Pages

Saturday, September 14, 2019

Semangat Ibu-Ibu Buruh Tandur

Bangun pagi hari ini memberikan pencerahan yang luar biasa buatku. Seperti biasa aku belanja sayuran di seberang rumah, dimana bapak sayur menggelar dagangannya sejak jam 5.30. Di benak masih bingung nanti mau belanja apa. Belum ada ide mau masak apa. Jadi mau lihat-lihat dulu apa yang ada, siapa tahu muncul ide.
Dari seberang tidak biasanya pak sayur dikerubut ibu-ibu naik sepeda sampai sibuk sekali melayani mereka. Karena aku belum punya ide mau belanja apa, jadi memilih untuk menunggu sampai ibu-ibu selesai belanja.
Mengamati mereka baru aku sadar kalau ibu-ibu ini memang tidak biasa yang aku temui setiap pagi. Mereka berombongan sekitar 10 orang, bersepeda, bercaping dan sebagian besar tidak beralas kaki. Tergelitik untuk ingin tahu, maka aku bertanya pada seorang ibu yang sudah selesai belanja tapi masih menunggu teman-teman untuk bersama-sama melanjutkan perjalanan.

"saking tindak pundi to bu?" (dari mana bu?) tanyaku penasaran. Kalau mereka berbelanja berarti sudah dalam perjalanan pulang. Agak mengherankan juga karena sepagi ini mereka sudah pulang.
"sakajane ajeng tandur, ning mboten estu bu. Sawahe dereng wonten toyane" (harusnya mau tandur, tapi nggak jadi karena sawahnya belum diairi) jawab ibu itu yang kemudian disahut ibu yang lain,
"padahal nggih pun janjian. kok mboten disiapke sawahe, tiwas adoh-adoh le nyepeda" (padahal sudah janjian, kok nggak disiapkan sawahnya. Udah nyepeda jauh nih)
"wonten pundhi sawahe?" (dimana sawahnya?) tanyaku lagi.
"ler rel sepur" (utara rel kereta api) waduuh itu memang jauh banget. Sekitar lebih dari 6 km dari tempat ini. Padahal rumah mereka masih ke selatan lagi. Kasihan.
"niki dijanji tanggal 5 ken tandur. nek mblenjani melih, pun kulo mboten purun nek ken tandur teng mriko" ( ini mereka janji tanggal 5 disuruh tandur. Tapi kalau mereka ingkar janji lagi ya besok kalau nyuruh tandur, aku nggak mau lagi) kata salah satu ibu yang menyahut dengan kesal.
"idea-idep olah raga bu" (anggap aja olah raga bu) sahut ibu lainnya dengan tertawa.

Rata-rata mereka belanja diatas 20 ribu. cukup untuk mendapatkan sayuran dan beberapa jajanan. Juga bumbu untuk menyajikan masakan seluruh keluarga. Hari ini mereka tidak mendapatkan penghasilan setelah bersusah payah bersepeda. Tapi yang menyentuh hati adalah komentar salah satu ibu yang penuh semangat dan penuh syukur.
"deloken iki. Duit 50 ewu wis entuk akeh, malah isih ono susukke" (lihat nih, uang 50 ribu sudah dapat banyak, malah masih ada kembaliannya) katanya sambil tertawa.

Aku tertampar di pagi hari.
Gila banget... mereka mengayuh sepeda dipagi hari hanya berbekal harapan hari ini mendapat pekerjaan dan mendapatkan upah. Ketika harapan tidak terwujud mereka masih bisa menyikapinya dengan pikiran positif. Mereka ibu-ibu sederhana tapi penuh semangat hidup dan rasa syukur yang berlimpah. Betapa seringnya aku mengeluh soal harga yang mahal. Kecewa karena sesuatu yang terjadi tidak sesuai harapan. Capek dan kehilangan semangat. Memaki karena orang-orang berbuat seenaknya dengan kita dan mengeluh karena merasa tidak dihargai.

Lihatlah mereka....

Dari jerih payah merekalah, kita nikmati nasi kemebul setiap hari. Kaki-kaki mereka tertanam dalam tanah lembek. Punggung membungkuk menanam padi dengan kerapian yang indah dipandang. Tangan-tangan terampil dengan kerapian memberi kehidupan setiap batang padi dalam tanah yang subur. Betapa seringnya kita memuji hamparan sawah hijau yang indah. Melupakan tangan-tangan keriput dan hitam kena sengatan matahari. Kaki-kaki tanpa alas yang mengayuh sepeda untuk datang dan pergi.



Hari ini ketika nasi hangat beraroma sedap tersedia di meja makan beserta lauk pauk yang mengundang selera, aku ingat ibu-ibu buruh tandur dan semangat mereka yang luar biasa. Tanpa mereka aku tidak bisa menikmati nasi yang manis beraroma ini.
Terimakasih tak terhingga kepada mereka yang telah ikut berpartisipasi pada hidangan kita setiap hari. Semoga Tuhan memberikan rejeki, kesehatan dan semangat yang tak pernah padam. Amin.





Friday, August 9, 2019

Aku adalah aku

Menjadi Mimo (panggilan cucuku ke aku) mengingatkanku masa dulu ketika anak-anak masih kecil. Cucuku Mosha baru 3 tahun. Karena lima hari dalam seminggu bersamanya, aku bisa melihat pertumbuhannya dari hari ke hari. Kini memasuki usia yang oleh orang Jawa di sebut kemratu-ratu. bersikap layaknya ratu, princes atau apalah sebutannya, yang jelas menjadi sosok bocah yang mulai ingin menjadi perhatian. Kadang muncul karakter "milikku milikku". Untung Mosha tidak sampai "milikmu milikku", karena memang ada yang seperti itu. Mosha hanya posesif dengan barang-barang miliknya.
Kalau nonton Disney Yunior, ada Princes Sofia yang menjadi idolanya. Helm harus yang ada gambar Princes Sofia. Juga tempat minum dan sepatu. Ada baju tutu (bahasa jawa=mekruk) yang sangat disukainya karena seperti Princes Sofia. Setiap hari dipakai, bergaya menyebut dirinya Princes Sofia. Jadilah bajunya mbah ringgo (kumbah garing dinggo) atau curingkai (cuci kering pakai). Bahkan pernah belum sempat disetrika sudah minta dipakai.

