sama cucu, nonton TV dll.. dll. Kayaknya seabreg tapi kok ya kadang masih pingin yang lain.
Kalau kebanyakan aktivitas tahu-tahu lutut sakit, pinggang pegel. Baru ingat kalau sudah tidak lagi muda kayak dulu. Lalu muncul berbagai hal yang bikin berisik di pikiran.

Karena merasa masih banyak waktu luang, jadi iseng baca-baca primbon, primalastrology, numerolog, bahkan pernah konsultasi ke psikolog, karena katanya aku stress, padahal tidak merasa stress. Iseng banget kan kegiatannya. bener-bener kayak orang kurang kerjaan. Dan hasilnya, makin berisik di pikiran.
Kok ternyata karakterku seperti ini ya. Apa ini ya yang bikin perjalanan hidupku penuh carut marut? ternyata banyak karakter buruk yang selama ini tidak aku sadari seperti serakah, berpengharapan tinggi, suka ngatur... haduuuuhhh... tambah pusing karena makin berisik di otak yang muter terus dengan berbagai hal.

Mungkin memang saatnya untuk golek dalan padhang ( mencari pencerahan ). Bertemulah aku dengan teman anakku yang kebetulan mau mengadakan Self Coaching dengan judul Berhenti Berisik. Menarik khan?. Kalau ada pepatah jawa kebo nyusu gudel. Gudel itu nama anak kebo. Mosok induknya malah menyusu ke anaknya?
Apa salahnya berguru pada yang lebih muda. Mereka ada di jaman ini. Jaman yang mereka kuasai dengan berbagai informasi yang bisa mereka serap dengan baik. Menyadari diri sebagai generasi tua, aku ingin belajar dari mereka yang lebih muda. Maka aku memutuskan untuk mendaftarkan diri, mengikuti Self Coaching yang diadakan di Svarga Coffee & Eatery - Yogyakarta.

Dari 12 orang peseta, yang sudah berusia lanjut hanya 2. Lainnya seumuran anakku.
Oke aku ceritakan bagaimana pertemuan ini berlangsung, karena ternyata menarik sekali dan luar biasa!.

Model pertemuannya kami duduk bersama dalam sebuah meja panjang yang besar. Diawali dengan saling memperkenalkan diri dan bercerita pendapatnya tentang "berisik". Tentu saja aku sampaikan apa yang aku rasakan seperti yang aku tulis diatas.
Coaching kami adalah suami istri muda  mbak Ayu dan mas Daniel yang sangat trampil membawakan materi dan pendampingan.
Mbak Ayu mengajak kami untuk bermeditasi sebentar. Membawa kita dalam sussana yang pelan... lambat dengan menceritakan riwayat sebuah apel. Dari sejak apel itu ditanam, keluar biji, menjadi besar matang dan siap dipetik. Dibungkus di masukkan dalam peti dan kemudian dikirim ke berbagai daerah. Dijual dan pada akhirnya ada di depan kita.
Kemudian apel di potong-potong dan kami diajak untuk memegang. Merasakan kulit dan memperhatikan teksture buahnya dengan lebih seksama dan menikmatinya pelan-pelan. Merasakan setiap rasa yang dicecap di mulut.

Kemudian kami berduabelas dibagi menjadi 4 kelompok. Masing-masing kelompok berisi 3 orang yang tidak saling mengenal. Lalu kami diajak untuk memilih kartu yang sudah ditata di tengah meja dalam tatanan tiga lingkaran. Kami boleh mengambil kartu apa saja yang tertutup maupun terbuka di lingkaran paling dalam. Aku memilih yang tertutup. Berdasarkan kartu yang kami pilih, kami membagi cerita tentang kartu tersebut sesuai dengan apa yang kami rasakan.

Inilah kartu pertama yang aku pilih. Tepat sekali khan?!. Aku memang melihat diriku sudah di usia senja. Musim gugur, daun mulai berjatuhan, namun tetap memancarkan keceriaan warnanya. Pohonnya pun terlihat tua dari kulitnya. Sepeda menggambarkan sebuah perjalanan dan tiba saatnya untuk berhenti dan bersandar.
Aku merasakan keajaiban melihat kartu ini.
Berbagi perasaan berdasarkan gambar pada kartu kepada kelompok memberikan kejujuran yang sejatinya pada situasi sekarang ini.


