Pages

Friday, August 26, 2011

Bad decisions make good stories...

Temanku ini memang unik. Ketika aku banyak merenung dibilang nanti bisa depresi... eh sekarang aku malah diberi bahan buat merenung. Walaupun dia orangnya usil, dan biasa meledek, tapi kalimat Bad decisions make good stories... menarik untuk direnungkan. Spontan aku bilang... kalau jadinya good stories.. pastilah bukan bad decisions... tapi dia belum berkomentar.... aku yakin dia punya pendapat sendiri, karena dia selalu bisa memandang dari sudut yang berbeda. Sudut pandang yang usil atau nyelelek dalam bahasa Jawa.

Bad Decisions

Kata Bad (jelek), good (bagus)... sangat relative. Kelihatannya jelek, tapi ketika diberikan argumentasi yang bagus, bisa jadi bagus. Begitu sebaliknya, yang bagus bisa jadi jelek. Sebuah keputusan yang jelek, benar-benar jelek kalau dilandasi rasa marah, iri hati, cemburu, egois dll. Dan keputusan tersebut dibuat dengan penuh kesadaran akan akibatnya. Misalnya mengadakan rencana pembunuhan, pencurian, korupsi dll. Yang sudah jelas akibatnya, tapi tetap diambil. Keputusan yang jelek tetap akan menghasilkan kisah yang jelek.

Keputusan yang bodoh dan konyol juga ada, dan pasti hasilnya adalah cerita yang konyol juga. Apa ya contohnya???? (berpikir...) ngajak mertua mabuk kali ya.... pasti konyol cerita akhirnya hahaha... atau memutuskan untuk mudik lebaran naik sepeda... dari Jakarta ke Jogja... gilaaaa... ini jelas hanya dilakukan orang yang punya nyawa cadangan... atau mau bunuh diri!!...
Keputusan yang bagus atau yang jelek, baru ketahuan kebenarannya, kalau sudah menjadi cerita. Sudah lewat dan dilihat hasilnya. Prosesnya bisa cepat tapi juga bisa bertahun-tahun. Ada cerita baguskah, atau jelek?? Kita tidak bisa meramalkannya. Karena yang kelihatannya bagus, bisa menjadi jelek. Yang kelihatannya jelek bisa menjadi bagus.

Good Stories

Rasanya, nggak ada cerita yang jelek. Biasanya cerita akan ditulis atau diceritakan ketika sudah berlalu. Entah bagus entah jelek muatan isinya, tapi pasti ada makna yang terkandung di dalamnya. Film seri CSI (Crime Scene Investigation), banyak memberikan contoh keputusan jelek/buruk yang diambil para pembunuh, dan hasilnya juga buruk, tapi menjadi kisah yang bermakna orang-orang yang berkaitan dengannya, seperti polisi, penyelidik dll. Tapi juga bisa berdampak buruk karena para penjahat  menjadi semakin ahli.

Memang bisa pusing kalau merenungkan kalimat tersebut. Jadi sebaiknya aku akhiri di sini saja. Karena keputusanku untuk menuliskannya hanya ingin merenungkan apakah keputusan itu baik atau buruk. Hasilnya??? ya tergantung motivasi apa dibalik keputusan tersebut. Bahkan yang dilandasi niat baik pun, hasilnya bisa menjadi bad stories...
Yang penting, jangan takut membuat keputusan. Sedetail dan secerdas apa pun rancangannya, setulus apa pun hati yang melandasinya... harus siap dengan kisah yang akan muncul berikutnya. Bersyukurlah kalau memang sesuai dengan harapan. Kalau tidak?? lapangkan hati selebar-lebarnya, supaya bisa melihat apa yang ada di balik kisah yang terjadi diluar kehendak kita.
Atau Anda tidak ingin mengambil keputusan apa pun? karena itu juga sebuah keputusan... dan pasti ada kisah yang mengikutinya.

Sebaik apa kita sebagai istri???

(Sirakh 26:1-4, 13-16)

Berbahagialah suami dari istri yang baik,
dan panjang umurnya akan berlipat ganda.
Istri berbudi menggembirakan suaminya,
yang dengan tentram menggenapi umurnya.
Istri yang baik,
adalah bagian yang baik, yang dianugerahkan kepada orang yang takut akan Tuhan.
Entah kaya, entah miskin giranglah hatinya,
dan selalu rianglah roman mukanya.
keelokan istri menyenangkan suaminya,
tetapi kepandaiannya membesarkan hatinya.
Suatu anugerah dari Tuhan ialah istri pendiam,
dan tak terbayarlah pendidikannya.
Karunia berlipat dualah istri yang sopan, dan
perempuan murni tidak ada imbangannya.
Laksana matahari yang terbit di pegunungan Tuhan,
demikianlah keelokan istri yang baik,
di tengah rumah tangga yang rapi.




"Anak dari air mata tidak akan binasa"
Hari ini kita memperingati  St. Monica. Ibu dari St. Augustinus, yang kehidupan liarnya membuat ibunya menangis setiap hari. Suaminya bertemperamen buruk, sehingga membuatnya menderita. Ibu Monica adalah cerminan ibu yang sangat tangguh walaupun berurai air mata setiap hari. Sebanyak air mata yang keluar, sebanyak itu pula doa yang dia daraskan untuk suami dan anak-anaknya. Tuhan tidak menutup mata, dan Augustinus akhirnya bertobat, hingga dinobatkan menjadi orang suci yaitu Santo Augustinus dari Hippo.

