Pages

Monday, November 7, 2011

Ibu, dalam kenangan

Tiba-tiba aku kangen ibu. Rindu menyusup dibawah ketiaknya. Membaui aroma yang segar dan sedap, karena ibu seorang vegetarian. Kehangatan yang wangi, terbawa hingga kini. Aku seorang ibu, dengan dua anak dewasa yang sudah tidak tinggal lagi serumah. Apa yang akan anak-anakku kenang tentang aku nantinya??

Ibuku meninggal dalam usia yang masih cukup muda, 56 tahun. Beliau seorang yang berhati lembut, rendah hati namun penuh semangat. Sayangnya, ibu tidak suka pergi ke dokter. Menjelang usia 50 tahun, sering di bujuk untuk check up, tapi selalu ditolak. Alasannya aneh "nanti ketahuan penyakitnya...". Dan tidak ada seorangpun yang berhasil membujuk beliau.

Pagi itu, 8 Agustus 1981. Seperti biasa pagi-pagi ibu sudah berencana pergi dengan temannya. Kegiatan ibu-ibu Dharma Wanita. Kebetulan aku masih di rumah dengan mbakku, ketika tiba-tiba aku mendengar ibu berteriak "aku kok nggak merasa apa-apa..". Waktu aku dan mbakku berlari mendekat, ibu sedang duduk lemas di kursi dekat meja telpon. Beliau baru saja meletakkan telpon, setelah mengadakan janji dengan temannya untuk pergi.
Berdua kami menidurkan ibu di sofa. Dan aku langsung menghubungi bapak yang sudah berada di kantor. Aku melihat kondisi ibu semakin lemah. Ketika aku melihat bibirnya mulai miring, aku sadar ibu pasti terserang stroke. Aku cuma bisa berbisik di telinganya "ibu berdoa ya... berdoa terus... jangan putus... bapak sudah dalam perjalanan". Ibu cuma mengangguk, itulah terakhir kali aku bisa berkomunikasi dengan ibu dalam keadaan sadar.
Tak lama kemudian bapak datang, dan ibu segera di bawa ke rumah sakit. Ketika di mobil, aku melihat wajah ibu tidak bereaksi ketika terkena sinar matahari, aku semakin kawatir melihat tubuhnya yang pasif.
Ibu terkena stroke. Sayang pendarahan ada di otak kecil. Maka setelah 38 jam berjuang, beliau pergi. 9 Agustus 1981, aku menjadi anak yatim. Hanya dua bulan setelah kami mengadakan selamatan 1000 hari meninggalnya adikku...

Aku ingat, setelah peringatan 1000 hari meninggalnya adik, ibu bercerita kalau mimpi bertemu adikku di pantai. Adik kelihatan masih kecil. Dia mendekati ibu sambil membawa balon. Tiba-tiba adik terbang bersama balon yang bertuliskan "berdoa". Tidak disangka ibu akhirnya pergi menemani adikku. Walaupun aku begitu kehilangan, tapi aku merasa senang ibu bersatu dengan adikku. Aku masih memiliki bapak yang dalam tekadku, ingin aku temani sampai akhir hayatnya....

Hari ini aku cuma ingin berbisik... ibu.. aku kangen....

No comments:

Post a Comment