sepedaku dengan keranjang di depan |
Setelah tinggal di Wedi-Klaten, aku tertarik naik sepeda. Sebelumnya aku lebih suka jalan kaki kesana kemari. Ada sepeda kecil milik keponakanku ketika dia SD dipinjamkan ke aku untuk belajar... memalukan juga, karena sering dilihatin orang di jalan.... anakku meledek "iya ma.. kayak pertunjukan ledek kethek...." asyeeem... itu pertunjukan keliling dimana moyetnya suka disuruh naik sepeda kecil... hahahaha.....
Setelah sedikit bisa, aku ingin memiliki sepeda yang lebih besar.. dengan keranjang kecil di depan. Saat menonton film... ada yang naik sepeda, sepertinya asik sekali bersepeda dengan ada keranjang kecil di depan, bisa untuk meletakkan bawaan.
Dan Tuhan mengabulkannya. Anakku mendapat hibahan sepeda dari bossnya. Sepeda kecil dengan keranjang di depan. Langsung sepeda itu diberikan ke aku....
Kemarin sore... ditemani anakku, kami keliling desa... walaupun dia kawatir melihat aku mengayuh sepeda kekiri dan kekanan... tapi dia tetap setia menjagaku dari belakang...
Sore yang cerah, matahari mulai malas bersinar, meninggalkan sinar ceria di balik bukit-bukit nan jauh.... sawah masih terbentang luas.. bagai hamparan karpet hijau yang empuk dan lembut... jalan-jalan desa, walaupun sempit namun sudah halus beraspal... membuat roda-roda sepeda kami berputar tanpa suara....
Sore yang indah... akhirnya menghantar kami pulang.... terengah.. tapi senang....
"bahagia itu sederhana..."
rumah untuk mengeringkan tembakau |
bukit dikejauhan dan anak-anak bersepeda |
sepeda petani di tengah sawah |
jalan keci beraspal di desa |
No comments:
Post a Comment