Tuesday, August 23, 2011

Toples Kosong

Kosong...
Ada toples kosong di depanku.
Sudah kucuci bersih, siap diisi lagi...
Tinggal memilih...
Kalau isinya besar, pasti cuma sedikit yang bisa masuk.
Kalau mau banyak, mesti yang kecil-kecil..
Kalau satu warna, pasti membosankan.
Warna-warni pasti lebih menarik.
Apa ya???
Mungkin coklat berlapis gula warna-warni...
Menggugah kenangan masa kecil...
Penuh warna ceria...
Coklatnya membuatku bahagia,
Rasa manis dan kaya warna membuatku ceria...





note: 
ketika hidup terasa kosong dan hampa, bersyukurlah, karena kita memiliki banyak pilihan untuk mengisinya lagi (lilik)



Simbok dan Simbah

Wajah ceria para simbok dan simbah
Minggu lalu, kami teman-teman SMP Maria Goretti Semarang, reuni untuk pertama kali. Jadi, sudah 37 tahun kami tidak bertemu. Bayangkan, pastilah butuh waktu dan energy ekstra buat mengingat-ingat ini siapa ya??? dulu kamu klas berapa?? rumahmu dimana?? waduuuuh... tambah mumet...
Akhirnya, ya sudah... kita berkenalan lagi, untuk yang sama sekali tidak mampu kita ingat. Untuk yang kemudian bisa ditelusuri kenangan bersamanya, barulah pembicaraan menjadi lebih mengasikkan.
Sambil menikmati buka bersama yang beraneka, kami ngobrol. Memang dari semua yang hadir, 23 orang, menjadi terbagi dalam beberapa kelompok.
Beberapa teman yang aku kenal kemudian berkumpul menjadi satu. Materi pembicaraan, apa lagi kalau bukan soal anak, juga cucu. Diantara kami ada yang sudah punya cucu 4 orang, dan ada lagi 2 orang. 
Kalau bicara soal anak, rasanya nggak habis-habis....
Dari soal pendidikan, pergaulan, kelulusan, mencari kerja, calon mantu, dan juga kehidupan mereka setelah menikah, termasuk momong cucu...

Satu diantara temanku yang sudah memiliki cucu dua orang, berbisik:
"Lik, kalau kamu menyangka urusan orang tua bakalan selesai kalau anak-anak sudah menikah, itu salah... setelah mereka menikah pun, ternyata kita tetep mikir..."
"wah... kalau gitu, nggak bakalan selesai sampai mati ya... " kata temanku yang lain...
"ya iya lah... kan kita ini Simbok.... mesti nombok.... kalau jadi Simbah... mesti nambah..." kata temanku dan kami tertawa ngakak...

Simbok...nombok. Nombok itu bahasa Jawa, maksudnya kita membuat pengeluaran lebih besar dari yang seharusnya.... "wah tombok aku..." begini biasanya orang berkomentar. Sepintas bisa saja ini dianggap sebagai sesuatu yang negatif. berarti gak ikhlas ya membesarkan anak-anak sampai mereka menikah?? Pasti bukan begitu maksudnya. Tombok, karena memang simbok/ibu/orangtua... mengeluarkan biaya untuk kelangsungan hidup anak-anaknya sampai mereka mandiri, tanpa mengharapkan apa-apa. Sudah menjadi kewajiban. Kalau kita mengeluarkan uang untuk membeli sesuatu, sudah jelas ada barangnya. Mengeluarkan biaya untuk kelangsungan hidup anak-anak, yang ingin dicapai adalah harapan. Harapan, anak-anak bisa menyelesaikan pendidikan, mendapat pekerjaan, memiliki pendamping yang sesuai hingga berbahagia lahir dan batin. Sulit sekali di ukur bukan?? tapi ini sudah menjadi kewajiban orangtua. Hanya berharap, mereka bisa memiliki kehidupan yang lebih baik dari orangtuanya, lebih bermakna dan berbahagia lahir maupun batin. Waduuuh... tinggi sekali harapannya ya.... dan anak-anak menikah punya anak... dan kami, khususnya ibu-ibu menjadi Simbah.

Simbah...nambah. Menurut pengalaman temanku yang sudah bercucu, ternyata orang tua masih ikut memikirkan, dan menambah ini itu dalam kehidupan mereka. Bukannya ini hal yang wajar ya?? kalaupun misalnya, anak-anak kita yang sudah menikah benar-benar sudah mandiri, tidak memerlukan bantuan materiil dari orangtuanya, mereka tetap membutuhkan bantuan moril. Entah sekedar nasehat bagaimana mendidik anak-anak mereka. Atau mungkin beberapa nasehat seputar perkawinan mereka. Pastilah orangtua/Simbah menjadi pelarian paling utama. Lhah.. mau kemana lagi?? Seandainya, mereka masih membutuhkan bantuan materiil, untuk mengawali kehidupan baru mereka, ya pasti Simbah ini juga tidak akan tega melepaskan begitu saja, kalau memang mampu melakukannya.

Bagiku, menjadi simbok, maupun simbah... entah nombok, entah nambah... bukankah semuanya ini untuk orang-orang yang kita cintai. Rasanya lebih berat, kalau kita tidak bisa memenuhi kebutuhan anak-anak. Memang dibutuhkan perjuangan dan pengorbanan untuk menghantarkan anak-anak... rasanya sampai tidak sempat memikirkan diri sendiri. Inilah seninya, seni hidup. Hidup tidak ada yang sempurna. Kita pernah menjadi anak. Sekarang kita menjadi orangtua, dan melakukan hal yang sama dilakukan orangtua kita kepada anak-anaknya.
Simbok nombok, simbah nambah.... sekedar celotehan ibu-ibu setengah baya, untuk saling menguatkan satu sama lain. Diluar itu, baik ibu, bapak, simbah, eyang, oma, opa... punya ketulusan luar biasa untuk anak-anak dan cucunya. Sebuah cinta tanpa syarat...

