Siraman, calon pengantin menjalani prosesi dimandikan dengan air
pawitro sari bertujuan membersihkan
diri, menyucikan jiwa raga. Siraman
juga merupakan lambang perawatan yang terakhir, karena setelah menikah akan
hidup mandiri. Air untuk siraman diambil
dari tujuh sumur atau mata air yang dipercaya mempunyai aura yang bagus dan
dicampur dengan kembang setaman (aneka
macam bunga).
|
Oleh paes, kebayanya diganti melati |
|
bapak menyiram lebih dulu |
|
ibu menyiram |
Kemudian dilanjutkan dengan ibu-ibu sepuh dan yang sudah pernah mantu.
|
Disiram eyang dengan doa-doa di setiap gayung air |
|
Disiram bude Menuk |
|
disiram bude Enny |
|
disiram bude Tyas |
|
disiram tante Lucy |
|
disiram tante Itoet |
|
disiram ibu Etik |
|
disiram eyang Arwanto |
Pagar rekma,
kedua orang tua calon pengantin memotong tiga helai rambut putrinya, dengan
harapan segala sukerta akan lebur.
Setelah itu, potongan rambut dipendam, sebagai simbol mengubur segala karakter
buruk, ini disebut methak rekma.
|
bapak memotong rambut 3 ujung |
|
ibu juga memotong rambut 3 ujung |
|
potongan rambut yang nanti disatukan dengan rambut calon pengantin putra |
|
air kendi disiram ke seluruh tubuh tanpa henti hingga habis |
|
ibu memecahkan kendi kosong sambil berkata "wis ketok pamore" |
|
kendi pecah... pamor calon putri memancar.... |
Ritual siraman ditutup dengan bapak menggendong putrinya sebagai tanda terakhir orangtua menggendongnya. Ada ketegangan ketika bapak akan menggendongnya...spontan anakku berkata "jangan lho pa... jangan lho pa..." katanya memohon, karena dia tahu pasti bapaknya tidak kuat menggendongnya. Tapi kami sepakat untuk mengangkatnya bersama-sama... ritual yang semestinya mengharukan memicu gelak tawa yang melihat.
|
digendong bersama |
Acara selanjutnya adalah calon pengantin putri dirias untuk persiapan acara Midodareni, sementara orangtua menjalani acara adat selanjutnya yaitu menjual dawet.....
No comments:
Post a Comment