Pages

Wednesday, October 31, 2018

Dua Sisi Mata Uang

Mata uang logam selalu punya dua sisi dengan gambar yang berbeda. Sering dipakai sebagai alat taruhan. Misalnya uang logam 500 an. Pilih gambar atau angka. Yang pilihannya menang adalah ketika uang logam dilempar jatuhnya yang diatas gambar atau angka sesuai yang dipilih.
Hidup kadang seperti dua sisi uang logam. Suka dan duka. Sehat dan sakit. Tawa dan tangis. Kenyang dan lapar. Kaya dan miskan, positif dan negatif dan seterusnya.
Apa pilihanmu?
Semua pilhan ada dalam pikiran kita. Kalau kita mau senang, ya segala sesuatu yang kita hadapi akan membuat kita senang. Kalau kita merasa semua yang kita hadapi tidak sesuai dengan yang kita harapkan, ya pasti jadi sedih, kecewa dan sebagainya.

hal sederhana yang aku lalui pagi ini adalah menikmati meja lipat pesananku yang aku terima kumarin. Sudah lama aku ingin memiliki meja yang ringan bisa dilipat. supaya mudah untukku menulis di mana saja. di lantai bawah, di teras, bahkan di tempat tidur sambil menonton TV. karena inspirasi bisa datang setiap saat tanpa pandang tempat.
Ketika dengan suka cita aku membawa meja lipatku ke teras. Berasa surga banget ketika bisa menulis dengan memandang tanamanku dan pohon-pohon besar di luar pagar. Langit pagi yang cereal dan semilirnya angin.
Lalu tiba-tiba udara menjadi panas, gerah dan kebisingan mesin potong ayam milik tetangga mulai menggangguku. Berasa sisi kehidupanku mulai masuk kesisi yang lain. yang tidak aku harapankan.
Lalu apa pilihanku?


Aku ingin tetap bahagia menulis di teras, tentu saja sampai semua ide tertuang habis.
Alih-alih mengeluhkan segala ketidak nyamanan, aku mulai melihat sekeliling. Suara mesin potong ayam menandakan usaha tetangga sebelah berjalan lancar. Udara yang mulai panas ya memang sudah sewajarnya karena memang mulai beranjak siang. Tapi masih ada mendung yang bolak balik menutupi kepongahan sinar matahari.
Aku masih bisa menikmati kopiku. Mengigit sedikit demi sedikit roti panggang berisi coklat dan selai kacang. Dan aku juga bisa menikmati lagu-lagu kesukaanku yang kukumpulkan menjadi album di spotifyku.
Sisi mata uang positif menjadi pilihanku. Bahkan aku bisa tertawa mendengar tetanggaku yang kalau bersin kerasnya minta ampun sampai mengangetkan.
Hidup sehari saja selalu penuh cerita dan selalu ada di dua sisi pandangan hidup, seperti dua sisi mata uang. Kita tidak perlu bertaruh untuk mendapatkan keuntungan jatuh di sisi yang menyenangkan. Tapi kita tinggal membuat pilihan, mau sisi yang positif atau negatif.
Begitu sederhana hidup ini.

Foto ini ada yang aneh khan. Pasti ada yang bertanya itu kok ada antena TV cable disitu? hahaha... Kata petugas yang memasang, berhubung di dekat rumah ada antena tinggi banget, kalau antena di pasang di atas rumah, bisa terganggu sinyalnya. Jadi mesti ditaruh di tempat yang terlindung. Jadilah ada di sudut teras di lantai atas. Kalau mau dilihat dari sisi negatif ya mengganggu dan mungkin aku mengeluhkan orang yang memasang antena tinggi itu. Tapi aku memilih sisi yang sederhana saja. Biar saja disitu. Kalau dianggap tidak mengganggu ya tidak menganggu. Lagi pula, yang penting aku tetap bisa nonton berbagai acara dengan adanya TV cable. Simpel khan?!
Selamat membuat pilihan. Dimulai dari kegiatan sehari-hari. Kalau menghadapi sesuatu yang tidak menyenenangkan, pilihlah hal-hal yang positif.

Sunday, October 21, 2018

Festival Payung 2018 di Candi Borobudur

Oktober sudah memasuki minggu ke 3, tapi belum ada tanda-tanda turun hujan. Udara siang hari bisa mencapai 34 derajat celcius. Tapi dini hari 21 derajat celcius. Udara yang membuat kita berkeluh kesah. Tapi kita memang sering mengeluhkan segala hal. Panas mengeluh. Dingin juga mengeluh. Hujan apalagi. Maunya yang enak-enak saja. Enggak panas, enggak hujan. Udara sejuk nyaman... hahaha... maunya.