Sunday, August 14, 2011

Romo vs Sopir Bis

Khotbah Romo hari Minggu kemarin lucu banget. Dia bertanya begini ke umat,
Romo : Menurut Anda, berapa kali Anda bisa membuat orang lain ingat pada Tuhan?
Umat : ... (diam ... menghitung..)
Romo : ada 10.000???
Umat : ... (diam.... dalam hati, hah apa nggak kebanyakan??)
Romo : kebanyakan ya??, ya sudah 5.000 mungkin?
Umat : ... (masih diam)
Romo : ya sudah 1000 mungkin? masih banyak? 500? atau dibawah 500??
Umat : ... (terdiam, bingung nggak berani menjawab)
Romo : ya sudah... (putus asa).. katakanlah 1000 kali. Kalau umur saya sekarang 41 tahun berarti sejak saya lahir, pertahun... (menghitung dalam hati)... hah... cuma sedikit ya... cuma 24 kali pertahun, berarti tiap bulan saya cuma bisa membuat orang ingat pada Tuhan 2 kali... dikit banget ya...??
Umat : ... ggggrrrr.... (umat ketawa)...
Romo : wah.. kalau gitu percuma ya saya jadi Romo, mending jadi sopir bus... coba... sopir bis itu kalau mau buat orang ingat pada Tuhan gampang banget.... tinggal mancal (injak) gas agak keras... pasti seluruh penumpang langsung ingat pada Tuhan....
Umat : hua...ha...ha...ha....

Terus aku merenung (ijin dulu dengan temanku... takutnya dikira depresi hehehe)...
Nah, mestinya kita ini bersyukur ya dengan adanya orang-orang yang membuat kita menderita, karena dengan menderita, kita jadi ingat pada Tuhan. Coba kalau hidup kita ini lancar, semulus jalan tol... kan malah bisa terlena... lupa... ketiduran... tahu-tahu sudah celaka. Situasi dan peristiwa yang tidak enak, yang kita alami, ternyata justru membuat kita dekat denganNya....
Jadi, besok kita mestinya bilang begini "terimakasih ya, sudah membuat aku menderita"... hehehe...

Friday, August 12, 2011

Depressi??

Agak mengejutkan bagiku ketika seorang teman mengomentari tulisanku "jangan merenung terus, nanti bisa depressi..." lhoh??
Mungkin tulisanku akhir-akhir ini berkisar tentang permenunganku selama bulan puasa. Bukannya berhenti merenung, aku malah tambah merenung. Benarkah aku depressi?? dan aku menemukan artikel ini di internet, yang kalau disimpulkan... merenung bukannya membuat kita depressi, tapi justru salah satu cara untuk mencegah depressi. Coba baca artikel di bawah ini.

Depresi atau stress dapat menimpa siapa saja. Depresi merupakan respons mental seseorang dalam menghadapi berbagai persoalan kehidupan. Depresi muncul disaat semua masalah menumpuk di otak dan tak tahu bagaimana cara mengatasinya. Sebagian besar orang tak merasakan gejala depresi, namun bila memuncak akan timbul perasaan yang tak bisa kita hindari.

Berikut gejala depresi, dan bagaimana cara untuk mencegah munculnya depresi dalam diri kita berdasarkan sumber yang ahli di bidang Psikiatri.
Gejala Depresi:
  1. Tak bergairah
  2. Mood Depresif
  3. Rasa bersalah dan tidak berguna
  4. Rasa Gelisah
  5. Pikiran Bunuh Diri
  6. Perubahan Pola Tidur
  7. Perubahan Berat Badan
  8. Tidak Bisa Konsentrasi
  9. Rasa lelah tak Berdaya
Dampak Depresi terhadap kesehatan fisik:
1. Cemas Berlebihan
Kondisi ini akan memacu hormon tertentu didalam tubuh yang menyebabkan denyut jantung meningkat dan tekanan darah berlebihan.
2. Menurunkan daya tahan tubuh.
Penderita depresi akan lebih gampang terkena penyakit karena kondisi tubuh menurun.
3. Seksual Menurun
Kondisi seperti ini akan menurunkan seksualitas si penderita.
4. Mempengaruhi Metabolisme Gula Tubuh

Mencegah atau mengatasi Dperesi
1. Pola Hidup teratur
  • Istirahat cukup 6-8 jam sehari akan menurunkan tingkat depresi.
  • Selain itu pola makan yang seimbang karena dengan makan teratur kondisi tubuh kita akan stabil
  • Olah Raga dan Rekreasi juga salah satu cara untuk mencegah terjadinya depresi  pada diri kita
2. Sikap Hidup Poositif
  • Berfikir rasional dan obyektif akan mencegah gejala depresi
  • Merencanakan kehidupan
  • Menerima yang tak dapat diubah
3. Meluangkan Waktu untuk diri Sendiri
  • Luangkan waktu untuk diri sendiri minimal 30 menit selama satu hari
  • Lakukanlah kegiatan seperti Spa, Meditasi, Yoga dan Relaksasi
4. Mengembangkan Kehidupan Spiritual
  • Belajar Lebih memahami diri sendiri
  • Belajar Lebih mengerti orang lain
  • Belajar lebih mengenal Sang Pencipta
Jika anda melakukan empat hal diatas maka kita akan terhindar dari depresi yang kapan pun dapat menimpa diri kita.
Sumber: Dr. Suryo Darmono. SpKj
Staff Departemen Psikiatri RSCM

Menarik juga untuk kembali melihat ke dalam diri sendiri. Jangan-jangan memang iya aku depresi... Tapi merasa lega juga, karena permenunganku adalah salah satu upaya untuk mengembangkan kehidupan spiritual, mengenali diri sendiri dan memahami orang lain. Dan memang benar, dengan belajar lebih mengenal Sang Pencipta... ada kekuatan lebih untuk memandang hidup ini dengan hati dan pikiran jernih, dan mensyukuri karunianya.

