Pages

Friday, September 21, 2018

Kunci

Anak lelakiku tiba-tiba membuat kejutan lagi. "ma... nih tak kasih hadiah ulang tahun lagi" hah apa?? dan dia menyerahkan kunci. Bukan kunci mobil baru. Tapi kunci rumah. Dihadiahi rumah? bukaaan.. ini kunci rumah yang hilang seminggu lalu. Dia temukan di sela-sela jok mobil.

Senang gantungan kuncinya ketemu. Kenang-kenangan dari seorang sahabat.
Seminggu lalu kunci satu-satunya masuk rumah hilang. Dulu pernah ketinggalan di luar dan di simpan tetangga. Kebiasaan kalau menutup pintu dari dalam bukan di kunci tapi digerendel. Jadi kunci bisa ketinggalan di luar tanpa disadari.
Semua sudut sudah diobrak-abrik nggak ketemu. Tetangga juga nggak melihat. Gawat! kalau diambil orang bisa-bisa dia bisa masuk rumah dengan mudah kalau rumah pas kosong.

Keputusan kilat adalah mengganti kunci. Seharusnya sudah aman kan ya, kalau kunci sudah diganti. Ternyata pikiran konyol masih terus mengganggu. Bagaimana kalau orang yang ambil terus suatu ketika mencoba masuk rumah? apa yang harus aku lakukan? bagaimana kalau aku di rumah sendirian? apa dipasangi CCTV biar tahu kalau ada orang yang mencoba membuka pintu... dst... dst.. pikiran dipenuhi hal-hal negative yang melelahkan. 

Kenapa masih memikirkan hal-hal yang bikin pusing. Kan kunci sudah diganti. Orang mau masuk juga nggak bisa. Kekawatiran yang tidak masuk akal. Tapi kalau pikiran lagi mbulet sendiri gak karuan kadang susah dikuasai.

Jadi ketemunya kunci rumah ini memang hadiah ulang tahun yang indah (heran... ulang tahun kali ini hadiahnya lebih awal). Setidaknya pikiran negative hilang. Ujung-ujungnya merasa konyol ketika kunci ini ketemu. Aku sudah membuang waktu dengan melontarkan pikiran-pikiran negative pada seseorang yang ternyata tidak ada. 

Hadiah kunci yang hilang ini, yang akhirnya aku buang juga karena sudah tidak bisa digunakan, ternyata membuang juga semua kekawatiran yang tidak beralasan. Terimakasih ya nak, sudah menemukan kuncinya dan membuatku lega dan tenang kembali.

No comments:

Post a Comment