Pages

Friday, March 30, 2012

Jemari Menari-nari

Siang itu, ibu Fatima, tetangga sebelah mulai menenun kain. Bergegas aku kesana untuk melihat. Dia duduk di atas tikar di halaman rumahnya. Tubuhnya terikat lekat dengan alat tenun yang sederhana.
Aku terkesima melihat jemarinya dengan trampil dan luwes, menyusun setiap benang dan menekannya dengan kayu, supaya tertata kuat dan rapat.
Walaupun sambil menanggapi setiap pertanyaanku, dia tetap saja menenun, seakan jari-jarinya memiliki mata yang bisa melihat apa yang harus dikerjakan. Padahal begitu banyak langkah yang harus dijalankan, supaya setiap benang bisa terkait dengan indah, membentuk motif seperti yang diinginkan.

Tergoda melihat cara dia yang begitu mudah dan lancar, aku ingin mencobanya. Ibu Fatima dengan ramah dan lapang dada, membantuku menempatkan diri dibawah alat tenun dan mengikat tubuhku dengan kuat, hingga seakan-akan aku menyatu dengan alat tenun.
Tapi rasanya memang menjadi lebih nyaman dan aku siap mencoba....

Seperti yang kubayangkan.... ternyata amat sangat tidak mudah!!..
Banyaknya langkah yang harus kuingat membuat aku benar-benar seperti anak kecil yang dituntun untuk berjalan. Belum lagi bentangan panjang tali yang sudah mengalami proses beberapa kali hingga siap ditenun, membuat aku takut membuat kesalahan. Pasti akan merepotkan ibu Fatima.
Akhirnya aku menyerah! "ibu... saya tidak sanggup.." dan dia tertawa melihat aku dengan sangat canggung melepaskan diri dari ikatan dengan alat tenun.

Ketika kain tenun sudah jadi, kita hanya bisa mengagumi keindahannya. Kita tidak bisa membayangkan bagaimana kain tenun yang indah, awalnya hanya segulung benang putih yang sama sekali tidak menarik. Segulung benang putih sutera tersebut, ketika sudah diwarnai kuning, kemudian dengan alat sederhana di urai menjadi bentangan benang yang berjajar selebar kain yang ingin ditenun. Barulah motif dibuat dengan cara mengikatnya. Apabila benang tersebut diberi warna, maka bagian yang tetutup benang masih memiliki warna aslinya. Demikianlah motif tersebut dibuat. Setelah semua warna masuk, barulah ditenun dengan menyisipkan benang dasar, yang biasanya berwarna hitam. Supaya benang yang tadi diberi warna menghasilkan motif yang indah.
benang yang diikat unt membuat motif

motif yg dihasilkan

kain tenun yang sudah selesai
 Ibu Fatima, dalam keterbatasannya, hanya mampu menenun 1 buah selama 3 bulan. Harganya berkisar 500 ribu, sampai dengan 2 juta. Tenunan dengan warna yang dibuat dari akar mengkudu, hasilnya lebih bagus. Semakin lama disimpan, warnanya semakin hidup.

Kesuksesan dinilai dari keberhasilan seseorang menyelesaikan tugasnya. Karena untuk mencapainya dibutuhkan ketekunan, kesabaran, keyakinan dan ketulusan untuk membuat karya yang terbaik yang mampu kita hasilkan.

No comments:

Post a Comment