Salah satu cara mensyukuri karunianya.... pergi ke Jogja nonton Transformers.... yuuukkk!!! 

Monday, August 8, 2011

Senyum... untukmu

Terinspirasi email seorang teman di milis. Mengisahkan tentang "kentang". Kentang yang disimbolkan sebagai orang yang kita benci. Kemudian dimasukkan dalam kantung plastik. Harus dibawa kemana-mana selama seminggu. Selain berat (1 kentang, satu orang yang dibenci), bagi yang banyak membenci orang, lama-lama kentang juga bau... intinya.. membenci seseorang berarti membawa beban berat kemana-mana. Di sinilah pentingnya sebuat pengampunan... memaafkan.

Kemudian aku membayangkan. Bagaimanan kalau bukan "kentang"... tapi daging. Sedikit atau banyak yang kita benci, tetap menjadi beban dan baunya kemana-mana. Tidak hanya mengganggu kita yang membawanya, tapi juga mengganggu orang lain.
Selama hidupku, maksudku... hingga detik ini. Aku baru merasakan bagaimana membenci seseorang dengan sangat, sampai sakit. Satu orang saja, tapi sakitnya minta ampun. Baru kali ini aku bertemu dengan seseorang yang tidak berperasaan dan tidak memilki empati sama sekali. Setidaknya inilah yang aku rasakan pada awalnya. itu sebabnya aku merasakan sakit yang luar biasa.
Walaupun hanya melihat bayangannya sekelebat saja. Rasanya darah mulai mendidih, panas, jantung berdegup keras... entah bagaimana wajahku... mungkin sudah merah padam seperti setan. Lhoh... kok malah aku yang berwajah mirip setan ya.... seharusnya dia kan... yang sudah menyakiti aku dengan hebat.
Aku melihat dia baik-baik saja. Masih bisa tersenyum kesana-kemari. Sementara aku "blingsatan" sendiri.... membawa daging busuk kemana-mana. Mencari dukungan dan pembelaan diri..... bahwa dia yang jahat dan aku yang baik... yang benar. Tapi mengapa wajahku justru malah mirip setan, sementara dia seperti malaikat???...

Litani dua kata
Lama-lama aku menderita sendiri. Ternyata membenci justru membuatku sakit. Lebih sakit dari pada penyebab kebencian itu sendiri. Sakitnya menjadi semakin nyata, seperti sebuah piring tertancap di hatiku. Hatiku beku. Keras... dan benar-benar menyakitkan. Orang akan spontan bilang " mbok dimaafkan...."... ini mudah sekali diucapkan... tapi susah sekali di lakukan. Apalagi memaafkan dengan tulus. Bisa saja mulutnya dengan ringan bilang "sudah kok... aku sudah memaafkan dia". Tapi hati siapa yang tahu... siapa yang tahu hatiku begitu beku sampai sakit.
Maka aku berdoa. Sebuah litani dua kata untuk diriku sendiri "lembutkanlah hatiku". Doa dua kata yang kuulang ribuan kali, ketika hati masih terasa beku dan sakit. Waktu akhirnya menyembuhkan hatiku.... sedikit demi sedikit, hatiku melembut dan tidak sakit lagi. Barulah aku bisa belajar memahami. Kenapa toh dia berbuat seperti itu? apakah benar dia sengaja menyakiti aku? apakah benar dia bermaksud menjatuhkan aku? bukannya dia sudah minta maaf.... menyesal. Kenapa aku masih membawanya kemana-mana.... membawa kebusukan, menyebar bau yang mengganggu.

Doa
Barulah aku bisa berdoa... berdoa supaya aku bisa menjaga hatiku dari rasa benci. Berdoa supaya aku mudah memahami dan memaafkan orang lain.... dan berdoa supaya aku selalu bisa memilih mencintai dari pada membenci. Dengan mencintai aku bisa mendoakan orang-orang yang menyakitiku, dan meyakinkan diri bahwa mereka pasti tidak sengaja, tidak bermaksud menyakiti, dan ingin berbuat baik kepada orang lain. Mungkin caranya saja yang tidak tepat, di saat yang tidak tepat pula. Aku juga bukan orang yang suci. Yang terbebas dari dosa menyakiti orang lain. Mungkin ada juga yang sakit hati denganku, hanya tidak pernah dikatakan. Mungkin aku sudah melakukan hal-hal yang tidak pantas bagi orang lain, tapi biasa buatku. Mungkin ada orang lain yang begitu sakit terhadap sikapku tanpa aku menyadarinya.

Semua sama, kalau orang lain bisa menyakitiku, akupun juga bisa menyakiti orang lain. Entah sadar atau tidak sadar, sengaja atau tidak sengaja... hal itu sangat mungkin bisa terjadi. Karena kita semua masih manusia. Kita hanya bisa memilih, mau menyimpan daging busuk dan membawanya kemana-mana dengan wajah seperti setan. Atau membawa bunga yang harum, dan membagikannya kepada setiap orang yang kita temui. hhhhmmmm... terlalu repot ya... senyum aja deh... yang tulus dan murni dari dalam lubuk yang paling dalam...

Dan... bagi siapa saja... yang membaca tulisanku ini, yang mengenalku, dan yang pernah sakit hati karena aku....saat ini, dari lubuk hatiku yang paling dalam, setulusnya aku minta maaf... dan aku berdoa, semoga Tuhan memberkati kita semua dengan kasihNya yang indah.



Note:
kemarin kulkasku rusak. Perlu 2 hari untuk memperbaikinya. Semua isi kulkas terpaksa kukeluarkan. Luarbiasa!!... ternyata banyak yang harus dibuang!. sudah kadaluarsa... bahkan ada yang sudah busuk.... Semua langsung masuk ke kantong plastik hitam.. dan masuk bak sampah. Kulkasku, kosong, bersih, dingin dan segar.... siap kuisi sayur dan buah yang baru... good feelings..!!