Kartu kedua mengambarkan apa yang sudah dicapai hingga saat ini. Gambar bunga yang mekar sempurna mengingatkanku pada pencapaian diri yang memang sudah maksimal. Saatnya menikmati keindahannya dengan rasa syukur setiap hari.
Bunga yang mekar melalui proses dari pertumbuhan pohon, keluar sebagai kuncup hingga akhirnya mekar.




Kartu ini benar-benar ajaib. Menggambarkan apa yang ingin aku lakukan untuk mengisi hari-hariku.
Merenda dan membuat macrame menjadi kegiatanku sehari-hari. Sekedar hobbi dan dilakukan dengan cinta.

Pertemuan Self Coaching ini memang benar-benar luar biasa. Aku merasa disadarkan untuk menyadari apa dan siapa aku ini. Belajar melihat segala hal yang sudah dicapai dan mensyukurinya. Dan akhirnya bersemangat untuk melakukan kegiatan yang disukainya.

Aku bersyukur berhenti berisik mendengarkan berbagai kekawatiran ketika mau mengikuti pertemuan ini. Pokoknya dijalanin saja, dan ternyata sangat membahagiakan. Berkumpul dan berbagi cerita dengan anak-anak muda menjadi ikut bersemangat karena menyadari bahwa masing-masing orang tidak memandang usia, memiliki persoalannya sendiri. Tapi dengan menyukuri segala hal yang sudah dicapai membuat kami lebih bersemangat lagi untuk melangkah.


Terimakasih mbak Ayu dan mas Daniel yang sudah membagikan pengetahuannya dan memberikan pendampingan sehingga kami bisa mengenali diri sendiri, mengurangi keberisikan pikiran yang tidak perlu. Memang tidak mungkin berhenti berisik. Tapi dengan semangat untuk melakukan sesuatu itu sudah sebuah langkah untuk mengatasi "berisik". Fokus pada diri sendiri, bersyukur atas hari ini dan menikmati hidup.

Note:
Kalau berminat bisa menghubungi mbak Ayu dan Mas Daniel

Sunday, November 18, 2018

Tongkat Estafet

Sebuah obrolan konyol di sore hari, setelah semua karyawan pulang. Ngopi dan sepiring gorengan menjadi teman asik diantara kami. Tiba-tiba anakku yang tepat 2 bulan kembali pulang dan berjuang mengembangkan usaha yang sudah kami rintis bertahun-tahun bertanya dengan lugunya.
"sebenarnya... orangtua seneng nggak sih anaknya pulang??"
"ya iyalah....!" jawabku keras...spontan.. tapi malah membuatnya tertawa.
"konyol ya pertanyaanku...??" katanya sambil tertawa....

Ketika tahun lalu kedua anakku berkeras mau resign, dan kembali pulang, kami sebagai orangtua tentu saja senang, tapi juga sedikit kawatir. Seberapa kuat keinginannya, dan bisakah di melewati masa sulit membenahi perusahaan ini dengan tegar dan kuat. Sebetulnya sebagai orangtua kami berkeinginan untuk membereskan semuanya dulu, dan baru mengijinkan mereka pulang tahun depan. Tapi dia malah berkeras tahun inilah saatnya yang tepat.

****************************************************

Pembicaraan di atas itu terjadi 4 tahun yang lalu. Dalam waktu 3 tahun dengan kehadiran kedua anakku perusahaan pelan-pelan bisa bangkit kembali. Ber 4 sebagai tim yang solid sekaligus profesional kami berhasil menyelesaikan satu persatu persoalan hingga pada akhirnya di tahun 2016 semua hutang terbayar. 
Tangisan kelegaan dan penuh syukur. 
Dan pada awal tahun 2017 mereka siap dilepas. Menjalankan, meneruskan dan mengembangkan perusahaan ini 100% di tangan mereka. Kami berdua pensiun.
"Biarkan kami menjalankannya, kalaupun ada kesalahan biarkan kami belajar dari kesalahan" begitu tekad mereka.