Dari usia 2 tahun, seminggu tiga kali masuk sekolah junior playgroup. Tahun ini Mosha mulai masuk playgroup yang masuknya lima hari seminggu. Mosha bukan anak yang bisa dipaksakan untuk masuk sekolah setiap hari. Jadi kami ikuti saya maunya, toh baru 3 tahun.
Aku ingat dulu ketika anakku di TK kecil tidak mau sekolah sampai 3 bulan, gara-gara ditakuti ular oleh temannya. Waktu itu aku tidak kawatir karena ada juga anak yang masuk langsung TK besar juga tidak apa-apa. Kenyataanya anakku tumbuh dengan baik-baik saja dan sekolahnya lancar.

Menghadapi Mosha yang kadang mau masuk sekolah, kadang tidak, aku juga santai saja. Biasanya aku ajak bermain di rumah. Menggambar, melukis, membacakan buku. Kadang minta lembar tugas sekolah untuk dikerjakan di rumah. Juga bermain-main dengan teman-teman sekompleks.
Kalaupun mau masuk sekolah, maunya juga yang aneh-aneh.

helm Sofia kesukaannya
Suatu kali dia maunya pakai helm dan tidak mau dilepas walaupun di dalam kelas. Dari berangkat sampai pulang helm dipakai terus.

Hari lain Mosha mau sekolah tapi pakai kacamata hitam ibunya. Baiklah sayang... tidak apa-apa.. hahaha... Mosha cantik kok pakai kacamata. Guru-guru juga santai saja melihat penampilannya yang selalu beda.
kacamata ibu yang dia pilih untuk dipakai
kemana-mana
Lain hari, sekolah dengan rambut dijepit tutup sikat gigi. Dilepas tidak mau. Dia bangga sekali bisa menjepitkan sendiri di rambutnya. Nggak papa sayang... walaupun mimo malu juga dilihat teman-temannya dengan pandangan aneh.
Ada yang melihat tutup sikat gigi terjepit
di rambunya?
Dan di hari lain, Mosha mau sekolah kalau pakai sepatu ibunya. Sepatu dengan hak 5 cm. Sudah dibujuk-bujuk tetap saja pede dengan sepatunya. Kali ini aku kawatir dia jatuh. Jadi aku mengantarnya ke sekolah dengan menenteng sepatunya, untuk berjaga-jaga kalau dia mau ganti.
Tentu saja penampilannya ini menjadi perhatian orangtua dan pengantar teman-temannya. Mereka senyum-senyum, tertawa dan gemes melihat gayanya.
Guru-guru memberi dukungan, yang penting mau berangkat sekolah. Bahkan ada orangtua yang berbisik sambil senyum-senyum "anak saya tadi berangkat sekolah nggak mau mandi". Ada lagi yang bercerita kalau anaknya mau sekolah tapi harus pakai baju tidur... hahaha.. ternyata aku tidak sendirian.
Tentu saja Mosha dengan sepatu besar dan tinggi itu membuat dia tidak nyaman berjalan jadi akhirnya minta pulang. Menuju parkiran kendaraan, benar dia jatuh. Mosha tidak menangis dan akhirnya mau ganti sepatunya sendiri.
Baju Sofia dan sepatu ibu
Ada-ada saja Moshaku ini. Tapi aku sangat menghargai keinginannya menjadi diri sendiri. Dare to be different. Inilah aku. Biarkan aku mencoba sesuatu. Biarkan aku menjadi diri sendiri.
Baiklah Mosha... Mimo akan mendukungmu menjadi dirimu sendiri, dengan mencoba banyak hal dan belajar dari pengalaman. Seperti halnya dia berusaha dan bersusah payah memakai celana sendiri. Walaupun terbalik tapi berhasil. Dan dengan bangganya Mosha minta difoto dengan gaya khasnya dilengkapi kalung yang dipakai untuk penghias rambut. Cocok sekali dengan tulisan di kaosnya. "Seperti halnya dirimu, aku juga tidak mau dibanding-bandingkan dengan anak lain".

"I always love you Mosha" dan hatiku dipenuhi kebahagiaan ketika Mosha menjawab,
"I love you Mimo" dengan suaranya yang lucu menggemaskan.

Wednesday, April 10, 2019

Awet Muda

Anakku memasuki usia angka 3 sudah merasa tua. Lalu aku bilang begini,
"mama gak sabar nunggu masuk angka 6 tahun ini" kataku. Dan mereka memandangku dengan aneh.
"kan kalau umur 60 th dapat discount 20% kalau naik kereta api. Lumayan khan?!" mereka tambah memandangku dengan aneh.
Kalau menjadi tua, memang kenapa toh?. Kan sudah hukum alam, kalau tambah umur ya tambah tua. Masak mau muda terus. Tapi ya banyak yang nggak pingin dibilang tua. Kalau nggak, pasti obat awet muda nggak laku. Operasi plastik bisa tutup.
Untuk kelihatan muda, orang bahkan rela ditarik kulit wajahnya kesana kemari biar tetep kencang. Perawatan kulit wajah yang dikembalikan jadi kulit bayi, dengan syarat nggak boleh kena matahari. Krim yang dipakai harus ini itu. Harganya juga selangit!. Mau awet muda itu mahal.

Aku ini, sering dibilang muda, karena memang nggak tahu kenapa kerut di wajahku itu kok nggak banyak. Jadi beruntunglah aku tidak perlu keluar uang untuk operasi plastik atau beli krim ini itu. Rambut yang nggak bisa bohong, karena sudah ubanan lumayan banyak. Karena mau bergaya, maka rambut aku semir. Bukan warna hitam, karena rasanya aneh, sudah tua kok rambutnya hitam. Jadi aku pilih warna aneh saja sekalian. Pernah aku semir ungu tua, tapi seringnya deep burgundy.
Lama-lama males nyemir rambut. Jadi aku biarkan saja tumbuh selang seling putih. Jadi abu-abu.

Suatu hari, ketika mengantar cucuku sekolah, aku menunggu di luar bersama ibu-ibu. Seperti biasa terjadi pembicaraan basa basi.
"nunggu siapa bu?" tanyaku
"anak saya TK bu, nah ibu anaknya klas berapa?" tanya salah seorang ibu.
"ooo.. saya nunggu cucu saya, masih di yunior playgroup" jawabku. Tiba-tiba ada ibu lain yang nyeletuk,
"aaah.... dulu pasti kawin muda ya.. masih muda kok sudah punya cucu" katanya sambil tertawa mengejek. Haahh.... kaget juga dengan komentarnya. Walaupun senang juga dikira muda, tapi buntutnya yang nggak enak.
"saya sudah tua kok. Umur saya hampir 60 th. Wajar khan kalau sudah punya cucu" jawabku santai. Mereka jadi terdiam.

