Pages

Monday, July 15, 2013

Menjadi mitra sejajar


Dan akhirnya, pahargyan, adicara pesta tradisional untuk menyatakan kepada khalayak bahwa pasangan pengantin telah sah sebagai suami isteri baik secara agama maupun hukum. Dalam adicara ini, pengantin berdua dipertemukan atau panggih.

Untuk sementara mereka dipisahkan untuk menjalankan ritual ini. Kemudian mereka dipertemukan lagi dengan iringan yang membawa kembar mayang


Kembar mayang merupakan cerminan dari kalpataru, pohon kehidupan. Melukiskan kehidupan tiga dunia, dunia atas (dewa loka), dunia tengah (jana loka) dan dunia bawah (patala). Kembar mayang mengandung makna semoga pengantin mendapatkan kebahagiaan ganda/kembar, diambil dari arti katanya.
kembar mayang
Dalam panggih ini pengantin menjalani beberapa ritual. Sebelum bertemu, kedua pengantin melakukan prosesi balangan gantal (melempar gantal). Gantal wujudnya gulungan daun sirih dengan isi kapur sirih dan gambir yang diikat dengan benang. Pada saat melempar gantal, pengantin pria mengarahkannya pada dada pengantin putri, lambang menyampaikan pesan jadilah ibu anakku. Dan pengantin putri mengarahkannya pada kaki pengantin pria, lambang pesan jadilah tiang keluargaku. Daun sirih merupakan lambang penghormatan, pada jaman dahulu cara menghormati tamu adalah dengan menghidangkan sirih sebelum menghidangkan makanan dan minuman.

saling melempar sirih atau gantal
Kemudian pengantin pria menginjak telur (wiji dadi) hingga pecah. Pecahnya telur adalah lambang pertemuan unsur merah (wanita) dan unsur putih (pria). Pengantin pria yang menginjak wiji dadi, ia berkewajiban melindungi dan menyayangi isterinya. Setelah itu, pengantin putri membasuh kaki pengantin pria sebagai lambang kewajiban untuk  menjadi seorang ibu, sebagai akibat bertemunya unsur putih dan merah.

Menginjak telur


Kemudian dengan diselimuti kain sindur oleh ibu pengantin putri, kedua pengantin beranjak menuju ke pelaminan dengan panduan ayah pengantin putri. Ini sebagai wujud bahwa kedua orang tua menghantar putra putrinya pada kehidupan yang baru sebagai suami isteri “ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karso dan tut wuri handayani”
diselimuti kain sindur
Adicara panggih telah usai, setelah kedua pengantin berada di sasana rinenggo atau pelaminan, dilanjutkan dengan: 

Bobot timbang, kedua pengantin duduk di pangkuan ayah pengatin putri seolah-olah ditimbang. Dengan demikian kedua pengantin sama hak dan kewajiban juga sama bobot kasih sayangnya. Menjadi mitra sejajar yang serasi, sesuai dan seirama.

Berat yang mana pak?... jawabnya.... "sama....
Kacar-kucur (mengucurkan), juga disebut tampa kaya, adicara ini diwujudkan berupa kacang-kacangan, beras kuning dan aneka uang logam. Ini sebagai pernyataan kepeduliaan suami terhadap isteri secara lahir dan batin. Juga diartikan suami memberi nafkah dan isteri berhati-hati dalam pengelolaannya.

kacar-kucur

Dulangan atau walimahan, kedua pengantin menyantap nasi kuning dengan cara saling menyuapi. Maknanya hati bersatu dan tekad bulat untuk hidup bersama.
Nasi kuning, hati ayam, telur, kacang.. dihias timun dan tomat


 Ngabekten/sungkeman, simbol anak yang berbakti terhadap orang tua, meminta maaf dan mengucap terima kasih serta mohon doa restu. Dan kedua orang tua akan membimbing dengan penuh perhatian, memberi nasihat agar bisa mencapai kehidupan yang bahagia di masa depan. Adicara sungkeman ini merupakan penutup rangkaian adicara pahargyan.


Dua keluarga yang dipersatukan

 Selesailah sudah acara penikahan adat Jawa anak-anak kami Stella dan Dion...dan sekarang saatnya berpesta.....




No comments:

Post a Comment