Maka kami undur diri. Pelan-pelan namun pasti. Dan mereka berjuang kembali demi masa depan mereka sendiri yang paling utama. Kami hanya bisa mendampingi, membantu bila diperlukan. Sudah saatnya semua dilepas ke generasi yang lebih muda. Cara mereka menjalankan perusahaan ini sudah pasti berbeda dengan yang kami lakuan. Namun dunia juga ikut berkembang bersama mereka. Sedangkan kami sudah mulai bertambah usia. Makin kesulitan memahami dan mengikuti perkembangan jaman yang begitu cepat.


Tongkat estafet kami ulurkan, dan mereka berlari meneruskan perjalanan hidup melalui usaha yang kami rintis dengan perjuangan. Dengan berbagai kekurangan yang menjadi pengalaman berharga bagi mereka. Selamat jalan anak-anakku.. semoga Tuhan mendampingi dan melindungi perjalanan hidup kalian hingga sampai ketujuan.

kami hanya bisa meletakkan satu bata, selanjutnya mereka
yang membangunnya. Selamat berjuang anak-anakku!!

Monday, November 5, 2018

Luka Batin

Duh.. serem ya judulnya. Tapi coba siapa yang dalam hidupnya belum pernah terluka hatinya? luka batin dialami setiap manusia. Bohong kalau ada yang bilang tidak pernah. Karena luka batin bahkan ada yang tidak kita sadari tapi sebetulnya kita terluka oleh sesuatu, seseorang, situasi, suasana dsb.

Akupun mengalamai luka batin. Mungkin sudah ada sejak aku lahir dan terus bertambah bersama berjalannya hidup ini. Akan menjadi bertumpuk-tumpuk kalau tidak diobati. Seperti luka fisik. Kalau tidak diobati ya tidak sembuh. Atau sembuhnya lama dan meninggalkan bekas.

Aku menulis ini karena kebetulan di instagram ada yang menulis seperti ini


Tiga hal yang berkekuatan luar biasa untuk menyembuhkan diri dari berbagai luka batin. Benarkah? Aku mencoba dengan musik. Dengan spotify aku bisa memilih lagu sesukaku dan membuatnya menjadi albun. Aku menamai albumku Me and me. Berisi lagu dari jaman th 70an hingga lagunya Michael Bubble yang terbaru Love You Anymore.
Lalu apa yang kurasakan dengan mendengarkan lagu-lagu pilihanku sendiri ini. Bahagia. Ya itulah yang aku rasakan. Bahagia. Kalau sudah bahagia, luka-luka jadi tersamar bahkan terlupakan. Melihat hidup dengan gembira penuh nada.


Weekend kemarin kami sekeluarga mengantar karyawan piknik ke Pantai Klayar, Pacitan. Kami juga berlum pernah kesana. Jadi ini pengalaman baru melihat pantai indah milik kita Indonesia. Setelah karyawan pulang kami lanjutkan menginap di Limasan Watu Karung dengan pemandangan Pantai Pasir Putih.

Pantai Pasir Putih, Pacitan Jawa Timur
Memandang ombak tanpa henti. Nggak bosan-bosannya menerjang pantai dengan buihnya yang putih dan meninggalkan karang dan kerang kecil bercampur pasir putih. Memandang ciptaan Tuhan yang begitu indah dan luar biasa luas, sejauh mata memandang hingga cakrawala. Lalu siapakah aku ini kok sibuk dengan hal-hal kecil yang bukan apa-apa dibandingkan dengan pemandangan yang luar biasa di depanku. Luka batin hanya merusak pandangan kita tentang kehidupan. Keindahan alam yang luar biasa membuatku menyisihkan perasaan yang tidak menyenangkan. Dan syukur atas ciptaanNya membuatku bahagia.

