Membaca uraian A. Didik Dwinarmiyadi tentang SSS, membuat aku mengerti 3 bidang yang menjadi bekal dalam pendidikan di seminari dan dalam kehidupannya juga menjadi inspirasi dalam kehidupan kita. Ketiga bidang tersebut juga harus dikembangkan dan dilatih secara seimbang untuk meraih sukses.
Menurut mas Didik, semboyan SSS dihayati dalam hidup harian. Mas Didik mengutip dari James E. Loehr (1997) penulis buku "Keep things Simple and in the Same Routine; The Ritual of Success". Kehidupan rutin sangat penting untuk meraih sukses. James mengatakan bahwa ritual adalah pola berpikir dan bertindak disiplin yang mendorong kemampuan kita untuk merespon kekuatan kehidupan dengan cara paling tepat dan bermakna. Jika ada ritual maka ada makna dan nilai.
Rutinitas kadang menjengkelkan. Ketidak sukaannya pada Bidel Bel waktu itu Riyo Mursanto yang sekarang menjadi Romo Provinsial SJ, membuat dia tidak suka memakai jam tangan. Bunyi bel seakan menjadi sesuatu yang berkuasa. Bel untuk ini untuk itu... semua harus siap dilaksanakan. Tidak terasa inilah yang disebut berlatih menjalankan rutinitas.
Lihatlah... bagaimana reuni merto mengisi acaranya.. tak lepas dari simbol SSS.
Rutinitas doa, sebelum dan sesudah makan, juga dalam setiap kegiatan. Simbol Sanctitas (Kesucian) yang dijalankan dalam hidup harian, dan tentunya dalam sikap dan kepribadian.
Rm. M. Priyo Kusharjono OCSO |
Doa bersama sebelum berjalan-jalan ke kebun teh |
kebun teh. |
Wisma Aloysius ditengah kebun teh |
Scientia atau pengetahuan, penting dalam menjalani kehidupan. Bidang ini di Seminari sangat diunggulkan dan menjadi tiket sukses dalam hidup. Apalagi ada anugerah yang menggugah seperti predikat maxima cum laude, magna cum laude, dan cum laude yang diumumkan setiap tahun. Dalam kehidupan, ketiga bidang SSS ternyata harus dikembangkan secara seimbang untuk mencapai kesuksesan.
Untuk Scientia akan saya ceritakan di kisah berikutnya, mengingat banyak acara yang berpusat pada pendidikan melalui beberapa seminar.
No comments:
Post a Comment