Ternyata tampak muda, bisa dikomentari miring juga. Jadi sebenarnya kenapa kita mesti bersusah payah pingin kelihatan muda. Kalau memang sudah tua ya biarlah rambut jadi putih, kalau memang sudah saatnya keriput ya biar saja keriput. Semakin kawatir kelihatan tua malah jadi tua beneran.
Semakin bertambah umur yang tidak bisa dihindari kepikunan kita. Mau nggak mau jadi pelupa. Sudah dicatat, catatannya ketinggalan. Kayaknya sudah dibawa, lupa naruhnya dimana.
Baru-baru ini aku jadi bahan tertawaan warga di perumahan anakku. Konyol juga sih.
Waktu itu aku menjaga cucuku di rumahnya hingga sore dan bermaksud pulang naik grab. Setelah pesan grab aku mempersiapkan diri sambil memperhatikan mobil grab sampai dimana lewat GPS. Ketika aku lihat sudah mulai masuk perumahan, aku pamitan cucuku dan keluar rumah. Di depan ada mobil berhenti dan jendela dibuka, spontan aku menyapa,
"grab pak" tanyaku
"bukan" jawab si bapak sambil tertawa. Tiba-tiba suster anakku keluar dan berbisik,
"ibu, itu bapak sebelah rumah" Haah ... aku blingsatan malu. Untung grab yang sebenarnya segera datang jadi aku bisa segera kabur.
Kekonyolanku jadi bahan tertawaan ibu-ibu seperumahan lewat group mereka. Anakku menegur,
"mama tuh lho, masak bapak sebelah dikira grab. Mana mobilnya X-trail" katanya.
"lah mana mama tahu itu bapak sebelah, kan nggak pernah ketemu. Lagi pula mobil X-trail itu kayak apa mama juga nggak hapal" jawabku. Apa kalau mobil X-trail nggak bisa buat nge grab?

Tapi ya banyak cerita tentang kepikunan orang yang mulai tua. Ketika aku cerita ke kakakku yang usianya hampir 70 th, dia malah ketawa ngakak. Dia tinggalnya di Amerika. Suatu hari nonton American Idol. Tiba-tiba dia menggerutu sendiri ketika jurinya berkomentar.
"kenapa sih komentarnya pakai bahasa Inggris?" Langsung anak, mantu dan suaminya berpaling ke dia. Melongo sebentar kemudian ketawa ngakak.
"lah mama ini gimana, kan TV Amerika" hahahahaha... dasar pikun.
Yah begitulah yang bakalan terjadi dan akan kita alami bersama. Menjadi bahan tertawaan yang muda-muda. Kami pun dulu sering mentertawakan orangtua kita.
Jadi ingat ketika aku bercerita tentang sesuatu ke bapakku dan menyebutkan kata "masa kini". Bapak dengan polosnya bertanya,
"lha sakini ki sopo?"... lhoh.. ngakaklah aku waktu itu
"maksudku masakini pak, bukan mas Sakini".

Circle of life. Lahir, anak, remaja, dewasa, orangtua, mati, lahir baru, anak.. dst. sudah sewajarnya. Mau dipoles muda, kayak remaja kinclong dan kinyis-kinyis, pikiran yang menua dan mulai pikun tetap saja nantinya tidak bisa disembunyikan lagi. Bukan melarang untuk berupaya menjadi awet muda, tapi yang lebih penting menyadari kalau usia tetap saja bertambah tidak bisa dihentikan.
Anak-anak sekarang maunya serba cepat dan instan. Didukung teknologi yang berubah cepat setiap saat. Jadi orangtua, belum paham ini sudah ganti yang baru. Baru membuat satu langkah mereka sudah berlari satu kilometer. Jadi mesti legowo kalau dibilang "telmi" (telat mikir).
Walaupun sebentar lagi usia masuk kepala 6, sebetulnya belum bisa dibilang tua dalam hal pengalaman hidup. Pembelajaran hidup terus berjalan. Bisa belajar dari yang muda, juga dari yang lebih tua, karena tidak seorang pun dari kita sempurna hidupnya. Yang penting bagaimana mengisi setiap hari yang kita miliki dengan hal-hal baik. Hal-hal yang baik itupun susah didefinisikan yang bagaimana. Jadi bertambahnya umur justru makin banyak yang harus dibenahi dari dalam diri sendiri, dari pada hanya membenahi penampilan supaya awet muda.


Thursday, April 4, 2019

Dibalik Cerita Bersambung


Setahun lalu telinga kiriku berdenging dan sangat mengganggu. Setelah diperiksa secara medis, aku hanya diberi obat. Katanya butuh waktu lama untuk bisa sembuh. Resep sudah aku kopi 3 kali dan rajin minum vitamin untuk otak. Tidak ada perubahan sama sekali. Iseng bertanya ke mbah Google, kenapa telinga berdenging?. Ternyata gejala ini disebut Tinnitus. Ada faktor usia atau juga bisa karena stress.
Stress? apa aku stress? rasanya kok biasa saja, tapi siapa tahu?. Penasaran, akhirnya aku ke psikolog yang kebetulan suaminya terapis. Berdua mereka mewawancarai aku dan dengan terapi bisa membuka peristiwa lama yang tidak disadari menjadi luka batin.
Ada pertanyaan menarik,
"ibu sekarang kegiatannya apa?" tanya mereka.
"kebetulan ada kerjaan merenda dan membuat macrame. Kadang ya momong cucu". Tiba-tiba dia berkata,
"nah ini yang bikin ibu stress. Merenda dan macrame!" katanya seperti menemukan sesuatu.
"lhoh... masak?? kan aku suka sekali merenda dan macrame" kataku tidak percaya.
"bukan bu, itu hanya pengalihan tapi tidak mengobati. Apa lagi kesukaan ibu yang lain?"
"apa yaaa?... " lama aku mengingat "menulis??" jawabku ragu-ragu.
"nah, itu yang tepat. Ibu menulis aja. Itu aktivitas yang bisa mengurangi stress. Karena ibu punya potensi untuk bicara jujur tentang apa yang ibu rasakan".

Menarik sekali khan?!. Dan aku menulis lagi, setelah 4 tahun berhenti menulis di blog. Menulis menjadi aktivitas untuk diriku sendiri. Kalau tulisanku bisa menjadi inspirasi atau hiburan bagi pembaca, itu bonus untukku.
Pada awal aku menulis, dengingan di telinga kadang hilang, kadang datang. Tapi aku yakin, kalau bisa hilang walaupun hanya beberapa hari, pasti nantinya bisa hilang selamanya, berarti sembuh. Hingga hari ini, dengingan di telinga sudah jarang sekali muncul.