Tebak, apa yang paling berjasa dalam segala cuaca? PAYUNG!!
Ya.. payung melindungi kita dari terik matahari, maupun guyuran air hujan. Jasanya pantas kita hargai. Itu sebabnya Festival Payung di Candi Borobudur, 8 September 2018 menarik perhatian kami sekeluarga.


berbagai payung dipamerkan dalam festival ini


Perempuan berkebangsaan Jepang sedang menampilkan tari Bali dengan luwes dan apik
Awalnya hanya ingin mensupport menantuku yang diminta Amber Kusuma untuk memperagakan busana dengan Upcycle Fabric dan pemberdayaan perempuan desa tenun Stagen Sejatidesa Moyudan dalam festival payung tersebut. Tidak di sangka ternyata di sana tidak hanya beraneka payung yang dipamerkan, melainkan ada berbagai peragaan busana. Tarian payung yang ditampilkan anak-anak kecil hingga dewasa. Bahkan ada tari Bali yang dilenggokkan dengan luwes dan apik oleh perempuan berkebangsaan Jepang.
Anak-anak yang menari payung ini menjadi perhatian para turis
Sebagai pecinta renda, aku sangat kagum dengan karya payung yang dibuat dari renda. Indah dan mengagumkan. 

Renda payung yang cantik
Baiklah... mari kita berhenti berkeluh kesah dengan cuaca yang adalah karunia dari Sang Pencipta. Yang penting ada PAYUNG sebagai pelindung segala cuoca.  Bagaimana? setuju khan?!...


Monday, October 15, 2018

Imajinasi

Buku adalah jendela dunia. Setiap membaca satu buku aku bisa melanglang buana melalui setiap kata yang menggambarkan kisah kehidupan. Kali ini aku membaca buku The Story of my Life karya Helen Keller. Kisah hidup yang ditulis Helen Keller sendiri. Seorang wanita yang buta dan tuli sejak umur 19 bulan.


Ketika cucuku belum bisa bicara untuk mengungkapkan keinginannya. Dia sering marah karena kami gagal memahami maksudnya. Aku bisa membayangkan bagaimana frustrasinya Helen menjalani kehidupannya. Tuhan selalu memberikan jalan. Mengirimkan Anne Sullivan di saat Helen berusia 7 th. Seperti malaikat yang dikirim dari surga bagi Helen. Anne dengan sabar mendampinginya. Menjadi mata dan telinganya. Sehingga Helen bisa membaca dan menulis, bahkan berbicara.

Belajar berbicara dengan Anne Sullivan
Bagaimana bisa? pasti timbul keraguan kok bisa? bagaimana dia menggambarkan isi dunia ini? sedangkan dia tidak bisa melihat dan mendengar.
Buku ini terdiri dari 2 kisah. The Story of My Life menceritakan perjalanan hidupnya. Bagaimana dia berjuang untuk mengenal dunia ini. Bersekolah dan menjadi wanita pertama buta dan tuli yang bisa meraih gelar sarjana. Menjadi dosen dan pembicara di berbagai negara.
Sedangkan kisah berikutnya adalah The World I Live In, menceritakan bagaimana dia dengan indera penciuman, rasa dan raba bisa berimajinasi tentang isi dunia ini. Dengan keterbatasannya dia bisa melakukan lebih dari yang memiliki indera sempurna seperti kita.


Lahir 27 Juni 1880, meninggal 1 Juni 1968
Buku ini membuat aku terpana dan malu. Betapa lengkapnya indera yang aku miliki. Tapi aku bahkan tidak bisa menggambarkan isi dunia dengan indah seperti yang diceritakan Helen melalui mata hatinya. Indera penciumannya bahkan mampu merasakan segala yang terjadi di sekitarnya. Dan tangannya menjadi pengganti mata yang meraba  segala sesuatu sehingga memberinya gambaran tentang apa yang tidak bisa dilihat dan didengarnya.

Aku tidak bisa menggambarkan seluruh isi buku karena penuh dengan perjuangan yang membuatku takjub dan kehilangan kata-kata.
Aku hanya belajar dari Helen Keller bahwa imajinasi bisa membuat kita hidup dan memandang dunia ini dengan lebih baik. Apa yang kita lihat melalui mata bisa jadi tidak nyata. Mata hati perlu di asah supaya kita bisa melihat melampaui batas yang dilihat mata.

Dari Helen Keller aku berlajar berimajinasi. Imajinasi memampukan kita untuk melakukan apa saja. Menjauhkan kita dari pikiran negatif dan menciptakan kehidupan seperti yang kita inginkan.
Ketika udara akhir-akhir ini panas luar biasa. Tidak ada hujan sama sekali, aku berimajinasi membuat hujan.
tralala.... taman kecilku segar sekali habis hujan buatanku hahaha...

