Yang membangunkanku setiap pagi, selain suara alarm adalah tangisan Aldy. Anaknya mbak Sri, pembantu yang tinggal sehalaman denganku.
Aldy klas 4 SD. Anak satu-satunya mbak Sri. Setiap pagi, selain suara keras ibunya yang membahana, juga bersahutan dengan suara keras tangisan Aldy yang malas bangun pagi, mandi dan sekolah.
Semula aku hanya bersabar untuk memperhatikan dari jendela dapur, pergulatan mereka setiap pagi, yang berakhir dengan kemenangan Aldy, kerana akhirnya ibunya mengalah untuk menggendongnya ke kamar mandi.
Lama-lama Aldy semakin berat, dan omelan ibunya semakin bertambah. Jadi makin ramelah pagi hariku dengan tangisan dan omelan. hhhmmm... pagi yang riuh...
Dan aku pun tergerak untuk membantu mereka. Kenapa tho? kenapa mesti ribut di pagi hari. Kenapa harus berantem yang berakhir dengan tangisan, omelan dll.
Pagi itu kudekati mereka, langsung ibunya senang "ini lho bu Lilik, Aldy jan keset tenan (benar-benar malas).. tiap pagi gak mau bangun, mandi, sekolah".
Aku belum bicara Aldy sudah malu. Tinggal isaknya pelan sambil manja minta digendong ibunya. Dan ibunya pun serta merta mengulurkan tangan untuk menggendongnya. Saatnya aku bicara "Aldy kamu kan sudah besar, sudah klas 4 SD, apa gak malu minta gendong ibu. Lihat kakimu, nanti lama-lama lemah karena malas berjalan, gak bisa main sepak bola lagi" aku pakai alasan sepak bola kesukaannya untuk alasan ini. Dan berhasil.
Aldy tidak jadi minta gendong, dan mau berjalan disamping ibunya ke kamar mandi.
Menjadi kewajiban tak tertulis bagiku, untuk bangun pagi, mengawasi Aldy setiap pagi dan menegurnya kalau dia mulai manja. Hingga suatu hari, aku melihat ibunya menggendong Aldy, sambil diciumi seperti bayi, bercanda ke kamar mandi.
Oaaalah... nah ini siapa yang salah, yang manja atau yang memanjakan. Dan aku sempat mendengar ibunya berkata "ayo-ayo cepat, nanti dilihat bu Lilik"...
Haduuuh.. kok aku jadi kayak satpam gratis begini. Lalu buat apa aku kemarin ikut campur kalau ibu dan anak malah bersikap beda di belakangku
Sejak itu, aku tidak peduli. Aku anggap tangisan pagi sebagai alarm yang membangunkanku. Pendidikan Aldy adalah tanggung jawab orangtuanya, bukan tanggung jawabku. Aku hanya akan menanggapi ketika mereka datang minta tolong, seperti bertanya untuk menyelesaikan PR Aldy, minta bumbu untuk membuat sarapan. Atau apa saja yang mereka butuhkan. Bahkan menyediakan tellinga ketika ibunya datang untuk curhat ini dan itu.
Niat baik tidak akan berbuah, tanpa kerjasama untuk menjadikannya baik.