Aku dan Rini
Aku dan Rini, Semarang 2019
Aku biasa menulis tentang diriku sendiri. Tentang peristiwa yang terjadi dan apa yang aku pikirkan tentang hal tersebut. Menyenangkan bisa kembali menulis. Seperti menulis buku harian tapi dengan tema tertentu. Hingga suatu hari aku tertarik dengan cerita Rini yang hanya sepotong-sepotong dalam sebuah reuni di Baturaden baru-baru ini. Kisah hidupnya menarik dan banyak peristiwa yang membuat kami terpesona mendengarnya waktu itu.

Tidak mudah meyakinkan Rini untuk mau bercerita dan ceritanya aku tulis. Hingga aku mencoba menuliskan sepotong cerita tentang dia. Dan komentarnya "waduuh kok jadi bagus". Dan aku bersemangat.
"bagaimana? mau dilanjutkan?" tanyaku. Dan gayung bersambut. Muncullah cerita bersambung "Ketika Hening Diletakkan". Kami mulai berkomunikasi lewat email dan wa setiap hari. Dan dia mulai mencoba mengingat kisah cintanya.
Menulis kisah cinta Rini benar-benar mengolah rasa. Ikut merasakan jatuh cinta, kecewa, jengkel, sabar dan tidak sabar, marah dan sedih dan bisa ikut berurai air mata ketika menulis.
Imajinasi mengalir begitu saja. Setelah draf disetujui baru aku upload di blog dan menjadi cerita bersambung yang dinantikan pembaca.

Yang paling sulit menulis kisah no 16 tentang pergumulan batin Hendra. Rini memberikan info sangat sedikit. Dan aku harus berimajinasi sendiri untuk melihat apa yang membuat perubahan sikap Hendra. Dalam kebuntuan aku bernyanyi bak Lady Gaga dalam film A Star is Born yang berjudul Shallow "...tell me something.. Boy.." (Boy = Hendra) ... hahaha... dan anehnya, mengalirlah kisah no 16 dengan lancar. Seakan ada yang menuntunku untuk menulis. Pengalaman yang luar biasa dan membuatku merinding.
Kesulitan lain memahami tentang karya Hendrawan. Rini dengan santainya mengirimkan katalog hasil karyanya. Jujur sama sekali aku nggak paham. Aku hanya memahami garis besarnya saja. Aneh juga buatku ketika bisa menjadikannya puncak cerita di no 16, tema yang pas dengan judulnya.
Semua ilustrasi aku ambil dari pinterest. Ada yang bisa diambil bebas. Tapi kalau ada yang aku suka tapi harus ada keterangan sumber, baru aku cantumkan sumbernya. Selain harus "metani" gambar juga membayangkan ilustrasi apa yang pas untuk setiap kisahnya.
Asik sekali menjadi sibuk. Aku bekerja untuk diriku sendiri. Bersyukur Rini bersedia menjadi sumber cerita. Terimakasih Rini, untuk hari-hari penuh email dan WA.
Inilah komentar Rini tentang proses penulisan Ketika Hening Diletakkan.
-----------
Berawal dari ikutan nimbrung cerita saat santai dengan teman-teman semasa SMA di Baturaden. Jujur baru pertama kali ini saya banyak ngomong tentang hal-hal pribadi kepada audience yang tidak semua  mengenal saya secara dekat.  Lebih tepatnya saat itu saya merasa “naif” = lugu yang cenderung bodoh 😂 
Nyesel sih enggak cuma malu. 

Pas mbak Lilik bilang mau nulis tentang ocehan saya, adanya cuman bengong antara iya, enggak, iya, enggak... Karena mbak Lilik ahlinya bikin tulisan, blognya keren. Saya cuma cerita sedikit, dia bisa menjadikannya 1 episode. Ibarat saya nulis 1 cm ditangan mbak Lilik jadi 1 meter ajaib lah. Terheran heran kok bisa ya? kalimat-kalimat yang ditulisnya itu muncul dari mana, wong cerita hidup saya nggak istimewa, cenderung dagelan. Malah yang nggak berkenan pasti saya dibilang sombong. 

Akhirnya saya memilih iya ...mbak Lilik bukan orang yang iseng dan catatan di blog nya bisa menginspirasi banyak orang. Rasa nano-nano (campur aduk) dihati bisa saya rem. Pada saat saya mulai di interogasi mbak Lilik,  pastilah perasaan masa lalu  bersama Hendrawan mulai bermunculan. Rasanya ingin dia hidup kembali. 

Maaf ya Hendrawan, saya hanya bercerita dari sisi yang saya alami dan rasakan semoga kamu juga akhirnya tahu dari tulisan mbak Lilik  bahwa saya selalu mengasihi dan mencintaimu. Saya tidak pernah mempertanyakan tentang sikap dan tindakan yang kamu lakukan terhadap saya semasa hidup, namun mbak Lilik bisa mengungkapkan dan menghidupkannya dalam tulisan. 

Terima kasih mbak Lilik untuk energi dan emosi yang dilibatkan dalam cerita hidup saya, semoga mbak Lilik bisa terus berkarya dengan tulisan-tulisan yang spectacular lainnya 😘🙏🏻.

Rini
-----------------

Aku dan Yongkie
Aku dan Yongkie, Jakarta 2010
Menulis cerbung tentang kisah perjalanan 10.254 miles, 22 states in 63 days merupakan pengalaman baru yang penuh tantangan, karena perjalanan ini di tahun 1988, 31 tahun lalu dan di Amerika!. Kalau "Ketika Hening Diletakkan", mengolah rasa, ini mengolah data.
Beruntung, Yongkie yang punya cerita juga bersemangat untuk menggali pengalaman dan mengingat kembali kisah yang berkesan selama perjalanan tersebut. Bahkan mendigitalkan kembali foto-foto lama.
Kami bersama-sama saling mendukung dalam mencari data. Tentu saja yang menjadi andalan adalah internet. Yang menjadi hambatan adalah ukuran kacamataku yang sudah minus 8.5 dan plus 3. Kadang masih ingin mencari data ini itu, tapi mata sudah nggak mau diajak kompromi. Biasanya aku langsung duduk di teras melihat pemandangan hijau.
Waktu yang dibutuhkan benar-benar siang malam. Ketika aku di siang hari, Yongkie malam hari, demikian sebaliknya. Betapa seringnya kami saling mengingatkan "wis turu kana..." ketika kami sama-sama bersemangat hingga lupa waktu.
Pernah suatu ketika saking udah ngantuk aku menulis Yong, menjadi Yang... langsung Yongkie menanggapi kok jadi ...saYang... hahahaha... untung Pokie nggak cemburuan.