Sunday, August 7, 2011

kukuruyuuuuuukkkk....... have a nice monday....

Yang khas hidup di desa adalah suara kokok ayam jantan. Dulu, ketika tinggal di perumahan, jarang sekali mendengar kokok ayam jantan di pagi hari. Karena memang sudah jarang orang yang memelihara. Nah, depan huntara (hunian sementara) ku adalah peternakan ayam. Jelas saja suara kokok ayam begitu jelas terdengar. Cukup keras hingga bisa membangunkanku dari tidur. Disitu ada 70 ekor ayam jantan. Kalau yang satu berkokok, yang lain ikutan. Anehnya, ayam jago sekarang tidak hanya berkokok di pagi hari. Yang jelas pagi jam 4.30 an, kemudian dengan tidak tentu mereka berkokok... suka-suka mereka rupanya... karena mereka bisa berkokok sore, malam.... bahkan jam 23.00 an... menjelang tengah malam.
Gejala alam apakah ini??? aku tidak tahu...
Yang jelas bagiku, bagaimana mereka saling menyahut melalui kokoknya, dan kemudian disambut pula oleh kokok ayam di kejauhan, entah milik siapa.... siapa yang mendengar, kemudian menghatarnya ke teman-temannya.... sesama ayam jago...

Begitu banyak sarana media yang sekarang semakin canggih untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam hitungan detik semua informasi bisa tersebar, terdengar kemana-mana... dan diteruskan entah berita baik... maupun yang buruk. Kita tinggal membuat pilihan... bebas..
Setiap kali aku tergoda untuk melihat statistik, berapa banyak orang yang membuka blogku. Kalau seharian nggak ada yang membuka, rasanya sedih. Sebaliknya, kalau sehari bisa ada 30 orang lebih, wah senang sekali.

Setiap meng up load sebuah tulisan, aku hanya berharap ada yang membacanya. Lebih bahagia lagi, bila berguna bagi orang lain. Aku hanya punya pengalaman kecil, setiap hari yang ingin kubagikan... ku-kokok-kan setiap pagi... seperti ayam jantan yang sampai saat ini belum berhenti berkokok.. bahkan semakin seru saja... saling bersahutan...
Ini hanyalah sebuah tulisan... seandainya sebuah perbuatan kasih juga bisa tersebar cepat dan ditiru oleh banyak orang... betapa indahnya. Tidak hanya MLM (Multi Level Marketing).. tapi MLK (Multi Level Kasih)... Semakin banyak perbuatan kasih dilakukan... dan semakin banyak berkat berlimpah bagi banyak orang.
Hhhhhmmmm... aku suka dengan acara Mario Teguh semalam.... dia berkokok terus tentang perbuatan baik dan selalu berpikir positif.. supaya jiwa kita tidak mati... walaupun raga kita mati... dan satu hal yang tertanam dalam pikiranku adalah kata iri hati. Jelekkah sikap iri hati??? enggak.. kalau kita iri pada perbuatan baik orang lain, pada semangatnya yang luar biasa, pada spiritualnya yang jernih....

Pagi sudah merekah... mari kita berkokok... tentang indahnya hari ini, tentang segarnya udara pagi, tentang lahirnya hari baru....

Have a nice monday.....


"... may I have a love that springs from and is rooted in Your love. May I listen to others, show Your compassion, and speak Your truth today." - David Roper

Friday, August 5, 2011

KemuliaanNya

Haruskah kita mengakui keagungan dan kemuliaanNya ketika kita tidak kuasa melihat tsunami di Aceh, di Jepang... berbagai gempa bumi di seluruh dunia. Bahkan ketika aku mengalami sendiri betapa gemuruhnya suara gunung Merapi yang meletus, hujan kerikil dan debu.  Banyak yang beranggapan Tuhan murka atas kehidupan manusia yang semakin porak poranda. Semua bersujud mohon pengampunan, mengakui kebesaran kuasaNya, dan menyadari betapa tidak berartinya kita sebagai manusia berhadapan dengan kemuliaanNya yang Agung.

Pagi ini, aku duduk di dekat pintu gereja untuk menghadiri misa pagi. Udara dingin masih sanggup menembus sweaterku yang lumayan tebal. Ketika mata kututup, menikmati musik lembut yang mengisi waktu menyambut misa, aku banyak mendengar suara. Orang-orang yang batuk dan berdehem, maklum, yang hadir kebanyakan usia menengah ke atas. Suara orang yang memarkir sepeda motor, sepeda.. dan juga suara jago berkokok di kejauhan.
Semua suara yang kudengar, tidak dapat aku kuasai. Suara-suara yang boleh dikatakan mengganggu keheninganku, tapi aku tidak punya kuasa sedikitpun untuk meminta mereka diam dalam keheningan. Aku hanya bisa menikmatinya. Semakin aku menikmatinya, semakin aku merasakan berbagai rasa dalam diriku. Angin dingin yang segar, selain menembus kulit, juga berhembus lembut membelai rambutku. Mesra dan penuh sayang, seperti tangan Tuhan yang menunjukkan kasihNya padaku. Dan aku merasakan degup jantungku, tiap kali kuletakkan kedua telapak tanganku di dada. Dan nafas ini, menggerakkan dada dengan teratur, tenang... kadang kuhembuskan pelan, mengembalikannya ke irama kehidupan.
Keindahan pagi ini, terhenti ketika Romo memasuki gereja, dan misa pagi dimulai....

