Oktober sudah memasuki minggu ke 3, tapi belum ada tanda-tanda turun hujan. Udara siang hari bisa mencapai 34 derajat celcius. Tapi dini hari 21 derajat celcius. Udara yang membuat kita berkeluh kesah. Tapi kita memang sering mengeluhkan segala hal. Panas mengeluh. Dingin juga mengeluh. Hujan apalagi. Maunya yang enak-enak saja. Enggak panas, enggak hujan. Udara sejuk nyaman... hahaha... maunya.
Tebak, apa yang paling berjasa dalam segala cuaca? PAYUNG!!
Ya.. payung melindungi kita dari terik matahari, maupun guyuran air hujan. Jasanya pantas kita hargai. Itu sebabnya Festival Payung di Candi Borobudur, 8 September 2018 menarik perhatian kami sekeluarga.
|
berbagai payung dipamerkan dalam festival ini |
|
Perempuan berkebangsaan Jepang sedang menampilkan tari Bali dengan luwes dan apik |
Awalnya hanya ingin mensupport menantuku yang diminta Amber Kusuma untuk memperagakan busana dengan
Upcycle Fabric dan pemberdayaan perempuan desa tenun Stagen Sejatidesa Moyudan dalam festival payung tersebut. Tidak di sangka ternyata di sana tidak hanya beraneka payung yang dipamerkan, melainkan ada berbagai peragaan busana. Tarian payung yang ditampilkan anak-anak kecil hingga dewasa. Bahkan ada tari Bali yang dilenggokkan dengan luwes dan apik oleh perempuan berkebangsaan Jepang.
|
Anak-anak yang menari payung ini menjadi perhatian para turis |
Sebagai pecinta renda, aku sangat kagum dengan karya payung yang dibuat dari renda. Indah dan mengagumkan.
|
Renda payung yang cantik |
Baiklah... mari kita berhenti berkeluh kesah dengan cuaca yang adalah karunia dari Sang Pencipta. Yang penting ada PAYUNG sebagai pelindung segala cuoca. Bagaimana? setuju khan?!...
No comments:
Post a Comment