Pages

Wednesday, December 26, 2018

Kadaluarsa

Produk bahan makanan terutama, ada tanggal kadaluarsa. Kenapa? ya pasti ada batas waktu produk itu baik untuk dikonsumsi. Katanya kalau lewat tanggal tersebut bisa menjadi racun dalam tubuh kita.
Menyambut tahun baru ini aku bebenah isi rumah. Setelah mengganti warna tembok dan membuang barang-barang yang tidak perlu, yang menjadi perhatian selanjutnya adalah isi dapur. Dan aku menemukan banyak bumbu yang sudah kadaluarsa. Langsung semua masuk keranjang sampah. Takut suatu hari kelupaan menggunakannya tanpa melihat tanggal.
Sisanya yang masih jauh tanggal kadaluarsanya aku tata kembali. Ternyata jadi kelihatan rapi dan siap untuk digunakan untuk memasak.

sudah kadaluarsa
yang layak di konsumsi
Aku merasa di akhir tahun ini khususnya, banyak hal yang aku perbarui. Dari cat tembok yang membawa suasana baru dalam rumah. Membuang barang-barang yang tidak terpakai. Mengeluarkan peralatan sehari-hari yang selama ini tersimpan dalam doos. Ingin semuanya baru dan indah dilihat. Menata tanaman kembali dan bahkan dalam kegiatan masak sehari-hari juga ingin sesuatu yang baru.

Tanpa kita sadari sebetulnya hati dan pikiran kita menyimpan banyak hal yang mungkin sudah kadaluarsa juga. Selain memenuhi hati dan pikiran, kalau tersimpan lama bisa menjadi racun dalam tubuh kita. Maka selain memperbaharui segala hal yang kasat mata, aku juga ingin memperbaharui hati dan pikiran. Membuang segala hal yang sudah tidak perlu di simpan lagi karena hanya akan menggerogoti pikiran kita.
Seperti halnya ketika aku memilih mana bumbu-bumbu dapur yang masih layak digunakan dan yang sudah kadaluarsa, aku juga mulai memunculkan lagi berbagai kenangan baik dan buruk dalam kehidupanku. Kalau dirasa sudah tidak perlu ya dibuang saja. Sedikit demi sedikit lama-lama seperti iklan obat pusing  "sudah lupa tuh..."
Apa ada kenangan indah yang harus dibuang? menurutku ada. Mungkin bukan dibuang, tapi disimpan saja. Kalau di ingat terus nanti malah tidak bisa melihat keindahan sekarang ini.

Aku akhirnya melihat banyak ruang untuk diisi dengan rencana-rencana baru. Dengan semangat dan harapan baru. Bagaimana denganmu??




Tuesday, December 18, 2018

Warna Baru, Hati Baru

Warna baru dan lama
Tinggal di rumah dengan tembok yang kusam rasanya kok kurang nyaman. Tapi mau ngecat mikirnya lama banget. Membayangkan bagaimana runyamnya isi rumah dalam proses pengecatan. Kalau nggak niat banget rasanya nggak bakalan kesampaian.
Maka niat itu harus dilaksanakan. Kalau cuma jadi keinginan pasti nggak jalan.  Di akhir tahun ada waktu 3 hari yang bisa dipakai untuk ngecat rumah.
Mengingat banyak barang yang harus disingkirkan, 10 hari sebelumnya aku mulai bebenah. Barang-barang dimasukkan doos. Tibalah hari H yang penuh debu dan barang-barang berantakan walaupun sudah di packing. 3 hari benar-benar menyesakkan. Hingga akhirnya semua selesai. Bebenah kembali juga membutuhkan tenaga ekstra.
Ternyata banyak barang yang sudah tidak terpakai. Akhirnya harus merelakan membuang banyak barang. Yang ditinggal hanya yang benar-benar dipakai sehari-hari. Ternyata tidak banyak sehingga bisa kembali ditata. Puas dan senang melihat segala sesuatu kelihatan baru, bersih dan rapi.


hhhmmm... bagaimana kalau warna hati  dan pikiran yang diperbarui?
Pasti bukan sesuatu yang mudah. Bayangkan hati dan jiwa kita di amplas, pasti sakit. Karena kalau mau memberikan warna baru, warna lama harus dihilangkan dulu. Dan mampukah setelah itu membuang segala hal yang tidak penting dalam hati dan pikiran. Supaya ada ruang kosong untuk diisi dengan hal-hal baik. Ditata lagi dan dirapikan.

Dalam permenunganku di akhir tahun
1. Menyelesaikan satu persatu persatu persoalan yang mengganjal di hati berkaitan dengan orang lain. Baik itu keluarga, saudara, teman-teman dan semuanya. Hal ini memberi warna positif dan bersih di hati.
2. Memilah hal-hal yang tidak perlu dan tidak penting yang kita simpan dalam hati dan pikiran. Misalnya rasa kawatir, marah, takut, dendam dsb. kemudian menyingkirkannya satu persatu. Hal ini tidak mudah dan bisa jadi menyakitkan. Seperti hati dan pikiran kita di amplas.
3. Warnailah hati dan pikiran dengan sesuatu yang baru. Rasa syukur atas perjalanan hidup selama ini. Pengalaman baik dan buruk selalu menjadi pembelajaran yang membuat kita tumbuh. Rasa syukur atas segala yang kita miliki. Tulislah satu persatu pasti akan terkumpul banyak sekali.

Hal di atas itu pengalaman pribadi. Setiap orang memiliki cara sendiri untuk memperbaiki dan memperbarui diri. Yang penting kita bisa membuat hidup kita lebih hidup dengan warna baru.
Mari kita sambut tahun 2019  dengan warna hati dan pikiran yang baru.