Tentu saja dengan perbedaan waktu ini, aku sering kehilangan ide menulis, apalagi ada saat beberapa kali aku salah memahami maksudnya. Bolak balik koreksi. Tapi menulis ini just for fun. Tidak ada tekanan sama sekali. Semua dilakukan dengan senang hati.
Untuk selingan aku mengisinya dengan menyelesaikan gorden macrame, atau menghantar cucuku sekolah. Sabtu dan Minggu biasanya aku refreshing dulu ke Kaliurang atau main ke Jogya dengan keluarga, supaya bisa mendapatkan ide untuk menulis.
Walaupun TV sudah dinyalakan tetep laptop jadi pilihan
Sebaliknya ada juga saat dimana ide sudah muncul, tapi laptopku di monopoli Mosha, cucuku untuk nonton Pororo, atau sekedar mencet-mencet keyboard. Untuk cucu semua terkalahkan.
Menulis dibuat mengalir saja. Kadang sudah mantap bahkan draf sudah disetujui Yongkie, tapi aku yang tiba-tiba nggak mantap. Lalu aku revisi lagi. Kadang Yongkie juga dengan santai bilang, "aku lunga sik ke San Fransisco 3 hari ya..." hahaha... atau "aku ke Seattle dulu sehari".

Semula, aku pikir dengan menabung cerita sampai 10 aku bisa mengupload setiap hari seperti ketika aku menulis "Ketika Hening Diletakkan". Ternyata tidak. Begitu banyak data yang harus dicari di internet. Sehingga membutuhkan waktu lebih banyak dalam penulisan. Akhirnya lega rasanya ketika semua bisa selesai.

Berikut adalah tulisan Yongkie yang menggambarkan bagaimana sibuknya dia menjawab pertanyaanku dan menyediakan data-data yang tidak bisa aku peroleh di internet.
----------
It all started when I ask Lilik if she is interested to write a section of my trip to Alaska with a “life lesson” that I learned from the late Lynn Bodle about “no regrets in life” in 2006. When Lilik agreed to my story, I started to gather my thought and to look the websites that I created of my travel. 
But when Lilik questioned me and interviewed me how did I start to like traveling, Lilik opened a can of worms 🐛OMG , I had to think hard more than 30 years of first traveling of 22 states, 10,254 miles and 63 days. 
I searched my photo albums and go from there, I basically remember where to go, but precisely I have to look at the photo albums. 
No digital pictures back then, all I have is 3 x 5 prints, a total of three albums. 
I have a challenge, how can I digitized these photos to the best I can ? I had been thinking for 2 to 3 days, and finally I kind of figure it out the how too. 
Yongkie tried so hard to digitized the photos
Taking pictures of old photographs is not easy, the camera and the prints has to be the same and parallel otherwise the distortion is visible. I made a temporary contraption that consists of 2 yogurts cans and a cutting boards. Then I had to deal with reflections from the prints since old pictures mostly were printed on glossy surfaces. So I try to find old cardboard that has a darker non reflective surface and started to place it on top of the whole contraption to eliminate the glares. 
I used my smartphone to capture the old images, then process it through Photoshop program to achieve ultimate quality. I then make a website and Lilik can capture the images that she can use. 
Another challenge is the terms that I use to describe my journey to Lilik, many times the meaning is construed differently. So I have to explain it very clear so the meaning is what I intended. 
The distance does not make any different since we use both email and WhatsApp to communicate. Lilik always sends me the DRAFT makes sure it makes sense and the story flow is correct. As of this writing ✍️ we think it is half way done, we do this with no deadline and we do it in relaxing atmosphere. 
Lilik is good to make the story flowing from point A to point B, many friends have contacted me on how good Lilik writes the story.
I thank you as well, because you asked, I have two more websites, one is Hawaii 1997 and 1988 trip. So thank you for that and keep on writing ✍️. Bravo, one more time.

Yongkie  
----------------
Buat Rini dan Yongkie, tidak ada kata yang bisa aku rangkaikan lagi selain TERIMAKASIH.
Untuk waktu, tenaga dan segala upaya merekam kembali kenangan masa lalu. Aku akan merindukan 
pengalaman ini bersama kalian berdua.
Semoga tulisan ini sungguh menjadi kenangan kita dalam merangkai dan menjadikannya cerita 
bersambung di blogku. Dan bagi yang membaca terimakasih sudah meluangkan waktu dan memberi 
semangat untuk terus menulis. Semoga bisa mendapatkan inspirasi dan manfaat dari tulisanku.

Wednesday, April 3, 2019

10.254 miles, 22 states, in 63 days

18. Upaya menepati kaulan.


Saksi perjalanan ke 22 negara bagian th 1988
Setelah berkelana menempuh 10.254 miles, ke 22 negara bagian dalam 63 hari, dari 5 September sampai dengan 7 November 1988, akhirnya kembali ke Los Angeles, rumah yang dirindukan. Bendera amerika yang terpasang di kendaraan menjadi saksi. Menghantar mereka sampai kerumah dengan ketangguhannya menghadapi panas, hujan dan angin. 

Tahun 1988 hanya menjadi awal. Kita bisa mengatakan sebagai "mecah telur", hingga kemudian bisa melakukan berbagai perjalanan sesuai dengan tujuan utama mereka mengunjungi 50 negara bagian di Amerika. Tentu saja bukan sesuatu hal mudah dan cepat bisa dilaksanakan. Setelah 31 tahun kaulan ini juga belum selesai. Apa saja upaya pencapaian setelah 1988, bisa dilihat di perjalanan mereka hingga sekarang.


1997 - Hawaii. Kunjungan ke Hawaii tahun itu sebetulnya sudah yang ke 2. Yang pertama tahun 1982 yang mempertemukan dengan Eunice Oshiro yang menjadi teman baik selama di Hawaii dan menyambutnya sebagai keluarga ketika mereka berkunjung kembali tahun 1997. Yongkie dan Pokie tinggal di rumah mereka hingga bisa berkumpul dengan keluarga besar Oshiro.

