Pages

Monday, February 17, 2014

Abu kelabu...

Pagi yang asing, ketika aku dibangunkan dari tidur nyenyakku. Bahkan gelegar letusan Gunung Kelud yang jaraknya hampir 200 km dari tempatku tidak mengganggu mimpiku sama sekali. Dan tiba-tiba aku berdiri di halaman depan rumah yang begitu asing. Hamparan abu kelabu menutupi semua yang terlihat. Cukup tebal, lebih dari 1 cm.
Dan abu masih terlihat deras mengucur dari langit. Pandangan mata semakin buram seperti ukuran kaca minusku bertambah.
Aku melihatnya sebagai kuasa alam yang luar biasa. Letusan Gunung Kelud yang memuntahkan material vulkanik setinggi 17 kilometer, terhembus angin ke barat, hingga hampir seluruh Jawa Tengah tertutup abu kelabu.

Dan aku merindukan hujan yang lebat. Hujan yang lebat seperti yang belakangan ini terjadi. Anehnya, disaat kami mengharapkannya, hujan seperti memperlihatkan keangkuhannya dan jual mahal. Cuma sebentar, dan hanya gerimis. Akibatnya, bukannya menghilangkan debu, tapi justru mengganggu aliran listrik.
Lengkaplah... lampu pun padam sekitar 4 jam. Hari Valentine yang tak terlupakan....


hijau daun menjadi kelabu

debu membentang

tebal 1 cm lebih

jarak pandang pendek

Inilah abu kedua yang aku alami dalam kurun waktu 4 th. Abu pertama adalah letusan Gunung Merapi November 2010. Karena waktu itu aku masih tinggal di Jogya dalam radius 20 km dari Gunung Merapi, maka pengalamannya lebih mencekam. Walaupun hampir sebulan letusan demi letusan sudah kami dengar, namun malam itu getaran mirip gempa dan suara gemuruh yang tiada henti, membuat kami tidak bisa tidur. Hingga akhirnya, suara kemeretak di genting, menyadarkan kami, hujan kerikil dan abu sudah turun. Malam yang mencekam dan menegangkan... dan besoknya aku sudah mengungsi ke Ungaran.

Bencana alam sering kita dengar akhir-akhir ini. Banjir, tanah longsor, gempa, badai, gunung meletus... dan banyak orang berpendapat kita sedang di "hukum" oleh Tuhan. Kok Tuhan jadi jahat ya??? setahuku Tuhan itu Maha Pengasih dan Penyayang. Alam semesta beraktivitas seperti halnya kita beraktivitas sehari-hari. Tuhan yang aku rasakan bukanlah Tuhan yang menghukum. Tapi Tuhan yang mengasihi dan melindungi umatNya. Aku tetap bersyukur walaupun sering mengalami gejala alam yang luar biasa. Gempa, banjir di rumah, gunung meletus... bahkan rumah pantaiku terbakar beberapa minggu lalu.

Apakah Tuhan menghukumku? bagiku... setiap hal yang terjadi dalam hidupku, hanya mengingatkanku, bahwa tidak ada yang kekal di dunia ini. Apa pun bisa terjadi besok, tak seorang pun tahu. Hal baik, maupun buruk. Dan kita hanya bisa menerima dan menjalaninya saja. Kita hanyalah abu yang akan kembali menjadi abu...

Dust In The Wind

I close my eyes, only for a moment, and the moment's gone
All my dreams, pass before my eyes, a curiosity
Dust in the wind, all they are is dust in the wind
Same old song, just a drop of water in an endless sea
All we do, crumbles to the ground, though we refuse to see

Dust in the wind, All we are is dust in the wind

Don't hang on, nothing lasts forever but the earth and sky
It slips away, all your money won't another minute buy

Dust in the wind, All we are is dust in the wind






No comments:

Post a Comment