Kemuliaan Tuhan, menjadi bacaan misa hari ini. Haruskah kita menyadari kemuliaan dan kebesaranNya, hanya ketika terjadi bencana alam yang luar biasa?. Bukankah bencana bisa terjadi setiap saat dalam diri kita??
Lihatlah betapa gemuruhnya dan panasnya sungai darah kita ketika marah. Seakan mau meledak dan mengancurkan segala sesuatu di sekitar kita.
Lihatlah betapa berdetak keras jantung kita bagaikan gempa ketika kekawatiran melanda. Atau kesedihan yang membuat harapan terbang bagai tersapu angin puyuh.
Lihatlah betapa remuk redamnya hati kita, ketika disakiti, dianiaya, dihina.... seperti tersapu gempa dan tsunami....
Kemana kita pergi ketika bencana memporak porandakan kedalaman hati kita, jantung kita.... hanya kepadaNya kita berlutut... mohon ampun, mohon kekuatan, mohon belas kasihan...
Sebenarnya, setiap saat kita memuliakan dan mengagungkanNya. Karena kita tidak memiliki kuasa atas segala yang ada dalam diri kita. Dialah yang menguasai seluruh sel tubuh kita. Kalau kita membiarkan tubuh ini dikuasaiNya dan melakukan kehendakNya, seluruh tubuh ini menjadi milikNya.
Mampukah kita merendahkan diri dihadapanNya??? membiarkan seluruh kehendakNya yang terjadi? menyangkal keinginan diri, dan melepas kehendak manusiawi??
lalu, bagaimana mengetahui kehendakNya?? bersatu denganNya dalam doa, melakukan semua tugas hari ini sebaik-baiknya, dan lakukanlah lebih dan lebih semampu kita.... hingga kita sungguh tidak mampu lagi... dan biarkan Dia menyelesaikannya... do the best.. and God do the rest...

Disaat aku berada pada titik keputusasaan, kepadaNya lah aku meringkuk dan berbisik ".. aku tidak mampu lagi.." dan di saat itu Tuhan mengambil alih semuanya...

When we are doing God's will, He will be with us even without our asking. If we're not doing His will, we need to ask His forgiveness, change our course, and follow Him - Julie Ackerman

Thursday, August 4, 2011

I Love You

Rasa-rasanya, aku belum pernah sekalipun mendengar bapak atau ibuku mengatakan kata “I love you…”, “aku tresno karo kowe, bu…” atau “aku mencintaimu, bu..”. Mungkin tidak biasa mengungkapkan perasaan masing-masing. Atau itu cukup diucapkan sekali saja, untuk menyakinkan mereka berdua siap mengarungi hidup bersama sepanjang hayat. Setelah itu, kata “cinta” mewujud dalam perbuatan dan tindakan setiap hari dalam kehidupan perkawinan mereka, hingga kematian memisahkan dan mempersatukan mereka kembali.

Cinta dan Benci
Kata “cinta” sekarang sering diobral. Mudah sekali diucapkan, tapi jauh dari wujud cinta itu sendiri. Jadian, putus…. Jadian, putus…. Menjadi hal biasa. Panggilan sayang yang lebay… “cinta…”, “yayang…”, “honey bunny…” (yang dengan lucu-lucuan bisa diterjemahkan dengan panggilan “kelinci madu…” hahaha…. Ada-ada saja…). Sesungguhnya, semua ini menunjukkan kemajuan dalam hal komunikasi. Mengungkapkan perasaan dengan leluasa tanpa beban. Tidak ada yang ditutup-tutupi. Semua begitu mudah lepas begitu saja dalam ungkapan kata-kata. Sayangnya, manusia tidak hanya punya perasaan cinta, tapi juga benci. Begitu cintanya habis di obral… tinggal benci yang tersisa. Nah, yang ini juga mudah sekali diobral. Ketika mau menikah… waduh… ungkapannya semua indah. Tapi begitu mau cerai… semua perasaan benci, jengkel, marah… membludag tak terbendung….
Kalau melihat atau membaca berita-berita selebriti yang baru pacaran, mau menikah, menikah dan kemudian cerai… itu gambaran umum yang terjadi dewasa ini. Hanya karena mereka selebriti, kisahnya bisa dijual dan menjadi tontonan orang banyak. Tapi, juga bisa ditiru orang banyak. Kata cinta, tidak lagi sakral. Kata benci bukan lagi tabu diucapkan. Orang Jawa khususnya, dulu lebih suka menyimpan segala sesuatu dalam hati, diungkapkan dalam perbuatan. Bisa positif tapi juga bisa negative. Kalau yang dilakukan adalah perbuatan karena cinta, pasti menyenangkan dan indah, penuh kejutan. Tapi kalau yang diungkapkan dalam perbuatan adalah ungkapan perasaan benci… ini yang merepotkan. Pasti banyak kejadian yang mengejutkan dan menyesalkan. Repot sekali…. Terlalu diobral… maknanya luntur. Terlalu disimpan… bisa menjadi bom waktu…
Kebenaran dan Ketulusan
Ketika ada sms masuk dari anak lelakiku “suddenly, I miss you mommy…” aku terharu.. dan air mataku mengalir begitu saja. Atau ketika aku sakit, anak perempuanku sms ke tantenya yang seorang dokter, kemudian pergi berjalan kaki ke apotik membeli obat, aku juga terharu… dan menangis. Sederhana, tapi mampu menyentuh hatiku.