Mereka juga bertemu saudara mereka, Brian di Hilo yang mengajaknya berkeliling Honolulu. Brian seorang mantan militer, sehingga dia bisa mengajak mereka ke markas militer yang tertutup bagi orang luar. Trip kali ini ke Pulau Hawaii dan Pulau Maui. Silahkan klik disini http://www.yongkieandpokie.com/1997/

2003 - Vancouver Island www.yongkieandpokie.com/2003/vi.html

2004 - Colorado www.yongkieandpokie.com/2004/royal.html


2004 - Pikes Peak Cog Railway www.yongkieandpokie.com/2004/cog.html


2004 - Promontory, Utah www.yongkieandpokie.com/2004/promontory.html


2005 - Mount Rushmore, South Dakota www.yongkieandpokie.com/2005/rush.html


2005 - Black Hill Central Trailer www.yongkieandpokie.com/2005/1880.html


2005 - Devils Tower National Monument www.yongkieandpokie.com/2005/devil.html

Perbandingan luas Alaska dengan benua Amerika
2005 - Alaska adalah negara bagian terakhir dan terbesar di AS. Letaknya tidak tersambung dengan daratan Amerika. Semula daratan ini milik Rusia, baru masuk AS 3 Januari 1959. Luasnya 1.718 juta km2. 
Pemandangan dari Holland America Cruiseline
Untuk menjelajah negara bagian ini mereka melakukan 3 kali kunjungan. Pertama tahun 2005, mereka ikut kapal Holland America Cruiseline. Jangan kaget kalau dalam perjalanan ini mereka jarang berbahasa Inggris tapi berbahasa Indonesia, karena hampir separuh crew dari Indonesia. Awalnya mereka dikira orang Jepang. Crew kapal yang dari Indonesia tertawa senang ketika Yongkie mananggapi mereka dengan bahasa Indonesia. Seperti bertemu saudara di negeri orang. Selalu membahagiakan. Naik kapal selama seminggu rasanya hanya melihat Alaska. Tapi tidak berada di Alaska. Alaska Cruise dapat dilihat di sini www.yongkieandpokie.com/2005/cruise

2006 - Untuk merasa berada di Alaska hanya bisa dilakukan dengan jalan darat, yaitu menyusuri The Alaska Highway. Mereka melakukan perjalanan sepanjang lebih dari 6000 miles selama 42 hari. Perjalanan pulang juga harus melewati jalan yang sama karena memang itulah jalan satu-satunya. Perjalanan panjang ini cukup bisa menjangkau beberapa tempat dan juga di Canada. Perjalanan melalui darat bisa dilihat di www.yongkieandpokie.com/alaska

2018 - 12 tahun kemudian tekad untuk menelusuri Alaska di ulangi lagi dengan menggunakan pesawat dan Kereta api. Kali ini perjalanan mereka terpuaskan. Bisa melihat dan berada di Alaska sebagai negara bagian terluas di US. Perjalanan mereka bisa dinikmati di www.yongkieandpokie.com/arr

2007 - San Juan Island www.yongkieandpokie.com/2007/sanjuan.html


2012 - Mount Rainer Scenic Railroad www.yongkieandpokie.com/2012/mrsr.html


2012 - Boise, Idaho www.yongkieandpokie.com/2012/boise.html


2013 - New England adalah wilayah timur laut AS yang terdiri dari negara bagian Maine, Vermont, New Hampshire, Massachusetts, Connecticut dan Rhode Island. www.yongkieandpokie.com/newengland


2014 - Chicago www.yongkieandpokie.com/chicago


2015 - Toronto, Montreal Canada www.yongkieandpokie.com/toronto


2018 - Seattle, menjadi tempat pertemuan dengan tamu Agung dari Indonesia. http://www.yongkieandpokie.com/2018/aap.html

2019 - San Fransisco http://www.yongkieandpokie.com/2019/caltrain.html


2019 - Seattle http://www.yongkieandpokie.com/2019/seattle.html 

Nebraska, Kansas, Iowa dan Michigan
Dalam kurun waktu 31 tahun, masih ada 4 negara bagian yang belum dikunjungi yaitu Nebraska, Kansas, Iowa dan Michigan. Aku hanya bisa memberi semangat,
"Ayo Yong, kaulan harus ditepati, mumpung masih diberi kesehatan dan waktu. Kalau sudah terlaksana lalu syukuran. Buat tumpeng... kan isih wong Jowo... hahaha".

Cerbung kali ini boleh dibilang sebuah catatan perjalanan selama lebih dari 30 tahun dan belum selesai hingga saat ini. Semoga dengan mengenang kembali perjalanan yang berawal dari kaulan di tahun 1988, memberi semangat untuk menyelesaikannya.



T A M A T

Sunday, March 31, 2019

10.254 miles, 22 states, in 63 days

17. Yang kita miliki hanya WAKTU


jalanan bersalju ketika Yongkie jatuh
Desember tahun 2015 Yongkie pensiun sebagai financial analyst di Department of Environmental Quality dan tinggal di rumah. Kebiasaan beraktivitas setiap hari membuat hari itu 3 Januari 2016, dia ingin berjalan-jalan ke rumah temannya untuk ngopi bersama. Salju cukup tebal bahkan masih turun mengiringi perjalanannya. Mengabadikan pemandangan indah namun dingin hingga foto terakhir hanya hitam gelap. Hasil foto yang diambil dapat dilihat di bawah ini
http://www.yongkieandpokie.com/2016/snow.html
Entah apa yang terjadi, tiba-tiba dia terjatuh di salju. Mungkin tersandung sesuatu yang tidak kelihatan karena tertutup salju. Semua gelap. Dalam kesadaran terakhir dia masih bisa menyebutkan alamat rumah pada wanita asing yang membantu mengantarnya ke rumah. 
Menjadi pertanyaan Yongkie jatuh karena pingsan, atau jatuh kemudian pingsan. Tapi yang jelas peritiwa tersebut ternyata berdampak besar. Pusing yang tidak kunjung hilang membuat dia pergi ke rumah sakit. Setelah menjalani pemeriksaan yang teliti diketahui ada kebocoran darah di kepalanya (hematoma), mungkin karena benturan di tepi jalan cukup keras, sehingga harus dioperasi. Ya Tuhan... operasi lagi? di kepala lagi? jadi ingat operasi tumor telinga di tahun 2011, yang membuat dia kehilangan pendengaran sebelah kanan. Tapi ini jalan satu-satunya untuk kembali sehat. Operasi hematoma pertama bisa di buka di http://www.yongkieandpokie.com/2016/hematoma.html
Kok pertama? apa ada yang kedua? iya betul, ternyata belum bisa bernapas lega. Sebulan kemudian diketahui kebocoran darah masih ada di tempat operasi pertama. Maka harus dilakukan operasi kedua. Belum hilang trauma masa operasi pertama, harus menjalani operasi kedua, ditempat yang sama. Kenapa harus selalu 2 kali ditempat yang sama? 
Apapun pertanyaannya, jawabannya tetap harus operasi. Bulan Maret, Yongkie kembali menjalani operasi hematoma ke 2. Untuk lebih detailnya bisa dilihat di  http://www.yongkieandpokie.com/2016/hematoma2.html