Selamat berimajinasi dengan melihat melalui mata hati dan mendengar melalui nurani. Disanalah keindahan sejati bisa kita nikmati.

Thursday, October 11, 2018

Memilah dan memilih

Kegiatanku akhir-akhir ini yang menarik adalah MC alias momong cucu. Isabel Mosha Abriana, dipanggil Mosha. Sekarang sudah 2 th lebih 3 bulan. Lucu, menyenangkan dan menggemaskan. Aku dipanggilnya Mimo, tapi dia baru bisa bilang "Iyooooo..." biasanya sambil berlari kearahku.


Kebahagiaanku adalah melihatnya bahagia. Maka benar kata orang kalau Simbah (Nenek) artinya nambah. Jadi kalau ada rejeki pastilah aku suka sekali melakukan hal-hal yang membuatnya bahagia. Seperti suatu hari kami sekeluarga membawanya ke tempat mainan.
Salah satu yang dia tertarik adalah mengambil boneka dalam mesin capit.
Mesin capit boneka
Untuk bisa memainkannya aku harus membeli koin 10.000 rupiah untuk 3 koin. Ketika aku membelikan 3 koin sudah pasti dengan kesadaran uang tersebut bisa sia-sia karena tidak mudah mengambil boneka dengan capit yang waktunya sudah ditentukan hanya beberapa detik saja. Tapi demi kebahagiaanya semua bisa diterima. Nilai sebuah kebahagiaan.
Koin capit boneka
Dan benar. 3 koin tidak cukup untuk bisa meraih satu boneka dengan capitnya. Aku tetap saja merasa bahagia. Tapi kemudian aku tidak ingin membeli lagi karena tahu akan sia-sia. Aku lebih suka mengalihkan ke hal lain yang membuatnya tertarik. Misalnya makanan kesukaannya. Atau sekedar menemaninya melompat-lompat atau berlari yang juga membuatnya bahagia.

Melepaskan sesuatu yang kita tahu akan hilang begitu saja tentu saja ada batasnya. Aku bisa saja mengatakan rela melepas 10.000 rupiah demi Mosha. Tapi mungkin ada ibu yang sangat membutuhkan uang 10.000 untuk kebutuhan sehari-harinya dari pada untuk membeli koin yang belum tentu bisa mendapatkan boneka.

Akhir-akhir ini banyak tawaran untuk menginvestasikan uang dalam jumlah besar dengan iming-iming bunga yang luar biasa menggiurkan. Dengan rayuan yang sangat intens dan tidak mudah menyerah, seseorang bisa merelakan ratusan juta untuk diinvestasikan. Dengan janji uang bisa diambil kapan saja, dan bunganya memang awalnya di kirim dalam jumlah yang melambungkan perasaan.

Kemudian, terjadi kemacetan ketika kita mulai ingin mengambil apa yang kita investasikan. Dengan berbagai alasan dan janji yang membuat kita ada di posisi lemah dan kalah. Aku sering mendengar cerita seperti ini. Bahkan pernah ditawari. Ada untungnya aku tidak punya uang sebanyak itu, jadi pasti jawabannya TIDAK.

Setiap orang berhak untuk menawarkan apa pun pada kita. Merayu dan membuat kita kena rayuan. Semua keputusan dan kendali ada pada kita. Mau ikut atau tidak. Mampu atau tidak. Rela atau tidak kalau apa yang kita investasikan hilang begitu saja.

Seperti halnya membeli koin 3 biji dengan 10.000. Relakah kalau 3 koin itu tidak bisa membuatku memiliki boneka yang diinginkan cucuku? kalau rela ya lakukan saja. Kalau tidak, ya sudah belikan yang lain.

Hidup itu sederhana, tapi penuh dengan pembelajaran. Berbagai rayuan untuk membeli ini dan itu semakin marak yang membuat kita tidak sadar menguras dompet, entah barang itu dibutuhkan atau tidak. Yang sebenarnya dibutuhkan adalah pengendalian dan mawas diri untuk bisa memilah dan memilih.


Thursday, October 4, 2018

Apa kata anakku...

Maaf, kalau aku menulis tentang ulang tahun terus. Karena bermacam cerita tiba-tiba bermunculan dan ingin di ceritakan sejak aku kembali memiliki laptop. Berbagai rasa berhamburan. Rasa syukur yang tidak habis-habisnya dan bahagia karena kembali bisa berkomunikasi dengan berbagai teman melalui tulisanku, di belahan dunia mana pun.
Mungkin ketrampilan ini menurun ke anakku. Dia juga pandai menulis, menyampaikan buah pikiran dengan bahasa yang hidup. Dan di hari ulangtahunku dia menuliskan sesuatu tentang aku.