Bagaimana dengan Bintang? Tentu saja aku melihat bintang di malam hari. Saat duduk santai di teras sambil ngopi. Kecil berkelap-kelip. Keindahannya justru nampak ketika dalam kegelapan. Bagaikan mendapatkan mukjijat. Disini, ketika kami menginap di pinggir pantai pasir putih. Limasan Watu Karung Retreat. Aku melihat bintang, bukan di langit karena sore itu hujan deras.
Menjelang tidur, kami biasa doa bersama dengan semua lampu dimatikan. Kami siap berdoa dan lampu dipadamkan, tiba-tiba.. dilangit-langit kamar muncul bintang-bintang kecil glow in the dark.

sebetulnya ada banyak bintang glow in the dark di langit kamar. Tapi aku kurang ahli mengambil gambarnya.
Ya ampuuuun.. aku tidak menyangka sama sekali. Terpana beberapa saat. Bahkan membaringkan tubuh sambil memandangi bintang-bintang kecil di langit kamar. Baru kembali ke posisi doa.
Terimakasih Tuhan.
Dalam waktu singkat Tuhan menghadiahkan tiga hal yang berkekuatan besar untuk menyembuhkan jiwa. Dalam doa aku hanya bisa berucap "Terimakasih Tuhan".


Wednesday, October 31, 2018

Dua Sisi Mata Uang

Mata uang logam selalu punya dua sisi dengan gambar yang berbeda. Sering dipakai sebagai alat taruhan. Misalnya uang logam 500 an. Pilih gambar atau angka. Yang pilihannya menang adalah ketika uang logam dilempar jatuhnya yang diatas gambar atau angka sesuai yang dipilih.
Hidup kadang seperti dua sisi uang logam. Suka dan duka. Sehat dan sakit. Tawa dan tangis. Kenyang dan lapar. Kaya dan miskan, positif dan negatif dan seterusnya.
Apa pilihanmu?
Semua pilhan ada dalam pikiran kita. Kalau kita mau senang, ya segala sesuatu yang kita hadapi akan membuat kita senang. Kalau kita merasa semua yang kita hadapi tidak sesuai dengan yang kita harapkan, ya pasti jadi sedih, kecewa dan sebagainya.

hal sederhana yang aku lalui pagi ini adalah menikmati meja lipat pesananku yang aku terima kumarin. Sudah lama aku ingin memiliki meja yang ringan bisa dilipat. supaya mudah untukku menulis di mana saja. di lantai bawah, di teras, bahkan di tempat tidur sambil menonton TV. karena inspirasi bisa datang setiap saat tanpa pandang tempat.
Ketika dengan suka cita aku membawa meja lipatku ke teras. Berasa surga banget ketika bisa menulis dengan memandang tanamanku dan pohon-pohon besar di luar pagar. Langit pagi yang cereal dan semilirnya angin.
Lalu tiba-tiba udara menjadi panas, gerah dan kebisingan mesin potong ayam milik tetangga mulai menggangguku. Berasa sisi kehidupanku mulai masuk kesisi yang lain. yang tidak aku harapankan.
Lalu apa pilihanku?


Aku ingin tetap bahagia menulis di teras, tentu saja sampai semua ide tertuang habis.
Alih-alih mengeluhkan segala ketidak nyamanan, aku mulai melihat sekeliling. Suara mesin potong ayam menandakan usaha tetangga sebelah berjalan lancar. Udara yang mulai panas ya memang sudah sewajarnya karena memang mulai beranjak siang. Tapi masih ada mendung yang bolak balik menutupi kepongahan sinar matahari.
Aku masih bisa menikmati kopiku. Mengigit sedikit demi sedikit roti panggang berisi coklat dan selai kacang. Dan aku juga bisa menikmati lagu-lagu kesukaanku yang kukumpulkan menjadi album di spotifyku.
Sisi mata uang positif menjadi pilihanku. Bahkan aku bisa tertawa mendengar tetanggaku yang kalau bersin kerasnya minta ampun sampai mengangetkan.
Hidup sehari saja selalu penuh cerita dan selalu ada di dua sisi pandangan hidup, seperti dua sisi mata uang. Kita tidak perlu bertaruh untuk mendapatkan keuntungan jatuh di sisi yang menyenangkan. Tapi kita tinggal membuat pilihan, mau sisi yang positif atau negatif.
Begitu sederhana hidup ini.

