Pages

Tuesday, September 25, 2018

Rumah Idaman

Dulu aku mengidamkan rumahku seperti rumah jawa dengan halaman luas dipinggir sawah. Aku membayangkan udara yang segar, halaman luas penuh tanaman rindang dan asrı. Hari tua diisi dengan merawat tanaman. Bahkan ada sebagian yang ditanami sayuran dan buah-buahan. Sehingga bisa dinikmati sendiri. Ternyata mimpiku masih belum bisa diwujudkan. Jadi ya sudah biarkan berlalu...

Hari Minggu, setelah mengantar anakku ke bandara, aku kebingungan mau kemana. Flightnya jam 8 pagi. Jadi jam 7 pagi aku sudah keluyuran di Jogya mencari tempat sarapan yang bisa buat nongkrong, ngopi dan menulis.
Ternyata kepagian. Tempat-tempat yang aku pilih buka paling awal jam 9 pagi. Akhirnya setelah berputar-putar aku memutuskan untuk pulang ke Klaten. Diperjalanan mendekati Prambanan aku ingat ada tempat yang enak dan nyaman namanya Warung Kopi Prambanan. Akhirnya aku putuskan untuk mampir ke sana. Barangkali sudah buka.

Tidak disangka perjalanan ke sana terhambat macet cukup lama di Prambanan. Kali ini aku menikmati jalanan macet dengan harapan sampai di warung kopi sudah buka. Ternyata masih tutup juga. Tapi aku melihat para karyawan sudah datang untuk persiapan.

Aku putuskan untuk turun dan bertanya buka jam berapa? bukanya baru jam 10. Waktu itu baru jam 8.45. Lalu aku bertanya lagi, apakah boleh duduk-duduk sambil menunggu warungnya buka? dengan ramah mereka mempersilahkan aku masuk.

Kanan, menjadi tempat favorit ku untuk menulis

Rumah idamanku

Aku memilih tempat yang bisa untuk menyendiri dan menulis.
Warung Kopi Prambanan ternyata sangat luas. Mungkin 2000 m2. Semua bangunan berbentuk limasan dan bekas kandang sapi. Ditata dengan apik, rapi dan asri. Rumah limasan jawa yang cukup besar tempatnya di paling belakang. Ada kolam ikan dengan suara gemericik air. Juga ada kicauan burung yang merdu. Sayang sekali mereka ada dalam sangkar. Akan lebih indah lagi seandainya mereka bebas terbang dari pohon ke pohon dengan celotehan ceria.

Jam 10 aku ditawari menu. Berasa di rumah sendiri... surga banget. Menjelang siang tamu semakin banyak. Karena keramaian mulai membuatku tidak nyaman, maka aku putuskan untuk pulang. Ketika pulang aku kembali bertanya, apakah boleh aku datang lagi seperti tadi sebelum buka. Mereka dengan senang hati menerimaku. Bahkan aku boleh datang dari jam 8 pagi. Bersamaan dengan karyawan yang mempersiapkan segala sesuatunya.

Rumah idaman, ternyata menjadi kenyataan. Aku tidak perlu memiliki, tidak perlu memelihara dan mengelolanya. Seminggu sekali ketempat ini sudah cukup bagiku. Makanan yang tersedia juga makanan rumahan. Berbagai macam oseng-oseng. Daun Papaya, bunga pepaya dan jantung pisang. Ada aneka botok. Telur dadar dan tempe goreng. Juga aneka sambal kesukaanku. Bukankah ini sudah lebih dari cukup.

Tidak semua mimpi kita harus menjadi kenyataan dengan memilikinya. Semua sudah tersedia, tinggal bagaimana kita menikmatinya. Bahkan dengan adanya gojek dan grab kita berasa punya mobil dan sopir pribadi. Semuanya dimudahkan tanpa harus memiliki. Yang penting, selalu bersyukur atas berkah yang melimpah dari Tuhan.






No comments:

Post a Comment