Doos bunga plastik |
Karena kehabisan tiket kereta, sementara travel tidak bisa dipastikan kedatangannya ke bandara Juanda-Surabaya tepat waktu, maka aku memutuskan untuk berangkat naik pesawat ke Surabaya.
Sehari sebelumnya, putri bapak yang di Ende, menelpon, untuk menitipkan paket yang semestinya mau dikirim lewat paket dari Jogja, tapi dibatalkan karena takut sampai di Ende terlambat. Karena pentingnya titipan tersebut (bunga untuk menghias pesta syukur-75 tahun Bapak Gadi Djou di Ende), maka aku menyetujuinya.
Keesokan harinya, koperku masih ku buka, karena beratnya masih cukup kalau mau ditambah titipan tersebut. Lumayang bisa mengurangi biaya over weight.
Supaya bisa memperkirakan seberapa besar titipan tersebut aku telpon untuk mencari informasi
"berapa kira-kira beratnya?" tanyaku
"beratnya sih gak seberapa mbak... tapi gedenya itu lho..." jawabnya... sulit menggambarkan seberapa besar doos tersebut. Hingga akhirnya, ketika suamiku datang membawa doos tersebut, dia hanya bilang "lihat saja sendiri di mobil"
Alammaaaakkk!... ternyata memang besaaaarrr... Aku coba mengangkatnya ternyata masih kuat. Ya sudah nggak papa, aku kan bawanya naik pesawat. Nanti tinggal bayar overweight di bandara.
Toh, paling aku akan sedikit kerepotan di bandara Adisucipto dan bandara Juanda, setelah itu barang sudah masuk bagasi sampai Ende, walaupun aku transit di Denpasar dan Labuan Bajo. Baiklah... nggak papa...
Begitu tiba di Surabaya, temanku, Eri dan suaminya yang menjemputku juga berkomentar "hah gede banget!!" aku ketawa cekikikan... "biar aja, anggap aja aku transmigran". Doos besar dan satu koporku akhirnya masuk bagasi mobil dan tidak diturunkan di rumah Eri. Karena memang tidak akan aku bongkar sampai di Ende. Dan supaya besok pagi tidak repot memasukkannya ke mobil lagi.
Aku berterima kasih karena boleh menginap semalam di rumahnya. Dan keesokan harinya, dia harus mengantarku kembali ke bandara jam 4.30. Untung rumahnya hanya 10 menit dari Bandara Juanda.
Eri dan aku di bandara Juanda |
Pagi itu setelah check in, koper dan doos besarku langsung berderet-deret menuju bagasi hingga nanti tiba di Ende.... "sampai ketemu di Ende"... bisikku lega, setelah di jogja dan surabaya aku kerepotan membawanya melewati x-ray. Setelah ini aku hanya membawa tas tangan dan koper kecil.
Di Surabaya, pesawat berangkat tepat jam 06.10 menuju Denpasar. Walaupun menggunakan pesawat baling-baling, tapi cuaca begitu cerah sehingga perjalanan lancar dan selamat tiba di Denpasar jam. 8.30 waktu setempat.
Begitu aku menuju ke bagian transit untuk melanjutkan perjalanan ke Ende, mereka memintaku untuk mengambil bagasiku dan check ini kembali.
"lho kan sudah dikirim langsung ke Ende, bahkan bayar overweightnya pun sudah dengan harga sampai di Ende, masak harus check in lagi?" tanyaku heran.
Petugasnya ngotot minta aku check in lagi, karena di label bagasi tertulis hanya sampai Denpasar.
Hadeeewww... ini doos besar "wooow" dan koperku mesti kutenteng-tenteng lagi lewat x-ray... ya ampuuunnn.... !!!
Begitu sampai di maskapai tempat aku check ini langsung mereka bingung. Tapi aku memilih tidak bergeming. Aku sudah membayar sampai di Ende, dan segala kesalahan bukan tanggung jawabku. Dan aku hanya minta bagaimana kedua bagasiku tersebut bisa masuk ke pesawat dengan tujuan Ende. Titik.
Mereka bingung dan saling menyalahkan. Setelah mengikuti mereka berjalan kesana-kemari, akhirnya mereka berhasil merubah admistrasi, dan aku bisa menunggu dengan tenang untuk keberangkatan berikutnya.
Pesawat baling-baling |
Tiba Bandara Labuan Bajo jam 14.10, sayang sekali kami hanya boleh tinggal di pesawat, karena 20 menit kemudian kami tinggal landas menuju Ende.
Indonesia itu Indah. Banyak tempat yang belum kita ketahui. Dari atas, kepulauan tersebar dengan daya tarik lekukan bukit-bukitnya, pantai yang biru tenang, dan rumah-rumah penduduk di tepi pantai.
Akhirnya.... jam 16.00 aku tiba di Ende.
Sebuah bandara yang mungil, dimana para sopir taxi melambai menawarkan jasa di balik pagar kawat. Aku di jemput salah seorang putri bapak, jadi aku langsung berjalan ke ruang kedatangan. Begitu bertemu, setelah berpelukan melepas rindu, label bagasi langsung diminta dan suaminya yang mengurus pengambilannya.
Ketika kedua bagasiku keluar , dia kaget dan berkomentar... "haaah... sebesar ini??!!"
Aku tertawa.... "nanti aku ceritain bagaimana perjalanan doos bunga plastik ini...."
Ende, akhirnya aku tiba dengan selamat.... terimakasih Tuhan.dan hanya 3 menit kemudian kami sampai di rumah Bapak yang katanya sudah menantikan kedatanganku . Tapi ketika aku datang beliau menatapku lama dan berkata "nona siapa?"..... ya ampun bapak... kok lupa?...
No comments:
Post a Comment