Saat ini, tubuh terasa melayang-layang. Antara pingin tidur, capek... tapi nggak bisa tidur. Semalam kami baru sampai di rumah jam 11 malam, setelah mengadakan wisata perkawinan selama 3 hari ke Blitar, Jawa Timur. Jumat, Sabtu dan Minggu. Yang menikah adalah putra pertama dari sepupu suamiku. Pengantin wanita berasal dari Blitar. Yang unik adalah perayaan yang berlangsung selama beberapa hari, karena keluarga pengantin putri menerapkan budaya perkawinan dengan ketat. Sementara itu, di Wedi, Klaten kami juga mengikuti peraturan yang umumnya dilakukan untuk merayakan perkawinan.
"ater-ater"
Selasa siang, kami mulai sibuk belanja untuk membuat "ater-ater" selamatan untuk keluarga dan para tetangga. Aku bisa mengikuti proses ini semua, karena mereka tinggal satu halaman denganku. Masaknya saja di halaman depan rumahku. Awalnya, aku hanya ingin melihat bagaimana persiapan ini semua di selenggarakan. Namun, akhirnya aku bahkan ikut terlibat di dalamnya. Tidak disangka begitu heboh dan rumit. Seumur hidup baru sekarang ini aku melihat bagaimana mereka membuat ater-ater yang penuh dengan makanan unik. Ketika aku bertanya apa arti setiap makanan yang dibuat, mengapa dan tujuannya apa? tidak ada yang tahu. Tukang masak yang sudah ahli menyajikan semuanya pun, tidak tahu. Pokoknya ya harus dibuat seperti itu. Tidak boleh diganti, dan memang sudah turun temurun seperti itu.
|
Nasi yang dibulatkan segenggaman tangan |
|
Tempe goreng |
|
Telur dadar |
|
Sayur tempe dimasak santan |
|
Sayur gori |
|
Ikan asin dan kedelai hitam digoreng |
|
Srundeng |
|
Bumbu gudangan mungil |
|
Sambal |
|
Tertata rapi dalam doos, dengan nasi gurih di tengahnya, dan ayam goreng |
Namun, sebelum semua jenis makanan di masukkan dalam doos, diambil sedikit untuk sesajian yang nanti akan didoakan bersama. Sesajian dilengkapi dengan "ingkung", satu ekor ayam yang dimasak dengan santan. Pelengkap lainnya adalah pisang raja.
|
Sesajian untuk didoakan |
|
"Ingkung" |
|
Pisang raja |
Setelah semalam suntuk kami masak (aku pamit jam 23.30, sementara mereka baru selesai jam 2 pagi). Masih dilanjutkan di keesokan harinya, hingga akhirnya tepat pukul 12 siang semua doos sudah bisa di hantarkan ke semua keluarga, kerabat dan tetangga.
Semula, aku merasa malu karena tidak tahu menahu tentang tata cara selamatan untuk menyongsong sebuah acara perkawinan. Tapi, akhirnya menjadi lega karena banyak juga yang heran dengan isi doos selamatan yang tidak biasa. Penuh dengan aneka masakan yang unik, bahkan ada yang tidak tahu maksudnya. Seperti ada sepotong kacang panjang dan cabai merah.
Apapun artinya, pasti tujuannya baik. Yang pasti, menjadi sajian makan siang yang lain dari biasanya. Dan ini menjadi kenangan... menjadi cerita yang sering diobrolkan dari waktu ke waktu... dan pasti akan menjadi kenangan cerita yang indah pula bagi sepasang pengantin ini nantinya, di masa tua. Salah satu tujuan doanya adalah perkawinan mereka langgeng sampai tua.
Hhhhhmmmm.... aku jadi mengenang bagaimana pesta perkawinan dulu...
No comments:
Post a Comment