Pages

Tuesday, October 22, 2013

Aku berikan apa yang kumiliki



Tentang buku “Aku Berikan Apa Yang Kumiliki”
Bunga Rampai 40 tahun Merto 73, Editor: Y. Agus Tridiatno, dkk

               Aku adalah istri dari Em. Harri Dwi Budi Priharsanto, salah seorang alumni Seminari Mertoyudan angkatan 73. Hampir 29 th Aku mendampinginya dengan dua buah hati kami. 5-7 Juli 2013, kami dipertemukan dalam reuni akbar dengan seluruh angkatan beserta keluarga mereka, anak, cucu dan mantu. Banyak kejutan dan kenangan dalam pertemuan 3 hari di Ciwidey, Bandung. 
Wisma Aloysius Ciwidey Bandung

Bus yang menjemput rombongan dr Stasiun KA. Bandung

Merto'73

kemeriahan spanduk
Kenangan inilah yang membuatku ingin membaca dengan seksama salah satu buku yang dibagikan pada waktu itu yang berjudul “Aku berikan apa yang aku miliki”.

               Sekapur sirih dari Mgr. Pujo Sumarto, Uskup Keuskupan Agung Semarang, menggaris bawahi soal pendidikan yang dikenangnya bersama Merto (Mertoyudan) 73, dengan aktivitasnya membangunkan anak-anak, membacakan bacaan rohani, dan mengingatkan bahwa belajar itu penting. Begitu pentingnya, sampai beliau minta bantu Burung Beo piaraan di seminari untuk berteriak “ Sinau, sinauuuuuuuuu!”.

               Buku yang merupakan rangkaian tulisan para alumni metro’73 ini di edit oleh Y. Agus Triadiatno dkk. Dalam pengantarnya diceritakan bahwa awalnya oleh Rm. Gustawan buku ini diberi judul “Biji Sorga Ditanam, Berbuah dan Dunia Bergembira”. Ada benarnya karena seluruh anggota Metro’73 waktu itu berjumlah 105 siswa adalah biji dari Sorga yang ditaman di taman Firdaus Seminari Mertoyudan. A  da yang hanya bertahan seminggu, satu caturwulan, satu tahun, dua tahun hingga akhirnya tinggal 2/3 yang tinggal hingga th.1976.

Semua biji sorga, tersebar kemana-mana hingga 40 tahun kemudian berkumpul di Ciwedey dengan membawa buah-buah mereka yang berlimpah yang dipersembahkan kepada almamater, masyarakat dan Sang Pemberi Kehidupan. Dan buah-buah tersebut sebagian dituang dalam buku ini untuk bisa kita nikmati bersama.
Sangat menarik untuk mengenal kehidupan di sebuah Seminari, tempat Imam-Iman digembleng untuk menjadi pemimpin gereja. Untuk itulah, akhirnya buku ini lebih tepat diberi judul “Aku berikan apa yang aku miliki”. Spontan anak-anakku berkomentar “heeh… yang bener lho ma.. mosok yang dimiliki diberikan?” Aku tertawa mendengar komentar spontan mereka. Benar juga, masak kuberikan apa yang kumiliki, trus aku dapat apa dong?.  Akhirnya aku memahami. Yang dimaksudkan adalah I give what I have, dalam bahasa latin  Nemo dat quod non habet, tak seorangpun akan memberikan apa yang tidak dimilikinya. Hhhhmmmm… ini juga bener, pastilah yang kita berikan adalah yang kita miliki. Lalu apa yang kita miliki dan sudahkah kita bagikan atau berikan kepada orang lain?. Menarik khan!?.... mari kita nikmati buah-buah yang tumbuh dan mereka miliki dalam kehidupan mereka, baik yang menjadi Imam maupun yang menjadi Imam dalam keluarganya.

No comments:

Post a Comment