Pages

Monday, January 28, 2019

Ketika Hening Diletakkan

Kisah 2 - Merangkai Kenangan

membuka lembar kehidupan, merangkai kenangan
Inda memutuskan untuk menghadiri 1000 hari meninggalnya teman SMA yang tinggalnya di  Purbalingga. Sekaligus bernostalgia bersama teman-teman SMA yang dulu dilalui di Semarang. Inda dan Hendra suaminya, dulu satu angkatan. Bahkan satu kelas di kelas 3 (kalau jaman sekarang disebutnya kelas 12). Pasti menyenangkan bertemu teman lama dari Jakarta, Semarang, Jogyakarta, Klaten dan Solo. Inda sendiri berangkat dini hari naik kereta api bersama dua temannya dari Bandung menuju Purwokerto kemudian dilanjutkan naik mobil ke Purbalingga.
Kereta Api ekonomi dengan tiket 60 ribu itu menjadi pilihan satu-satunya menuju Purwokerto. Tidak disangka menjadi perjalanan panjang yang melelahkan karena berhenti di setiap stasiun yang dilewati. Dan akhirnya tiba di Purwokerto jam 8 pagi dengan selamat. Ada seorang teman yang siap menjemput peserta reuni dari Jakarta, Bandung dan Semarang.

Inda yang sudah memasuki masa pensiun bisa merasakan bagaimana ditinggal suaminya Hendra 14 tahun lalu. Seandainya masih hidup, alangkah senangnya bisa bertemu teman SMA mereka. Hhhmm... Hendra setia di hatinya, jadi kemanapun dia pergi mereka selalu bersama.
14 lalu sudah terlewati bersama Sari, putri tunggalnya. Kini Inda memilih menikmati hari-harinya dengan berkumpul bersama teman-teman. Guyonan semasa SMA, membuatnya muda dan bersemangat. Hanya satu hal yang sangat tidak terduga. Pertemuan kali ini menjadikannya pusat perhatian yang membuatnya membuka kembali lembaran kenangan yang selama bertahun-tahun tersimpan rapi di hati.

Seusai acara sembahayangan 1000 hari, acara keesokan harinya adalah kunjungan ke makam. Selanjutnya menjadi acara penuh peserta reuni. Walaupun usia sudah menjelang 60 th tapi berkunjung ke kebun durian tetap menjadi pilihan.
"nggak papa... yang penting habis makan durian minum obat. Jangan kayak orang susah" Nah rupanya kesenangan menjadi no 1, resiko belakangan. Usia 60 th ternyata sama gilanya dengan usia belasan tahun semasa SMA.
Makan... makan dan makan....

Inda mengikuti semua acara dengan santai dan sukacita. Setelah makan siang rombongan menuju ke sebuah villa di Batu Raden. Villa yang cukup besar dengan halaman yang sangat luas.
Kenyang tapi tidak biasa tidur siang, Inda bergabung dengan teman-teman yang mengobrol sambil menunggu sore hari.
Obrolan awal berpusat pada cerita hantu. Setelah itu menghitung siapa saja teman-teman seangkatan yang sudah meninggal. Ketika nama Hendra disebut, semua mata tertuju ke Inda, membuatnya gelagapan karena tidak menyangka tiba-tiba menjadi pusat perhatian. Lalu diberondong dengan berbagai pertanyaan.
"Dulu meninggalnya bagaimana? kok mendadak, masih muda lagi"
"Dulu ketemuanya gimana sih, kok bisa berjodoh. Padahal waktu SMA kayaknya nggak pacaran"

Dulu... dulu... dulu...
dan kenangan indah pun berhamburan
setiap jawaban justru melahirkan pertanyaan baru. Membuat Inda membongkar kenangan masa lalu yang tidak pernah dia ceritakan. Inda sebagai pensiunan pejabat sebuah bank pemerintah tetap berpenampilan lugu, lurus dan apa adanya. Tapi dalam hal kisah pribadi dia jarang bercerita. Tapi entah, sepertinya suasana kali ini membuatnya ingin menceritakan semuanya.
Membuka buku kehidupan dan membiarkan semua kenangan berhamburan keluar hingga kembali ke masa gadis remaja 13 tahun jatuh cinta pada pemuda tanpa nama, yang kemudian hilang...



Adakah keterkaitan antara pemuda di masa kecilnya dengan Hendra suaminya?





nyambung lagi ya...

No comments:

Post a Comment