Setelah operasi dua kali di tahun 2016, hidup berubah drastis. Mengisi masa pensiun untuk pemulihan kesehatan menjadi yang utama. Yongkie yang selama ini vegetarian disarankan untuk menambah makanan berprotein tinggi untuk menjaga kesehatannya. Maka dia mulai menambahkan seafood untuk menu kesehariannya. Dia juga harus mulai olah raga ringan, dan pilihannya adalah  jalan kaki. Tentu saja tidak di musim salju lagi. 
Berjalan kaki setiap pagi dengan santai sambil melihat pemandangan indah disekelilingnya. Berawal dari 0,5 miles setiap hari. 
Mengenang perjalanan ke 22 negara bagian di tahun 1988, masih muda dan bersemangat. Pengalaman yang di dapat selama perjalanan sangat luar biasa. Sangat membanggakan ketika semua itu di dapat ketika masih muda.
Dengan berjalannya waktu, selain tetap ingin memenuhi kaulnya, juga ingin mendapatkan pembelajaran hidup. Bersyukur bisa bertemu Lynn dan Fred yang mengajarkan tentang NO REGRET, dan bagaimana cinta kasih yang murni mewarnai perjalanan hidup perkawinan mereka. Bertemu dengan Bruce yang mengajarkan tentang EVERYDAY IS A GOOD DAY. Bruce menikmati hidupnya hingga sekarang berusia 99 tahun.
Belajar tentang kehidupan yang paling tepat adalah dari orang yang sudah mengalami asam garam kehidupan. Belajar hidup tidak mengenal waktu. Sepanjang hidup kita masih harus belajar.


Om Happy dan tante Elsa, teman berjalan pagi
Berjalan setiap pagi mempertemukan mereka dengan pasangan om Happy dan tante Elsa di bulan Maret 2018. Om Happy berusia 81 tahun sedangnya Elsa, istrinya 78 th. Keduanya nampak sehat dan bahagia menjalani hidup. Selalu berjalan pagi berdua setiap hari untuk menjaga kesehatan. Mereka juga cukup ketat menjaga makan dan menasehati Yongkie untuk mengurangi nasi karena dia sudah dinyatakan masuk prediabetes. "lha isih wong Jowo, senengane mangan sego" katanya.


Om Happy menjadi guru kehidupannya. Selain sering bertemu ketika berjalan kaki, beliau juga mengajarkan banyak hal. Ketika Yongkie baru bisa berjalan 2 miles yang semula hanya 0.5 miles kemudian naik sedikit demi sedikit, beliau sudah berjalan 3 miles setiap hari. 
Yang menarik, om Happy aslinya dari Malang, Jawa Timur. Mereka bisa berbicara bahasa Jawa. Nasehatnya untuk tetap berjalan dan meningkatkannya sedikit demi sedikit juga dalam bahasa Jawa. "Ojo dipekso... alon-alon asal kelakon" katanya.

Rahasia om Happy dan tante Elsa menjalani hidupnya dengan santai dan bahagia adalah WAKTU. Ya, yang kita miliki hanya WAKTU. Sudah saatnya kita menanggapi segala sesuatu tidak terlalu serius. Yang penting menjaga kesehatan dengan olah raga juga memilih apa yang kita makan. Soal kematian ada ditangan Yang Maha Kuasa. Untuk lebih mengenal profil mereka bisa di klik di sini http://www.yongkieandpokie.com/2019/happy.html

Apakah kemudian Yongkie dan Pokie berhenti berkelana? tentu saja tidak. Apa yang sudah diawali sebagai niat untuk berkeliling ke 50 negara bagian Amerika harus diselesaikan. Berawal 1988 ketika masih berusia 29 th, hingga saat ini hampir 60 th, traveling tetap dilakukan. Bagaimana hasilnya hingga sekarang? sudahkah mencapai seluruh negara bagian?

Bersambung

Saturday, March 30, 2019

10.254 miles, 22 states, in 63 days

16. Perjalanan pulang.
Key West ke New Orleans
Kembali ke utara menjadi satu-satunya jalan menyusuri perjalanan pulang ke barat. Tujuan berikutnya adalah New Orleans yaitu kota di negara bagian Louisiana, disana mengalir sungai Mississipi dekat Teluk Mexico. New Orleans disebut juga "Big Easy", karena kehidupan malam yang ramai. Semarak dengan live music. Masakannya terkenal pedas mencerminkan perpaduan budaya Prancis, Afrika dan Amerika. Yang sangat terkenal adalah karnaval kostum Mardi Gras yang biasa di selenggarakan di akhir musim dingin.