Foto ini ada yang aneh khan. Pasti ada yang bertanya itu kok ada antena TV cable disitu? hahaha... Kata petugas yang memasang, berhubung di dekat rumah ada antena tinggi banget, kalau antena di pasang di atas rumah, bisa terganggu sinyalnya. Jadi mesti ditaruh di tempat yang terlindung. Jadilah ada di sudut teras di lantai atas. Kalau mau dilihat dari sisi negatif ya mengganggu dan mungkin aku mengeluhkan orang yang memasang antena tinggi itu. Tapi aku memilih sisi yang sederhana saja. Biar saja disitu. Kalau dianggap tidak mengganggu ya tidak menganggu. Lagi pula, yang penting aku tetap bisa nonton berbagai acara dengan adanya TV cable. Simpel khan?!
Selamat membuat pilihan. Dimulai dari kegiatan sehari-hari. Kalau menghadapi sesuatu yang tidak menyenenangkan, pilihlah hal-hal yang positif.

Sunday, October 21, 2018

Festival Payung 2018 di Candi Borobudur

Oktober sudah memasuki minggu ke 3, tapi belum ada tanda-tanda turun hujan. Udara siang hari bisa mencapai 34 derajat celcius. Tapi dini hari 21 derajat celcius. Udara yang membuat kita berkeluh kesah. Tapi kita memang sering mengeluhkan segala hal. Panas mengeluh. Dingin juga mengeluh. Hujan apalagi. Maunya yang enak-enak saja. Enggak panas, enggak hujan. Udara sejuk nyaman... hahaha... maunya.

Tebak, apa yang paling berjasa dalam segala cuaca? PAYUNG!!
Ya.. payung melindungi kita dari terik matahari, maupun guyuran air hujan. Jasanya pantas kita hargai. Itu sebabnya Festival Payung di Candi Borobudur, 8 September 2018 menarik perhatian kami sekeluarga.


berbagai payung dipamerkan dalam festival ini


Perempuan berkebangsaan Jepang sedang menampilkan tari Bali dengan luwes dan apik
Awalnya hanya ingin mensupport menantuku yang diminta Amber Kusuma untuk memperagakan busana dengan Upcycle Fabric dan pemberdayaan perempuan desa tenun Stagen Sejatidesa Moyudan dalam festival payung tersebut. Tidak di sangka ternyata di sana tidak hanya beraneka payung yang dipamerkan, melainkan ada berbagai peragaan busana. Tarian payung yang ditampilkan anak-anak kecil hingga dewasa. Bahkan ada tari Bali yang dilenggokkan dengan luwes dan apik oleh perempuan berkebangsaan Jepang.
Anak-anak yang menari payung ini menjadi perhatian para turis
Sebagai pecinta renda, aku sangat kagum dengan karya payung yang dibuat dari renda. Indah dan mengagumkan. 

Renda payung yang cantik
Baiklah... mari kita berhenti berkeluh kesah dengan cuaca yang adalah karunia dari Sang Pencipta. Yang penting ada PAYUNG sebagai pelindung segala cuoca.  Bagaimana? setuju khan?!...


Monday, October 15, 2018

Imajinasi

Buku adalah jendela dunia. Setiap membaca satu buku aku bisa melanglang buana melalui setiap kata yang menggambarkan kisah kehidupan. Kali ini aku membaca buku The Story of my Life karya Helen Keller. Kisah hidup yang ditulis Helen Keller sendiri. Seorang wanita yang buta dan tuli sejak umur 19 bulan.