**********************************************
 Udah lama gak main gitar, udah lupa... apa kursus lagi ya? hahaha...
*******************************************************

************************************************

***************************************************

Biasalah emak-emak ini kalau di komentari anaknya trus pingin ngoreksi yang ndlogok-ndlogok konyol. Tapi ini tulisan yang manis untuk di kenang. Thank you sayang... 
Tapi tetep pingin protes... hahahaha...

*******************************************************



Kalau begini kan juga kelihatan serius hahaha... 

Inilah aku... dimata anakku. Diusia 59 th, ternyata banyak juga waktu yang sudah aku lewati... Semoga tahun-tahun menjelang semakin bisa memberikan yang terbaik yang bisa aku berikan. Bagi siapa saja yang ada di sekitarku. Baik secara langsung, mau pun tak langsung, dimana pun berada. Amin

Monday, October 1, 2018

The Party of Love

Bulan Juli banyak yang ulang tahun. Mirta anakku, mas Totok suamiku, Mosha cucuku. Pesta apa yaaa? sahabat kami, mas Dani dan Pak Anto yang hobbi kulineran juga ulang tahun di bulan Juli. Gabung yuuuk.. Gayung bersambut. Dibuatlah rencana kapan kami bisa kumpul bareng mengingat masing-masing punya kegiatan se abreg. Sabtu 4 Agustus disepakati menjadi hari yang tepat untuk kami semua.

Kami senggol beberapa teman yang bisa ikut merayakan. Ada teman Mirta, Marine yang kebetulan datang dari KL mau gabung. Trus dimana ya yang asik tempatnya..? kenapa gak di Melcosh aja. Di depan wisma tempat mas Totok tinggal. hhhmmm... tepat sekali.

Hanya dengan berkomunikasi lewat WA pesta di rancang. Pesta kebun makan siang di wisma Melcosh yang lokasinya di Kaliurang.
Dengan bahagia kami mempersiapkan dan menyambut hari H. Masih ada beberapa teman dan sahabat yang kami undang, tapi kebetulan mereka berhalangan. Baiklah.. acara tetap berjalan dan di rancang apik oleh Mirta dan Tito.

Ketika cintalah yang mendasari untuk kami bertemu dan berbagi maka masing-masing menyiapkan dengan maksimal. For us with love... begini ceritanya.

Undangan dibuat dengan cantik dan cukup dikirim lewat WA. Makan siang di Melcosh. Bawa makanan sendiri-sendiri. Kami langsung berkomunikasi mau bawa apa saja biar bisa lengkap sajiannya.

Masing-masing menyiapkan yang terbaik untuk acara ini.
Kami menyiapkan tempat di kebun depan wisma Melcosh Kaliurang.
Jalan menuju lokasi dibersihkan dari daun-daun kering musim kemarau. Pilihan makan siang di kebun Wisma Melcosh sangat tepat karena di musim kemarau udara masih sejuk.

Meja dan kursi juga ditata rapi. Karena tidak semua undangan bisa datang, maka kursi 10 sudah cukup untuk kami semua.
Selain menyiapkan tempat dan peralatan makan, kami menyediakan infus water. Daun mint tinggal metik di kebun. Lemon dan strawberry mesti beli. Di Pakem ternyata ada perkebunan strawberry. Kami bisa memetik sendiri. Menyenangkan sekali mempersiapkan pesta ini.
Hiasannya pingin bunga matahari. Kebetulan tanaman bunga matahari di kebun sedang berbunga. Tinggal metik. Wooow.. semua dipermudah dan dilancarkan.
Mirta memesan Chinese Food dan Tito melengkapi dengan snack. Marine membawakan wine. Pak Anto dan mas Dani membawa tart jadul yang hanya ada satu pembuatnya di Jogyakarta. Penampilannya juga seperti tart jaman dahulu. Juga membawa Beer dan softdrink



let's do the party of love...

strawberry, lemon dan daun mint menjadi minuman segar dan sehat
bahkan bunga matahari ikut bergembira 

Mosha siap berangkat dengan Odinya... buuum... buuum
Tart jaman dulu, tapi rasanya... jangan tanya. Apalagi diminum dengan wine
Snack cantik ini mungil. Cuma satu gigitan. Satu orang bisa makan lebih dari 5 macam.
Makan.. ngobrol.. makan lagi... ngobrol.. makan lagi...

Kebersamaan yang menyenangkan. Nggak ingin berhenti. Kami mulai dari makan siang jam 1. Makan dan ngobrol, sampai jam 5 sore. Masih di lanjutkan ngopi di cafe Melcosh. Baru rela membubarkan diri jam 7 malam. Hanya karena kedinginan.
Siapa mau gabung di lain kesempatan?? ayo daftar dari sekarang hahaha....