Pages

Monday, June 24, 2013

Menuju Hidup Baru... (Ritual, Doa dan Harapan)

Bagi masyarakat Jawa, seremoni pernikahan menjadi suatu hal yang amat penting dan bersifat sakral. Merupakan bentuk legalitas secara adat, antara calon pengantin pria dan wanita dalam ikatan perkawinan. Dan merupakan kebahagiaan bagi orang tua, yang telah berhasil mengasuh putrinya, hingga menghantar ke gerbang hidup berumah tangga.

 Hari H pun tiba. 7 Juni pagi kami sekeluarga berangkat ke Sambi Resort & SPA, untuk menjalankan seluruh rangkaian acara penikahan Stella dan Dion, dari acara adat hingga resepsi. Pukul 10 pagi kami tiba di tempat bersamaan dengan team Paes. Tidak terbayangkan apa yang akan terjadi, dan bagaimana semua telah direncanakan secara detail oleh team Paes.
Kami menyewa satu-satunya kamar president suit di Sambi Resort & SPA, karena kamar tersebut sangat tepat sebagai kamar pengantin. Di depannya, ada ruangan yang cukup untuk mengadakan berbagai acara adat yang telah dirancang dengan seksama oleh Paes kami.

Pukul 11 team dekor sudah mulai bekerja. Walaupun hujan gerimis yang cukup padat menyiram tubuh mereka, namum mereka terus bekerja hingga dalam sekejap, semua yang sudah disiapkan terpasang dengan indah.

Memasang tuwuhan yang diletakkan di sisi kiri kanan pintu utama. Berupa dua batang pisang raja lengkap denga jantungnya, cengkir gading  (kelapa gading), seikat padi, tebu wulung, daun beringin, daun dadap serep, rumput ilalang, daun andong, daun opo-opo, daun kluwih dan daun girang, semuanya diikat erat dengan janur kuning (semuanya sebagai perlambang kemakmuran, manisnya kehidupan, mengayomi, dinginnya hati sanubari, merenda harapan agar perjalanan kedua calon pengantin tiada halangan suatu apa, bahagia dan rejeki melimpah). Tuwuhan ini juga dimaknai sebagai gapura kebahagiaan, yang mencerminkan harapan kebahagiaan bagi yang melewati, baik tamu maupun pengantin.

Tuwuhan
Selain itu, yang kemudian disiapkan adalah tempat untuk siraman. Untuk siraman dekorasinyapun memiliki makna yang indah. Calon pengantin akan duduk di atas klasa bangka yang terdiri dari daun koro, kluwih, dadap serep dan ilalang, kain letrek, kain sindur, kain selendang lurik yuyu sekandang dan tuluhwatu. Kain letrek lambing kemudahan dalam melahirkan anaknya kelak, slindur lambang ayah ibu/orang tua dan tuluhwatu lambang sulitnya mengarungi kehidupan. 

tempat siraman
Air untuk siraman diambil dari tujuh sumur atau mata air yang dipercaya mempunyai aura yang bagus dan dicampur dengan kembang setaman (aneka macam bunga).Kami mengambilnya dari 7 sumber mata air yaitu:
7 sumber mata air

Air dari Gereja Ganjuran, Bantul
Air dari Grotto, Portland - Oregon
Air dari Lourdes
Air Sumur Kitiran Mas, Pakem
Air Sendang Sri Ningsih, Prambanan
Air dari Gua Maria Sendang Jatiningsih, Moyudan - Sleman
Air dari Gua Maria Giriwening, Gunung Kidul

kembang setaman dan bokor untuk membawa air campuran 7 sumber
Karena calon pengantin pria menjalani upacara siraman di rumahnya sendiri, maka setelah air dicampurkan akan dimasukkan bokor dan dibawa ke rumahnya untuk dijadikan campuran air siraman.

gunting dan tempat rambut pengantin

Pagar rekma, kedua orang tua calon pengantin memotong tiga helai rambut putrinya, dengan harapan segala sukerta akan lebur. Setelah itu, potongan rambut dipendam, sebagai simbol mengubur segala karakter buruk, ini disebut methak rekma.

Satu lagi adalah klenthing (tempat air, sering diganti dengan kendi) dengan iringan doa, sembari berseru “wis katon pamore”, sudah nampak pamornya. Merupakan ungkapan kegembiraan bahwa sang anak sudah jelas jodohnya dan akan segera menikah. Memecahkan klenthing adalah lambang bahwa orang tua rela tidak merawat anaknya lagi. Karena dengan tidak adanya klenthing, maka tidak dapat memandikannya lagi. Ritual ini ditutup dengan ayah pengantin menggendong calon pengantin memasuki kamar rias pengantin.

klenting atau kendi

 Kemudian dekorasi untuk acara adang sepisan disiapkan. Acara adat ini dilakukan oleh tuan rumah guna melayani para tamu. Ini dilakukan dengan iringan doa-doa oleh sesepuh untuk memohon berkat Tuhan, serta berharap hidangan yang disajikan dapat mencukupi setiap orang.



tempat untuk adang/menanak nasi


berbagai sayuran penghias "adang sepisan"
Melihat dekorasi yang begitu heboh dan cantik, dalam hati aku hanya bisa berguman "hadeeew... mau diapakan aja kami ini nanti.... pasrah.. pasti sebuah ritual yang sakral dan bermakna bagi kami semua..."

Mulai pukul 12.30, setelah menikmati makan siang, kami serahkan seluruh acara ke tangan-tangan trampil team Paes. Dan kami tidak bisa menolak apa pun yang dikatakannya. Pokoknya "ikuti saja" pasti semua akan berjalan baik...

No comments:

Post a Comment