Ketika cucuku belum bisa bicara untuk mengungkapkan keinginannya. Dia sering marah karena kami gagal memahami maksudnya. Aku bisa membayangkan bagaimana frustrasinya Helen menjalani kehidupannya. Tuhan selalu memberikan jalan. Mengirimkan Anne Sullivan di saat Helen berusia 7 th. Seperti malaikat yang dikirim dari surga bagi Helen. Anne dengan sabar mendampinginya. Menjadi mata dan telinganya. Sehingga Helen bisa membaca dan menulis, bahkan berbicara.

Belajar berbicara dengan Anne Sullivan
Bagaimana bisa? pasti timbul keraguan kok bisa? bagaimana dia menggambarkan isi dunia ini? sedangkan dia tidak bisa melihat dan mendengar.
Buku ini terdiri dari 2 kisah. The Story of My Life menceritakan perjalanan hidupnya. Bagaimana dia berjuang untuk mengenal dunia ini. Bersekolah dan menjadi wanita pertama buta dan tuli yang bisa meraih gelar sarjana. Menjadi dosen dan pembicara di berbagai negara.
Sedangkan kisah berikutnya adalah The World I Live In, menceritakan bagaimana dia dengan indera penciuman, rasa dan raba bisa berimajinasi tentang isi dunia ini. Dengan keterbatasannya dia bisa melakukan lebih dari yang memiliki indera sempurna seperti kita.


Lahir 27 Juni 1880, meninggal 1 Juni 1968
Buku ini membuat aku terpana dan malu. Betapa lengkapnya indera yang aku miliki. Tapi aku bahkan tidak bisa menggambarkan isi dunia dengan indah seperti yang diceritakan Helen melalui mata hatinya. Indera penciumannya bahkan mampu merasakan segala yang terjadi di sekitarnya. Dan tangannya menjadi pengganti mata yang meraba  segala sesuatu sehingga memberinya gambaran tentang apa yang tidak bisa dilihat dan didengarnya.

Aku tidak bisa menggambarkan seluruh isi buku karena penuh dengan perjuangan yang membuatku takjub dan kehilangan kata-kata.
Aku hanya belajar dari Helen Keller bahwa imajinasi bisa membuat kita hidup dan memandang dunia ini dengan lebih baik. Apa yang kita lihat melalui mata bisa jadi tidak nyata. Mata hati perlu di asah supaya kita bisa melihat melampaui batas yang dilihat mata.

Dari Helen Keller aku berlajar berimajinasi. Imajinasi memampukan kita untuk melakukan apa saja. Menjauhkan kita dari pikiran negatif dan menciptakan kehidupan seperti yang kita inginkan.
Ketika udara akhir-akhir ini panas luar biasa. Tidak ada hujan sama sekali, aku berimajinasi membuat hujan.
tralala.... taman kecilku segar sekali habis hujan buatanku hahaha...

Selamat berimajinasi dengan melihat melalui mata hati dan mendengar melalui nurani. Disanalah keindahan sejati bisa kita nikmati.

Thursday, October 11, 2018

Memilah dan memilih

Kegiatanku akhir-akhir ini yang menarik adalah MC alias momong cucu. Isabel Mosha Abriana, dipanggil Mosha. Sekarang sudah 2 th lebih 3 bulan. Lucu, menyenangkan dan menggemaskan. Aku dipanggilnya Mimo, tapi dia baru bisa bilang "Iyooooo..." biasanya sambil berlari kearahku.


Kebahagiaanku adalah melihatnya bahagia. Maka benar kata orang kalau Simbah (Nenek) artinya nambah. Jadi kalau ada rejeki pastilah aku suka sekali melakukan hal-hal yang membuatnya bahagia. Seperti suatu hari kami sekeluarga membawanya ke tempat mainan.
Salah satu yang dia tertarik adalah mengambil boneka dalam mesin capit.
Mesin capit boneka
Untuk bisa memainkannya aku harus membeli koin 10.000 rupiah untuk 3 koin. Ketika aku membelikan 3 koin sudah pasti dengan kesadaran uang tersebut bisa sia-sia karena tidak mudah mengambil boneka dengan capit yang waktunya sudah ditentukan hanya beberapa detik saja. Tapi demi kebahagiaanya semua bisa diterima. Nilai sebuah kebahagiaan.
Koin capit boneka
Dan benar. 3 koin tidak cukup untuk bisa meraih satu boneka dengan capitnya. Aku tetap saja merasa bahagia. Tapi kemudian aku tidak ingin membeli lagi karena tahu akan sia-sia. Aku lebih suka mengalihkan ke hal lain yang membuatnya tertarik. Misalnya makanan kesukaannya. Atau sekedar menemaninya melompat-lompat atau berlari yang juga membuatnya bahagia.

