ketika hati mulai bertaut |
Seperti halnya mahasiswa baru, teman baru, sahabat baru. Inda pun memiliki geng kecil bernama Three Musketeer. Wiwik, Yayuk dan Inda menjadi tiga mahasiswi yang bersahabat kental. Menjadi penghibur dikala kesepian melanda. Merindukan Hendra yang entah sedang apa.
Hendra pun mengalami hal yang sama. Tempat dan suasana yang baru membutuhkan adaptasi yang tidak mudah. Hendra sosok yang ramah dan mudah bergaul. Sebentar saja dia berteman dengan banyak mahasiswa lain. Kehidupan baru yang menyenangkan karena jurusan yang dia pilih sangat sesuai dengan hati dan jiwa seninya. Seakan diberi keleluasaan tanpa batas untuk berkarya. Juga berkarya untuk mengungkap perasaannya ke Inda, kekasih hatinya.
Hendra tidak tahu bagaimana menjalin hubungan. Terasa kikuk dan aneh. Tidak ada kata yang keluar setiap kali dia mengambil selembar kertas untuk menulis surat.
Tangannya tidak mampu menuliskan kata-kata, tapi yang tertuang adalah gambar. Hendra menceritakan kehidupan sehari-hari melalui gambar. Dia lukiskan bagaimana dia berangkat ke kampus. Naik kendaraan. Suasana di sekitar.
Berlembar-lembar kertas berisi gambar tentang dirinya. Dikumpulkan menjadi satu, direkatkan dalam ring dan diberi cover kertas karton, kemudian dia kirim ke Inda.
Setiap bulan Hendra mengirimkan kumpulan gambarnya ke Inda. Tentu saja tidak ada balasan. Inda terlalu lugu dan lurus untuk memahami ini semua. Gambarannya indah, jadi dia kumpulkan saja menjadi satu. Fakultas Hukum mengajarinya memahami setiap kata, bukan gambar. Sangat berseberangan sehingga sulit bagi Inda untuk memahami ungkapan rasa Hendra melalui gambar. Apalagi Hendra tidak pernah mengungkapkan perasaannya dengan jelas. Andai sejelas hukum dan undang-undang yang selama ini dia geluti setiap hari.
Suatu hari adik Hendra yang waktu itu bersekolah di SMA mereka dulu menemuinya,
"sudah ketemu mas Hendra, mbak?"
"belum, apa dia lagi di Semarang?"
"Iya, sudah dua hari lalu". Inda menanti kedatangan Hendra. Tapi penantiannya sia-sia, karena Hendra tidak mampir ke rumah. Baru keesokan harinya datang ke rumah. Bukan untuk mengeratkan hubungan mereka, tapi minta antar ke pool bis Bandung Cepat. lhoh...
Dengan ketulusan dan niat baik, juga mungkin karena perasaan kasih yang mulai tumbuh setiap kali mendengar dan bertemu Hendra, membuat Inda menerima ini semua dengan hati tulus. Tanpa tuntutan. Bertemu dan berpisah...
Bertemu Inda bukan hal yang mudah buat Hendra. Bukan karena susah ditemui, tapi tidak tahu apa yang harus dilakukan. Menggambar menjadi pelariannya. Lembar-lembar yang terkirim menjadi jalinan kasih yang dia rasakan. Entah Inda paham atau tidak. Hendra juga mengirimkan ucapan ulangtahun ke geng Three Musketeer, membuat Wiwik dan Yayuk menjadi tameng kalau ada yang mendekati Inda.
"Inda sudah punya pacar, jangan dekat-dekat dia" kata mereka setiap kali ada cowok yang mendekati Inda.
Ikatan kasih Hendra sebarkan lewat orang-orang terdekat Inda. Membuat Inda ada dalam lingkaran, bak Shinta dan Rama dalam cerita Ramayana. Inda tidak menyadarinya. Tapi juga membiarkan dirinya ada dalam lingkaran yang telah dibuat Hendra.
Berbagai cara Hendra lakukan untuk terus menjalin hubungan. Minta bantuan ini dan itu sehubungan dengan kegiatan yang dilakukan. Selain kuliah, Hendra mulai belajar mencari tambahan penghasilan untuk membantu keluarganya. Membantu bapak yang mengelola bisnis lampu dan mebel dari Jepara, hingga membuat kaos untuk dijual.
Inda terlibat di dalamnya. Membantu managih dan mengirim barang.
Cinta adalah perbuatan. Mungkin ini kata yang tepat untuk hubungan mereka. Tidak dibutuhkan kata-kata untuk mengungkapkan cinta dan setia. Selalu terlibat dalam setiap kegiatan Hendra, membuat Inda semakin mengenali, memahami dan terbiasa ikut menyelesaikan persoalan hidup Hendra.
Lembar lukisan terus beterbangan. Inda menyimpannya rapi, setelah melihatnya. Begitu rapi, tak seorangpun boleh melihatnya. Serapi Inda menyimpan perasaan hatinya.
Hendra dengan berbagai kegiatan kuliah dan usahanya, akhirnya merasakan kelegaan karena orangtuanya pindah ke Bandung. Kelegaan yang luar biasa tidak berlangsung lama. Menjelang memasuki tahun ke 3 kuliah di ITB, bapaknya dipanggil Tuhan.
Bagaikan langit runtuh menjatuhkan beban berat di pundaknya. Ibu yang sangat dia cintai harus berjuang sendirian. Sebagai kakak dengan 6 adik yang masih banyak membutuhkan biaya, ada rasa tanggung jawab besar untuk menggantikan peran bapaknya. Mendampingi ibu, berjuang bersama mengentaskan adik-adiknya.
Berat, lelah, takut, kawatir mewarnai langkah Hendra. Hanya Inda, kekasih hati untuk bersandar.
In... bolehkah aku bersandar di pundakmu? |
No comments:
Post a Comment