Kosong...
Bagaikan melihat ruangan tanpa isi apa pun. Atau bahkan memandang padang gurun yang sejauh mata memandang hanya pasir. Itu yang aku rasakan....
Hidup bagaikan hamparan padang tanpa harapan, keyakinan, kepercayaan, keinginan.... kosong dan hampa. Dalam sisa kesadaran yang masih ada, aku masih bisa berpikir... apakah aku depressi? apakah aku putus asa? apakah aku sudah seperti mayat hidup?
Tapi, Natal kemarin aku masih bersemangat membungkus bingkisan bersama anak-anak untuk sebuah Panti Asuhan. Memasak, makan bersama... menikmati kebersamaan bersama anak-anak...
Tapi kenapa sekarang kosong....
Bahkan kalaupun aku mau bercerita, aku tidak tahu apa yang harus aku ceritakan. Kepada siapa aku tepatnya harus bercerita.
Sejujurnya aku gelisah dengan perasaan ini...
Hingga pagi ini, aku bercerita kepadaNya. Tentang perasaan yang tidak jelas, tentang kekosongan yang menggelisahkan, tentang ketidak tahuanku akan apa yang aku rasakan.
Dan aku mendapat kiriman sms yang luar biasa indah:
Aku telah memahami:
Supaya Allah dapat bertindak dalam satu jiwa, jiwa itu harus berhenti bertindak atas kemauannya sendiri. Kalau tidak, Allah tidak akan melaksanakan kehendakNya dalam jiwa itu sendiri. (BHSF.1790)
Bagaikan hujan di padang gurun, kalimat itu menyejukkan hati. Mengisi kekosongan dengan sinar yang hangat. Rupanya inilah jawaban dari doaku sendiri, ketika aku tidak tahu apa yang harus perbuat, aku berdoa "kuasailah jiwaku, ya Tuhan". Aku hanya tidak tahu, bahwa kekosongan yang aku rasakan akhir-akhir ini, adalah upayaNya untuk mengusai jiwaku.
Aku bingung karena aku masih ingin bertindak atas kemauan sendiri. Kini aku tahu, semua harus kulepas... dan aku semakin tahu... kosong... itu indah.
Note:
Trimakasih untuk Winarti, yang smsnya menyapaku setiap hari.
KOSONG adalah ISI dan ISI adalah KOSONG
ReplyDelete