Melepaskan sesuatu yang kita tahu akan hilang begitu saja tentu saja ada batasnya. Aku bisa saja mengatakan rela melepas 10.000 rupiah demi Mosha. Tapi mungkin ada ibu yang sangat membutuhkan uang 10.000 untuk kebutuhan sehari-harinya dari pada untuk membeli koin yang belum tentu bisa mendapatkan boneka.

Akhir-akhir ini banyak tawaran untuk menginvestasikan uang dalam jumlah besar dengan iming-iming bunga yang luar biasa menggiurkan. Dengan rayuan yang sangat intens dan tidak mudah menyerah, seseorang bisa merelakan ratusan juta untuk diinvestasikan. Dengan janji uang bisa diambil kapan saja, dan bunganya memang awalnya di kirim dalam jumlah yang melambungkan perasaan.

Kemudian, terjadi kemacetan ketika kita mulai ingin mengambil apa yang kita investasikan. Dengan berbagai alasan dan janji yang membuat kita ada di posisi lemah dan kalah. Aku sering mendengar cerita seperti ini. Bahkan pernah ditawari. Ada untungnya aku tidak punya uang sebanyak itu, jadi pasti jawabannya TIDAK.

Setiap orang berhak untuk menawarkan apa pun pada kita. Merayu dan membuat kita kena rayuan. Semua keputusan dan kendali ada pada kita. Mau ikut atau tidak. Mampu atau tidak. Rela atau tidak kalau apa yang kita investasikan hilang begitu saja.

Seperti halnya membeli koin 3 biji dengan 10.000. Relakah kalau 3 koin itu tidak bisa membuatku memiliki boneka yang diinginkan cucuku? kalau rela ya lakukan saja. Kalau tidak, ya sudah belikan yang lain.

Hidup itu sederhana, tapi penuh dengan pembelajaran. Berbagai rayuan untuk membeli ini dan itu semakin marak yang membuat kita tidak sadar menguras dompet, entah barang itu dibutuhkan atau tidak. Yang sebenarnya dibutuhkan adalah pengendalian dan mawas diri untuk bisa memilah dan memilih.


Thursday, October 4, 2018

Apa kata anakku...

Maaf, kalau aku menulis tentang ulang tahun terus. Karena bermacam cerita tiba-tiba bermunculan dan ingin di ceritakan sejak aku kembali memiliki laptop. Berbagai rasa berhamburan. Rasa syukur yang tidak habis-habisnya dan bahagia karena kembali bisa berkomunikasi dengan berbagai teman melalui tulisanku, di belahan dunia mana pun.
Mungkin ketrampilan ini menurun ke anakku. Dia juga pandai menulis, menyampaikan buah pikiran dengan bahasa yang hidup. Dan di hari ulangtahunku dia menuliskan sesuatu tentang aku.

**********************************************
 Udah lama gak main gitar, udah lupa... apa kursus lagi ya? hahaha...
*******************************************************

************************************************

***************************************************

Biasalah emak-emak ini kalau di komentari anaknya trus pingin ngoreksi yang ndlogok-ndlogok konyol. Tapi ini tulisan yang manis untuk di kenang. Thank you sayang... 
Tapi tetep pingin protes... hahahaha...

*******************************************************



Kalau begini kan juga kelihatan serius hahaha... 

