Kalau kebanyakan aktivitas tahu-tahu lutut sakit, pinggang pegel. Baru ingat kalau sudah tidak lagi muda kayak dulu. Lalu muncul berbagai hal yang bikin berisik di pikiran.
Karena merasa masih banyak waktu luang, jadi iseng baca-baca primbon, primalastrology, numerolog, bahkan pernah konsultasi ke psikolog, karena katanya aku stress, padahal tidak merasa stress. Iseng banget kan kegiatannya. bener-bener kayak orang kurang kerjaan. Dan hasilnya, makin berisik di pikiran.
Kok ternyata karakterku seperti ini ya. Apa ini ya yang bikin perjalanan hidupku penuh carut marut? ternyata banyak karakter buruk yang selama ini tidak aku sadari seperti serakah, berpengharapan tinggi, suka ngatur... haduuuuhhh... tambah pusing karena makin berisik di otak yang muter terus dengan berbagai hal.
Mungkin memang saatnya untuk golek dalan padhang ( mencari pencerahan ). Bertemulah aku dengan teman anakku yang kebetulan mau mengadakan Self Coaching dengan judul Berhenti Berisik. Menarik khan?. Kalau ada pepatah jawa kebo nyusu gudel. Gudel itu nama anak kebo. Mosok induknya malah menyusu ke anaknya?
Apa salahnya berguru pada yang lebih muda. Mereka ada di jaman ini. Jaman yang mereka kuasai dengan berbagai informasi yang bisa mereka serap dengan baik. Menyadari diri sebagai generasi tua, aku ingin belajar dari mereka yang lebih muda. Maka aku memutuskan untuk mendaftarkan diri, mengikuti Self Coaching yang diadakan di Svarga Coffee & Eatery - Yogyakarta.
Dari 12 orang peseta, yang sudah berusia lanjut hanya 2. Lainnya seumuran anakku.
Oke aku ceritakan bagaimana pertemuan ini berlangsung, karena ternyata menarik sekali dan luar biasa!.
Model pertemuannya kami duduk bersama dalam sebuah meja panjang yang besar. Diawali dengan saling memperkenalkan diri dan bercerita pendapatnya tentang "berisik". Tentu saja aku sampaikan apa yang aku rasakan seperti yang aku tulis diatas.
Coaching kami adalah suami istri muda mbak Ayu dan mas Daniel yang sangat trampil membawakan materi dan pendampingan.
Mbak Ayu mengajak kami untuk bermeditasi sebentar. Membawa kita dalam sussana yang pelan... lambat dengan menceritakan riwayat sebuah apel. Dari sejak apel itu ditanam, keluar biji, menjadi besar matang dan siap dipetik. Dibungkus di masukkan dalam peti dan kemudian dikirim ke berbagai daerah. Dijual dan pada akhirnya ada di depan kita.
Kemudian apel di potong-potong dan kami diajak untuk memegang. Merasakan kulit dan memperhatikan teksture buahnya dengan lebih seksama dan menikmatinya pelan-pelan. Merasakan setiap rasa yang dicecap di mulut.
Kemudian kami berduabelas dibagi menjadi 4 kelompok. Masing-masing kelompok berisi 3 orang yang tidak saling mengenal. Lalu kami diajak untuk memilih kartu yang sudah ditata di tengah meja dalam tatanan tiga lingkaran. Kami boleh mengambil kartu apa saja yang tertutup maupun terbuka di lingkaran paling dalam. Aku memilih yang tertutup. Berdasarkan kartu yang kami pilih, kami membagi cerita tentang kartu tersebut sesuai dengan apa yang kami rasakan.
Inilah kartu pertama yang aku pilih. Tepat sekali khan?!. Aku memang melihat diriku sudah di usia senja. Musim gugur, daun mulai berjatuhan, namun tetap memancarkan keceriaan warnanya. Pohonnya pun terlihat tua dari kulitnya. Sepeda menggambarkan sebuah perjalanan dan tiba saatnya untuk berhenti dan bersandar.
Aku merasakan keajaiban melihat kartu ini.
Berbagi perasaan berdasarkan gambar pada kartu kepada kelompok memberikan kejujuran yang sejatinya pada situasi sekarang ini.
Kartu kedua mengambarkan apa yang sudah dicapai hingga saat ini. Gambar bunga yang mekar sempurna mengingatkanku pada pencapaian diri yang memang sudah maksimal. Saatnya menikmati keindahannya dengan rasa syukur setiap hari.
Bunga yang mekar melalui proses dari pertumbuhan pohon, keluar sebagai kuncup hingga akhirnya mekar.
Kartu ini benar-benar ajaib. Menggambarkan apa yang ingin aku lakukan untuk mengisi hari-hariku.
Merenda dan membuat macrame menjadi kegiatanku sehari-hari. Sekedar hobbi dan dilakukan dengan cinta.
Pertemuan Self Coaching ini memang benar-benar luar biasa. Aku merasa disadarkan untuk menyadari apa dan siapa aku ini. Belajar melihat segala hal yang sudah dicapai dan mensyukurinya. Dan akhirnya bersemangat untuk melakukan kegiatan yang disukainya.
Aku bersyukur berhenti berisik mendengarkan berbagai kekawatiran ketika mau mengikuti pertemuan ini. Pokoknya dijalanin saja, dan ternyata sangat membahagiakan. Berkumpul dan berbagi cerita dengan anak-anak muda menjadi ikut bersemangat karena menyadari bahwa masing-masing orang tidak memandang usia, memiliki persoalannya sendiri. Tapi dengan menyukuri segala hal yang sudah dicapai membuat kami lebih bersemangat lagi untuk melangkah.
Terimakasih mbak Ayu dan mas Daniel yang sudah membagikan pengetahuannya dan memberikan pendampingan sehingga kami bisa mengenali diri sendiri, mengurangi keberisikan pikiran yang tidak perlu. Memang tidak mungkin berhenti berisik. Tapi dengan semangat untuk melakukan sesuatu itu sudah sebuah langkah untuk mengatasi "berisik". Fokus pada diri sendiri, bersyukur atas hari ini dan menikmati hidup.
Note:
Kalau berminat bisa menghubungi mbak Ayu dan Mas Daniel
No comments:
Post a Comment