Pages

Thursday, October 11, 2018

Memilah dan memilih

Kegiatanku akhir-akhir ini yang menarik adalah MC alias momong cucu. Isabel Mosha Abriana, dipanggil Mosha. Sekarang sudah 2 th lebih 3 bulan. Lucu, menyenangkan dan menggemaskan. Aku dipanggilnya Mimo, tapi dia baru bisa bilang "Iyooooo..." biasanya sambil berlari kearahku.


Kebahagiaanku adalah melihatnya bahagia. Maka benar kata orang kalau Simbah (Nenek) artinya nambah. Jadi kalau ada rejeki pastilah aku suka sekali melakukan hal-hal yang membuatnya bahagia. Seperti suatu hari kami sekeluarga membawanya ke tempat mainan.
Salah satu yang dia tertarik adalah mengambil boneka dalam mesin capit.
Mesin capit boneka
Untuk bisa memainkannya aku harus membeli koin 10.000 rupiah untuk 3 koin. Ketika aku membelikan 3 koin sudah pasti dengan kesadaran uang tersebut bisa sia-sia karena tidak mudah mengambil boneka dengan capit yang waktunya sudah ditentukan hanya beberapa detik saja. Tapi demi kebahagiaanya semua bisa diterima. Nilai sebuah kebahagiaan.
Koin capit boneka
Dan benar. 3 koin tidak cukup untuk bisa meraih satu boneka dengan capitnya. Aku tetap saja merasa bahagia. Tapi kemudian aku tidak ingin membeli lagi karena tahu akan sia-sia. Aku lebih suka mengalihkan ke hal lain yang membuatnya tertarik. Misalnya makanan kesukaannya. Atau sekedar menemaninya melompat-lompat atau berlari yang juga membuatnya bahagia.

Melepaskan sesuatu yang kita tahu akan hilang begitu saja tentu saja ada batasnya. Aku bisa saja mengatakan rela melepas 10.000 rupiah demi Mosha. Tapi mungkin ada ibu yang sangat membutuhkan uang 10.000 untuk kebutuhan sehari-harinya dari pada untuk membeli koin yang belum tentu bisa mendapatkan boneka.

Akhir-akhir ini banyak tawaran untuk menginvestasikan uang dalam jumlah besar dengan iming-iming bunga yang luar biasa menggiurkan. Dengan rayuan yang sangat intens dan tidak mudah menyerah, seseorang bisa merelakan ratusan juta untuk diinvestasikan. Dengan janji uang bisa diambil kapan saja, dan bunganya memang awalnya di kirim dalam jumlah yang melambungkan perasaan.

Kemudian, terjadi kemacetan ketika kita mulai ingin mengambil apa yang kita investasikan. Dengan berbagai alasan dan janji yang membuat kita ada di posisi lemah dan kalah. Aku sering mendengar cerita seperti ini. Bahkan pernah ditawari. Ada untungnya aku tidak punya uang sebanyak itu, jadi pasti jawabannya TIDAK.

Setiap orang berhak untuk menawarkan apa pun pada kita. Merayu dan membuat kita kena rayuan. Semua keputusan dan kendali ada pada kita. Mau ikut atau tidak. Mampu atau tidak. Rela atau tidak kalau apa yang kita investasikan hilang begitu saja.

Seperti halnya membeli koin 3 biji dengan 10.000. Relakah kalau 3 koin itu tidak bisa membuatku memiliki boneka yang diinginkan cucuku? kalau rela ya lakukan saja. Kalau tidak, ya sudah belikan yang lain.

Hidup itu sederhana, tapi penuh dengan pembelajaran. Berbagai rayuan untuk membeli ini dan itu semakin marak yang membuat kita tidak sadar menguras dompet, entah barang itu dibutuhkan atau tidak. Yang sebenarnya dibutuhkan adalah pengendalian dan mawas diri untuk bisa memilah dan memilih.


No comments:

Post a Comment