Inilah aku... dimata anakku. Diusia 59 th, ternyata banyak juga waktu yang sudah aku lewati... Semoga tahun-tahun menjelang semakin bisa memberikan yang terbaik yang bisa aku berikan. Bagi siapa saja yang ada di sekitarku. Baik secara langsung, mau pun tak langsung, dimana pun berada. Amin

Monday, October 1, 2018

The Party of Love

Bulan Juli banyak yang ulang tahun. Mirta anakku, mas Totok suamiku, Mosha cucuku. Pesta apa yaaa? sahabat kami, mas Dani dan Pak Anto yang hobbi kulineran juga ulang tahun di bulan Juli. Gabung yuuuk.. Gayung bersambut. Dibuatlah rencana kapan kami bisa kumpul bareng mengingat masing-masing punya kegiatan se abreg. Sabtu 4 Agustus disepakati menjadi hari yang tepat untuk kami semua.

Kami senggol beberapa teman yang bisa ikut merayakan. Ada teman Mirta, Marine yang kebetulan datang dari KL mau gabung. Trus dimana ya yang asik tempatnya..? kenapa gak di Melcosh aja. Di depan wisma tempat mas Totok tinggal. hhhmmm... tepat sekali.

Hanya dengan berkomunikasi lewat WA pesta di rancang. Pesta kebun makan siang di wisma Melcosh yang lokasinya di Kaliurang.
Dengan bahagia kami mempersiapkan dan menyambut hari H. Masih ada beberapa teman dan sahabat yang kami undang, tapi kebetulan mereka berhalangan. Baiklah.. acara tetap berjalan dan di rancang apik oleh Mirta dan Tito.

Ketika cintalah yang mendasari untuk kami bertemu dan berbagi maka masing-masing menyiapkan dengan maksimal. For us with love... begini ceritanya.

Undangan dibuat dengan cantik dan cukup dikirim lewat WA. Makan siang di Melcosh. Bawa makanan sendiri-sendiri. Kami langsung berkomunikasi mau bawa apa saja biar bisa lengkap sajiannya.

Masing-masing menyiapkan yang terbaik untuk acara ini.
Kami menyiapkan tempat di kebun depan wisma Melcosh Kaliurang.
Jalan menuju lokasi dibersihkan dari daun-daun kering musim kemarau. Pilihan makan siang di kebun Wisma Melcosh sangat tepat karena di musim kemarau udara masih sejuk.

Meja dan kursi juga ditata rapi. Karena tidak semua undangan bisa datang, maka kursi 10 sudah cukup untuk kami semua.
Selain menyiapkan tempat dan peralatan makan, kami menyediakan infus water. Daun mint tinggal metik di kebun. Lemon dan strawberry mesti beli. Di Pakem ternyata ada perkebunan strawberry. Kami bisa memetik sendiri. Menyenangkan sekali mempersiapkan pesta ini.
Hiasannya pingin bunga matahari. Kebetulan tanaman bunga matahari di kebun sedang berbunga. Tinggal metik. Wooow.. semua dipermudah dan dilancarkan.
Mirta memesan Chinese Food dan Tito melengkapi dengan snack. Marine membawakan wine. Pak Anto dan mas Dani membawa tart jadul yang hanya ada satu pembuatnya di Jogyakarta. Penampilannya juga seperti tart jaman dahulu. Juga membawa Beer dan softdrink



let's do the party of love...

strawberry, lemon dan daun mint menjadi minuman segar dan sehat
bahkan bunga matahari ikut bergembira 

Mosha siap berangkat dengan Odinya... buuum... buuum
Tart jaman dulu, tapi rasanya... jangan tanya. Apalagi diminum dengan wine
Snack cantik ini mungil. Cuma satu gigitan. Satu orang bisa makan lebih dari 5 macam.
Makan.. ngobrol.. makan lagi... ngobrol.. makan lagi...

Kebersamaan yang menyenangkan. Nggak ingin berhenti. Kami mulai dari makan siang jam 1. Makan dan ngobrol, sampai jam 5 sore. Masih di lanjutkan ngopi di cafe Melcosh. Baru rela membubarkan diri jam 7 malam. Hanya karena kedinginan.
Siapa mau gabung di lain kesempatan?? ayo daftar dari sekarang hahaha....