Hati, memiliki kelembutan yang mampu menangkap kebenaran dan ketulusan sebuah ungkapan perasaan. Ketika seseorang mengatakan “cinta…” dan reaksi kita justru “masak??.., gombaaal…, yang bener??...”ada keraguan dan ketidak percayaan yang tersirat. Benarkah cinta itu ungkapan yang benar dan tulus?? Perlu pembuktian dalam perbuatan. Kalau kata cinta yang kita ungkapkan masih diragukan, ya buktikanlah dalam perbuatan. Kalau kita tidak mampu membuktikannya, tanyakan pada diri sendiri “benarkah aku mencintainya??”… jangan-jangan tidak, atau mungkin belum cukup disebut cinta. Atau mungkin, hati kita kurang peka terhadap perasaan cinta… karena mungkin kita tumbuh dalam lingkungan yang tanpa cinta. Sehingga hati menjadi beku, tidak mudah tersentuh.
CintaNya
“Kalau Tuhan mencintaiku, mengapa aku menderita?.., mengapa Dia tidak mengabulkan doaku, mengapa Dia meninggalkan aku..??”. Tuhan, Allah kita tidak mengobral cintaNya lewat sms, telpon, email atau alat komunikasi apapun yang kita miliki. Dan Dia juga tidak  mengungkapkannya dengan kata-kata. CintaNya adalah perbuatan. CintaNya tulus, dan murni sehingga hanya bisa dirasakan hati yang lemah lembut. Lalu mengapa kita menderita? Pertanyaan ini harus dikembalikan kepada diri kita sendiri. Ya.. mengapa aku merasa menderita? Karena keinginanku tidak tercapai. Keinginannya apa? Mudah atau tidak dikabulkan? Jangan-jangan keinginan kita kurang sesuai, atau mungkin memang butuh waktu sehingga butuh kesabaran… “sudah sabar… menthok!” aku sering protes begitu. Masak? Masih kurang kayaknya…. Butuh kesabaran untuk menjadi sabar (ini ungkapan Indra Herlambang).
Cara Dia mencitai kita, sungguh luar biasa. Kita hanya bisa memahami cintaNya, ketika kita mampu menyangkal diri. Mengabaikan keinginan diri, dan memberikan porsi yang lebih besar pada kehendakNya. Menerima segala sesuatu dengan ikhlas akan membebaskan diri kita dari penderitaan. Penderitaan akan membuahkan rasa syukur yang membawa kedamaian dalam hati. Dan dalam hati yang damai kita merasakan cintaNya yang luar biasa… indah.
Tuhan, Allah kita mengajarkan kepada kita untuk mengobral cinta dengan perbuatan. Mulailah dengan melakukan perbuatan cinta melalui hal-hal kecil dan sederhana. Melayani orang-orang yang kita cintai dengan suka cita dan rela. Nikmati semuanya dengan gembira, seperti orang yang sedang jatuh cinta. Jatuh cinta kepadaNya, jatuh cinta pada kebenaran, hidup dan cinta itu sendiri. Hhhhmmm… rasanya sudah lama aku tidak bersenandung… bernyanyi… maka ku klik winamp… dan yang mengalun lagunya Matt Wertz…. Everything’s Right…


Selamat pagi…
Semoga Tuhan melembutkan hatimu,
merekahkan senyummu,
dan menggerakkankan bibirmu untuk bernyanyi…



Monday, August 1, 2011

Orang Buta menuntun Orang Buta

Ketika harus memilih jurusan masuk ke Universitas, aku bisa membuat 2 pilihan. Jurusan komunikasi dan hukum. Dan ketika keduanya aku lolos, bapak langsung bilang “komunikasi saja, jangan ambil jurusan hukum”. Kenapa?? Karena hanya Tuhan yang adil. Keadilan di dunia sulit ditentukan manusia.
Sebenarnya… seberapa luas dan besar pengetahuan yang kita miliki, hingga kita bisa bersikap adil dan benar dalam hidup ini? Kita hanya mampu menilai seseorang dari luarnya saja. Dari perkataan dan tindakannya. Isi hatinya, tidak mungkin kita ketahui.
Kesombongan adalah akar dari penilaian yang keliru terhadap orang lain. Kesombongan membuat kita merasa lebih dari yang lain. Orang lain salah, aku benar. Orang lain jahat, aku baik.
Aku ingin punya kerendahan hati yang tulus, bukan pura-pura. Supaya aku bisa menghargai orang lain dengan tulus hati pula. Supaya aku dibebaskan dari keinginan untuk menghakimi, dan menghukum orang lain dengan ukuran manusia. Aku ingin, hatiku yang sombong ini dilebur dan diperbarui lagi dengan hati yang mau mengakui kekurangan diri, memaafkan, mengasihi, dan menghargai orang lain. Karena kita semua sama dihadapanNya.

BcE: Bil. 12: 1 – 13
Miriyan dan Harun, protes kepada Tuhan karena Musa mengambil seorang perempuan Kush. Tuhan murka dan menghukum mereka berdua hingga berpenyakit kusta. Musa memohonkan ampun bagi mereka, hingga Tuhan memberikan mereka hukuman hanya 7 hari lamanya. Musa adalah nabi yang dipilih Tuhan untuk membimbing umatNya. Pilihan Tuhan tidak pernah salah. Kita tidak perlu protes kepada Tuhan apabila melihat ketidak selarasan pandangan kita dengan apa yang dipilihNya. Yang bisa kita lakukan hanyalah mendoakan supaya para pemimpim umatNya selalu dalam perlindunganNya dan tidak berpaling dari kehendakNya.
Mzm: 51: 3 – 7, 12 – 13
Jadikanlah aku tahir ya Allah, dan perbaharuilah dengan roh yang teguh!. Janganlah membuang aku dari hadapanMu dan janganlah mengambil rohMu yang kudus dari padaku!.
Mat. : 15: 1 – 2, 10 – 14.
Orang Farisi dan ahli taurat, juga protes kepada Yesus, karena murid-muridNya melanggar adat istiadat nenek moyang. Yesus mengingatkan bahwa merekapun melanggar perintah Allah demi adat istiadat nenek moyang. Dan dengan keras Yesus berkata “..hai orang-orang munafik! Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari padaKu. Percuma mereka beribadah kepadaKu, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan perintah manusia”.