Steamboat Natchez
Kalau sudah berada di New Orleans yang tidak boleh ditinggalkan adalah menyusuri sungai Mississipi dengan Steamboat Natchez. Kapal klasik menggunakan sternwheel membawa seluruh penumpang melihat indahnya kota New Orleans dan menikmati romantisnya makan siang atau malam dengan diiringi musik jazz di French Quarter.
Naik Steamboat Natchez
Bourbon street, New Orleans
Bourbon Street adalah jalan bersejarah di jantung kota French Quarter di New Orleans. Bourbon Street terkenal dengan bar dan strip clubs. Tempat ini menjadi kunjungan favorite para turis hingga memberikan pendapatan tertinggi di New Orleans.
Dari New Orleans perjalanan dilanjutkan ke Houston. Disini mereka berkunjung ke Lyndon B Johnson Space Center. Tempat ini adalah Pusat Wahana Antariksa berawak milik National Aeronautics and Space Administration. Menjadi pusat pelatihan, penelitian dan pengendalian misi antariksa berawak. Nama ini diambil dari Presiden Amerika ke 36 yang berasal dari Texas.
Lyndon B. Johnson space centre
Perjalanan panjang hampir berakhir dan mereka mulai merindukan rumah. Dari New Orleans menuju Texas. Disana ada tempat indah Carlsbad Cavern, yang terpaksa dilewati. Kalau diingat menyesal juga mengapa saat itu tidak berkunjung kesana. Tapi mereka masih menyempatkan diri untuk singgah di San Antonio dan The Alamo. San Antonio adalah kota besar di bagian tengah selatan Texas yang kaya dengan peninggalan jaman kolonial. Sedangkan The Alamo adalah bangunan yang berdiri abad ke 18 dinyatakan sebagai museum yang menandai pertempuran 1836 kemerdekaan Texas dari jajahan Mexico. 
The Alamo, San Antonio - Texas
Texas adalah negara besar yang tidak bisa dilewati hanya dalam satu hari dalam perjalanan pulang ke Los Angeles. Perjalanan hampir 750 miles tanpa henti. Pokie membuat persiapan khusus untuk perjalanan panjang ini. Dia mempersiapkan sarapan PBJ (Peanut Butter Jelly sandwich). Untuk makan siang sandwich tuna dengan keripik kentang dan minuman soda. Satu kali berhenti untuk makan malam. Rasanya tangan dan sudah berat sekali untuk mengendarai mobil. 

Menjelajah 22 negara bagian sebagai awal kaulan karena bebas dari tumor dan mendapatkan green card belum terpenuhi pada tahun 1988. Amerika Serikat terdiri dari 50 negara bagian. 48 diantaranya ada di daratan utama, sedangkan 2 lainnya adalah Alaska dan Hawaii. 1988 mereka baru menjelajah 22 negara bagian. Perjalanan panjang yang bahkan belum mencapai separuhnya. Kaulan tidak mengenal waktu. Walaupun usia mulai bertambah, peristiwa tidak terduga bisa terjadi kapan saja, tapi semangat untuk menyelesaikan kaul tidak pernah punah.
Tahun 2016 Yongkie harus menjalani dua operasi. Operasi apa lagi?

Bersambung

Friday, March 29, 2019

10.254 miles, 22 states, in 63 days

15. Kepiting batu (stone crab)


Setelah puas berkeliling di Washington DC dan tinggal lebih dari seminggu di rumah Kimmy dan Daniel, dengan berat hati mereka harus melanjutkan perjalanan ke arah selatan menuju Orlando, 847 miles.
Berhenti dua malam di Williamsburg. Williamsburg adalah kota di negara bagian Virginia yang merupakan jajahan Inggris pertama. Merupakan ibukota koloni Virginia dari tahun 1699 hingga 1780. Kota ini berperan penting dalam Revolusi Amerika bersama dengan Jamestown dan Yorktown. Williamsburg menjadi kota bersejarah dimana kita bisa melihat kehidupan di jaman dahulu, lengkap dengan kostumnya. Kita seakan-akan hidup di jaman dahulu di jalan-jalan, maupun toko-toko dan workshop.

Di Williamsburg mereka menginap dua malam. Menikmati makanan unik seperti soup kacang dan kue kepiting. Makanan paling enak yang pernah mereka coba.



Peanut soup
Crab Cake



Wedang kacang Semarang
Peanut soup ini kok seperti wedang kacang di Semarang ya? mirip sekali. Kalau dilihat dari sejarahnya memang wedang kacang merupakan gabungan Jawa, Arab dan Eropa. Jadi mungkin memang ada kesamaannya. Makanan juga mengandung nilai sejarah. Walaupun wedang kacang hanya bisa ditemukan di tempat tertentu saja di Semarang, namun kita masih bisa menikmati jamuan jaman dahulu. Semoga tetap bisa dilestarikan hingga bisa dinikmati generasi mendatang.


Pokie di perbatasan masuk ke South Carolina
Perjalanan ke Orlando, Florida cukup panjang dan melelahkan sehingga mereka kembali menginap di South Carolina semalam. Keesokan harinya mereka langsung menuju ke Orlando, Florida. Dan mereka menyempatkan diri mampir di Epcot Center.
Epcot Center, Florida
Epcot Center adalah taman hiburan di Walt Disney World Resort di Bay Lake, Florida. Dimiliki dan dioperasikan oleh The Walt Disney Company melalui divisi Parks, Experiences dan Products. Terinspirasi oleh konsep yang belum direalisasikan yang dikembangkan oleh Walt Disney, taman dibuka pada 1 Oktober 1982, sebagai EPCOT Center, dan merupakan yang kedua dari empat taman hiburan yang dibangun di Walt Disney World, setelah The Magic Kingdom. Epcot mencakup 123 ha, dua kali lebih besar dari The Magic Kingdom. Epcot didedikasikan untuk perayaan pencapaian manusia, yaitu inovasi teknologi dan budaya internasional. Idenya menjadi pusat perkotaan dengan perumahan dan sistem transportasi modern. Setelah kematian Walt Disney 1966, konsep ini sempat ditinggalkan karena ketidakpastian gagasan. Baru pada tahun 1970 mulai dikembangkan lagi hingga akhirnya menjadi Future World dan World Showcase dan dibuka sebagai Epcot tahun 1982.


I believed I could fly, Miami Beach
Dari sini mereka melewati Miami Beach sebelum melanjutkan ke tempat paling selatan benua Amerika yaitu Keywest, Florida.
Di Miami masakan yang tekenal yaitu stone crab. Kepiting yang hanya punya satu capit.
90% Stone crab hanya ada di Florida dengan masa panen di bulan Oktober sampai dengan Mei.
Kepiting batu bisa dibudidayakan, karena hanya capitnya yang di panen. Ada ketentuan hanya capit yang panjangnya 2 3/4 inci yang boleh di ambil. Cara pengambilan dengan teknik khusus sehingga bisa tumbuh kembali. Kepiting batu jantan bisa berumur sampai 7 th, sedangkan yang betina 8 th. Kepiting batu memiliki tekstur lembut dan rasa yang manis.


Stone Crab hanya memiliki satu capit
hanya satu capit















Perjalanan selanjutnya menuju Key West, tempat paling selatan dari benua Amerika. Perjalanan menyusuri pantai dan tentu saja seafood menjadi makanan utama mereka.
Key West Beach, Florida
Chef Yongkie menyiapkan lobster untuk makan malam
Tempat paling selatan benua Amerika
Dari Key West, tempat paling selatan di benua Amerika, perjalanan selanjutnya kembali ke utara dan ke barat menuju perjalanan pulang ke Los Angeles.

Bersambung