"mama gak sabar nunggu masuk angka 6 tahun ini" kataku. Dan mereka memandangku dengan aneh.
"kan kalau umur 60 th dapat discount 20% kalau naik kereta api. Lumayan khan?!" mereka tambah memandangku dengan aneh.
Kalau menjadi tua, memang kenapa toh?. Kan sudah hukum alam, kalau tambah umur ya tambah tua. Masak mau muda terus. Tapi ya banyak yang nggak pingin dibilang tua. Kalau nggak, pasti obat awet muda nggak laku. Operasi plastik bisa tutup.
Untuk kelihatan muda, orang bahkan rela ditarik kulit wajahnya kesana kemari biar tetep kencang. Perawatan kulit wajah yang dikembalikan jadi kulit bayi, dengan syarat nggak boleh kena matahari. Krim yang dipakai harus ini itu. Harganya juga selangit!. Mau awet muda itu mahal.
Aku ini, sering dibilang muda, karena memang nggak tahu kenapa kerut di wajahku itu kok nggak banyak. Jadi beruntunglah aku tidak perlu keluar uang untuk operasi plastik atau beli krim ini itu. Rambut yang nggak bisa bohong, karena sudah ubanan lumayan banyak. Karena mau bergaya, maka rambut aku semir. Bukan warna hitam, karena rasanya aneh, sudah tua kok rambutnya hitam. Jadi aku pilih warna aneh saja sekalian. Pernah aku semir ungu tua, tapi seringnya deep burgundy.
Lama-lama males nyemir rambut. Jadi aku biarkan saja tumbuh selang seling putih. Jadi abu-abu.
Suatu hari, ketika mengantar cucuku sekolah, aku menunggu di luar bersama ibu-ibu. Seperti biasa terjadi pembicaraan basa basi.
"nunggu siapa bu?" tanyaku
"anak saya TK bu, nah ibu anaknya klas berapa?" tanya salah seorang ibu.
"ooo.. saya nunggu cucu saya, masih di yunior playgroup" jawabku. Tiba-tiba ada ibu lain yang nyeletuk,
"aaah.... dulu pasti kawin muda ya.. masih muda kok sudah punya cucu" katanya sambil tertawa mengejek. Haahh.... kaget juga dengan komentarnya. Walaupun senang juga dikira muda, tapi buntutnya yang nggak enak.
"saya sudah tua kok. Umur saya hampir 60 th. Wajar khan kalau sudah punya cucu" jawabku santai. Mereka jadi terdiam.
Semakin bertambah umur yang tidak bisa dihindari kepikunan kita. Mau nggak mau jadi pelupa. Sudah dicatat, catatannya ketinggalan. Kayaknya sudah dibawa, lupa naruhnya dimana.
Baru-baru ini aku jadi bahan tertawaan warga di perumahan anakku. Konyol juga sih.
Waktu itu aku menjaga cucuku di rumahnya hingga sore dan bermaksud pulang naik grab. Setelah pesan grab aku mempersiapkan diri sambil memperhatikan mobil grab sampai dimana lewat GPS. Ketika aku lihat sudah mulai masuk perumahan, aku pamitan cucuku dan keluar rumah. Di depan ada mobil berhenti dan jendela dibuka, spontan aku menyapa,
"grab pak" tanyaku
"bukan" jawab si bapak sambil tertawa. Tiba-tiba suster anakku keluar dan berbisik,
"ibu, itu bapak sebelah rumah" Haah ... aku blingsatan malu. Untung grab yang sebenarnya segera datang jadi aku bisa segera kabur.
Kekonyolanku jadi bahan tertawaan ibu-ibu seperumahan lewat group mereka. Anakku menegur,
"mama tuh lho, masak bapak sebelah dikira grab. Mana mobilnya X-trail" katanya.
"lah mana mama tahu itu bapak sebelah, kan nggak pernah ketemu. Lagi pula mobil X-trail itu kayak apa mama juga nggak hapal" jawabku. Apa kalau mobil X-trail nggak bisa buat nge grab?
Tapi ya banyak cerita tentang kepikunan orang yang mulai tua. Ketika aku cerita ke kakakku yang usianya hampir 70 th, dia malah ketawa ngakak. Dia tinggalnya di Amerika. Suatu hari nonton American Idol. Tiba-tiba dia menggerutu sendiri ketika jurinya berkomentar.
"kenapa sih komentarnya pakai bahasa Inggris?" Langsung anak, mantu dan suaminya berpaling ke dia. Melongo sebentar kemudian ketawa ngakak.
"lah mama ini gimana, kan TV Amerika" hahahahaha... dasar pikun.
Yah begitulah yang bakalan terjadi dan akan kita alami bersama. Menjadi bahan tertawaan yang muda-muda. Kami pun dulu sering mentertawakan orangtua kita.
Jadi ingat ketika aku bercerita tentang sesuatu ke bapakku dan menyebutkan kata "masa kini". Bapak dengan polosnya bertanya,
"lha sakini ki sopo?"... lhoh.. ngakaklah aku waktu itu
"maksudku masakini pak, bukan mas Sakini".
Anak-anak sekarang maunya serba cepat dan instan. Didukung teknologi yang berubah cepat setiap saat. Jadi orangtua, belum paham ini sudah ganti yang baru. Baru membuat satu langkah mereka sudah berlari satu kilometer. Jadi mesti legowo kalau dibilang "telmi" (telat mikir).
Walaupun sebentar lagi usia masuk kepala 6, sebetulnya belum bisa dibilang tua dalam hal pengalaman hidup. Pembelajaran hidup terus berjalan. Bisa belajar dari yang muda, juga dari yang lebih tua, karena tidak seorang pun dari kita sempurna hidupnya. Yang penting bagaimana mengisi setiap hari yang kita miliki dengan hal-hal baik. Hal-hal yang baik itupun susah didefinisikan yang bagaimana. Jadi bertambahnya umur justru makin banyak yang harus dibenahi dari dalam diri sendiri, dari pada hanya membenahi penampilan supaya awet muda.
Iyeeees btul skali knapa takut jdi tua maka rambutku kubiarkan di cat olehNya mba malah banyak yg trtarik duh anak muda blm tua malah disemir putih😂
ReplyDelete