Tentang buku
“Aku Berikan Apa Yang Kumiliki”
Bunga Rampai
40 tahun Merto 73, Editor: Y. Agus Tridiatno, dkk
Aku
adalah istri dari Em. Harri Dwi Budi Priharsanto, salah seorang alumni Seminari
Mertoyudan angkatan 73. Hampir 29 th Aku mendampinginya dengan dua buah hati
kami. 5-7 Juli 2013, kami dipertemukan dalam reuni akbar dengan seluruh
angkatan beserta keluarga mereka, anak, cucu dan mantu. Banyak kejutan dan
kenangan dalam pertemuan 3 hari di Ciwidey, Bandung.
Wisma Aloysius Ciwidey Bandung |
Bus yang menjemput rombongan dr Stasiun KA. Bandung |
Merto'73 |
kemeriahan spanduk |
Kenangan inilah yang
membuatku ingin membaca dengan seksama salah satu buku yang dibagikan pada
waktu itu yang berjudul “Aku berikan apa yang aku miliki”.
Sekapur
sirih dari Mgr. Pujo Sumarto, Uskup Keuskupan Agung Semarang, menggaris bawahi
soal pendidikan yang dikenangnya bersama Merto (Mertoyudan) 73, dengan
aktivitasnya membangunkan anak-anak, membacakan bacaan rohani, dan mengingatkan
bahwa belajar itu penting. Begitu pentingnya, sampai beliau minta bantu Burung
Beo piaraan di seminari untuk berteriak “ Sinau, sinauuuuuuuuu!”.
Buku
yang merupakan rangkaian tulisan para alumni metro’73 ini di edit oleh Y. Agus
Triadiatno dkk. Dalam pengantarnya diceritakan bahwa awalnya oleh Rm. Gustawan
buku ini diberi judul “Biji Sorga Ditanam, Berbuah dan Dunia Bergembira”. Ada
benarnya karena seluruh anggota Metro’73 waktu itu berjumlah 105 siswa adalah
biji dari Sorga yang ditaman di taman Firdaus Seminari Mertoyudan. A da yang hanya bertahan seminggu, satu
caturwulan, satu tahun, dua tahun hingga akhirnya tinggal 2/3 yang tinggal
hingga th.1976.
Semua biji sorga, tersebar kemana-mana hingga 40 tahun kemudian
berkumpul di Ciwedey dengan membawa buah-buah mereka yang berlimpah yang
dipersembahkan kepada almamater, masyarakat dan Sang Pemberi Kehidupan. Dan
buah-buah tersebut sebagian dituang dalam buku ini untuk bisa kita nikmati
bersama.
Sangat
menarik untuk mengenal kehidupan di sebuah Seminari, tempat Imam-Iman
digembleng untuk menjadi pemimpin gereja. Untuk itulah, akhirnya buku ini lebih
tepat diberi judul “Aku berikan apa yang aku miliki”. Spontan anak-anakku
berkomentar “heeh… yang bener lho ma.. mosok yang dimiliki diberikan?” Aku
tertawa mendengar komentar spontan mereka. Benar juga, masak kuberikan apa yang
kumiliki, trus aku dapat apa dong?. Akhirnya aku memahami. Yang dimaksudkan adalah I give what I have, dalam bahasa latin
Nemo dat quod non habet, tak
seorangpun akan memberikan apa yang tidak dimilikinya. Hhhhmmmm… ini juga bener,
pastilah yang kita berikan adalah yang kita miliki. Lalu apa yang kita miliki
dan sudahkah kita bagikan atau berikan kepada orang lain?. Menarik khan!?....
mari kita nikmati buah-buah yang tumbuh dan mereka miliki dalam kehidupan
mereka, baik yang menjadi Imam maupun yang menjadi Imam dalam keluarganya.
No comments:
Post a Comment