Adakah ajaran manusia yang benar?? “dapatkah orang buta menunntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lobang?” (Lukas 6:39) Lalu bagaimana ajaran Tuhan?? “cintailah musuhmu, berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu, dan berbuat baiklah kepada mereka yang membencimu” (Mat. 5:44 atau Lukas 6 : 27-35). Hanya dengan hati, kita bisa melaksanakan ajaran Tuhan. Mulailah dari hati. Bukankah cinta, kasih dan doa hanya ada dalam hati kita. Bila hati kita sudah mengaarah padaNya, segala perbuatan kita akan mengacu padaNya.

The good you do today, will be forgotten tomorrow. Do good anyway - someone

Puasa dan Pertobatan

Tiga hari terakhir ini, 29,30 dan 31 Juli, bacaan Kitab Suci berkisar tentang memaafkan dan kasih. Hanya kasih yang mampu memberi kita kekuatan untuk memaafkan. Kasih mengajarkan kita untuk melihat dalam diri sendiri, betapa tidak sempurnanya aku. Mengapa harus menginginkan kesempurnaan orang lain. Motivator Mario Teguh dalam siarannya minggu malam di Metro TV telah menamparku dengan kalimat “masa lalu yang buruk adalah puing-puing, kalau kita membawanya terus hingga saat ini, kita akan berjualan puing-puing (barang rongsokan)”.
Puing-puing ini harus dibuang. Terutama puing-puing dalam hati dan juga tindakanku. Puing-puing itu berupa:

1.      Egoisme.
Betapa sombongnya aku. Menganggap bahwa akulah yang menyelesaikan semua persoalan ini. Bahwa akulah yang membawa keberhasilan ini. Bahwa akulah yang telah banyak berkorban untuk semua pihak. Akulah yang paling sengsara. Akulah yang mengalah. Akulah…. Akulah… akulah…. Semua berpusat pada aku…aku…aku…

Bagaimana dengan dia, bagaimana dengan mereka??? Apakah dia dan mereka hanya berpangku tangan? Diam saja tidak melakukan apa-apa? Tidak berperan apa-apa???...
2.      Sok Suci.
Aku sudah berdoa siang dan malam. Berarti apa yang aku lakukan sudah benar, karena semua aku lakukan dalam doa. Pastilah semua yang kulakukan adalah tuntunan dari Allah. Aku merasa yakin bahwa apa yang aku lakukan adalah benar. Dan orang lain salah. Aku memang sudah menghindari dan tidak melakukan dosa-dosa besar seperti membunuh. Benarkah???
Bagaimana dengan sikapku yang tidak hormat, tidak menghargai, tidak mengasihi, tidak mengampuni??? Bukankah sama dengan “pembunuhan karakter” orang lain?? Bukankah ini lebih kejam??
Oohhh… Tuhanku…. Sepantasnya aku bersujud di hadapanMu. Betapa angkuhnya aku, menganggap diri benar. Menganggap diri sudah berjalan di jalanMu, padahal aku tidak tahu apa-apa tentang kehendakMu. Aku mohon ampun atas kesombanganku ini… kedalam hatiMu yang kudus dan suci… aku serahkan seluruh hidupku.
Bacaan Kita hari ini, 1 Agustus 2011:
BcE: Bil. 11:4b – 15
Musa mengeluh pada Tuhan. Capek lelah dan putus asa. Karena umat yang dibawanya mulai rewel. Manna yang dikaruniakan dari Tuhan kepada mereka tidaklah cukup. Mereka menginginkan daging. Tubuh mereka kurus, dan mereka mulai iri pada musuhnya yang makan daging. Musa protes pada Tuhan, apakah ini semua tanggung jawab dia?? Melaksanakan kehendakNya tidaklah mudah. Sebagai manusia kita juga merasa capek, lelah dan putus asa seperti Musa.
Mzm. 81: 12 – 17
Sebuah nyanyian pada waktu pembaharuan perjanjian dengan Tuhan. Bagi umat yang tidak mendengarkanNya, Ia biarkan. Hingga nantinya mereka sadar, kembali kepadaNya dan membuat perjanjian baru denganNya. Tuhan tidak akan mengabaikan mereka yang bertobat “…umatKu akan kuberi makan gandum yang terbaik dan dengan madu dari gunung batu, Aku akan mengenyangkannya.”
Mat 14: 22 – 33
Petrus adalah murid paling tegar yang disebut “batu karang” oleh Yesus. Namun, dia pun masih kurang percaya kepadaNya, sehingga terjatuh ketika dibimbingNya berjalan diatas air. Bagaimana dengan kita?? Sudahkah kita percaya penuh kepadaNya?
BcO: 1Raj. 21: 1 – 21, 27 – 29
Raja Ahab sebetulnya tidak jahat. Namun keinginannya yang kuat untuk memiliki kebun anggur Nabot, membuat ibu Ahab mampu menggunakan kekuasaannya sebagai raja, untuk memiliki kebun tersebut dengan paksa. Yaitu dengan membunuh Nabot. Ketika Tuhan marah dan mengancam akan memberikan malapetaka kepadanya, ia menyesal. Dikoyakkannya jubahnya dan dia berpuasa. Ia merendahkan diri dihadapan Tuhan, mohon pengampunan. Dan Tuhan mengasihi  dan memberi pengampunan kepadanya. Pertobatan dan puasa adalah langkah untuk mengakui kebesaran Tuhan dan merendahkan diri dihadapanNya. Dan Tuhan mengampuninya.
Tidak perlu sempurna untuk disayangi… dan tidak perlu istimewa untuk selalu dikenang….

To be like our Savior and His early followers, we should ask ourselves each day: “what good thing can I do today in Jesus’s name?” When we do good, we will be offering a sacrifice that please God (Heb. 13:16) and that draws people to Him (Matt. 5:16) – Marvin Williams