Pages

Monday, January 28, 2019

Ketika Hening Diletakkan

Kisah 3 - Sepeda


Inda sekarang gadis remaja yang manis, sederhana dan lugu, tetap seperti dulu. Memasuki dunia baru menjadi anak SMA. SMA yang mayoritas pria. Setiap kelas anak wanita rata-rata di bawah 5 orang. Mestinya mudah menjadi perhatian, tapi Inda merasa biasa saja. Seperti biasa, lurus, diam menjalani segala sesuatu seperti air mengalir.

Hingga suatu hari, pagi yang membuatnya berdegup keras. Ketika memarkir sepeda bersamaan dan bersebelahan dengan pria cinta pertamanya semasa remaja. Cinta monyet. Sosoknya sangat mirip dengan anak SMA bermobil abu-abu yang sering dia intip dibalik kaca jendela. Hanya dia merasa yang ini lebih pendek. hhhmm.. mungkin sama ya. Bukankah dulu dia masih kecil, sehingga melihat pria itu tinggi dan langsing. Sekarang mereka sama-sama se angkatan. Tapi siapakah dia? mungkinkah adiknya? kenapa wajah dan perawakannya mirip sekali?
Inda bertanya? tentu saja tidak. Dia bukan seseorang yang berani memulai suatu percakapan, walaupun tahu mereka seangkatan, tapi tidak sekelas. Jadi, setiap kali berbarengan parkir sepeda mereka hanya bertatapan sekilas. Sudah.

Inda tidak berusaha apa pun untuk mencari tahu lebih lanjut siapakah dia. Hanya tahu namanya Hendra. Itupun dari obrolan teman-teman, bukan berkenalan langsung. Semua dibiarkannya berlalu hingga mereka kelas 3 SMA dan satu kelas!. Duduknya sederet, tapi bukan sebangku. Mereka duduk bersebelahan ada jarak yang memisahkan bangku satu dan yang lain.

Hendra tidak ada hubungan sama sekali dengan cinta pertamanya dulu. Hanya karena wajah dan perawakannya mirip membuat Inda punya hubungan batin lebih di bandingkan dengan teman lainnya. Seakan sudah mengenalnya lama. Walau pun pada kenyataannya ternyata Hendra sering membuatnya jengkel.

Betapa seringnya Inda kelabakan karena pelajaran sudah mulai dan peralatan tulisnya tidak ada di tempat. Baru kemudian,
"nih...." kata Hendra sambil cengengesan. Jengkel, gemes, setiap kali ada yang hilang pasti Hendra yang menyembunyikan. Pencurian barang kecil yang Hendra buat untuk menarik perhatian Inda. Alat tulis, buku dan lain-lain. Inda yang super kalem membuat Hendra makin pintar mencari cara untuk mendekatinya.
"bahasa Inggrismu jelek khan, ayo ikut belajar bareng ada yang ngajari, gratis" kata Hendra suatu hari.
"siapa? dimana?" tanya Inda agak dongkol karena ketahuan memang nilai bahasa Inggrisnya jelek terus. Merasa tertantang juga untuk menaikkan nilainya.
"di rumahku, yang ngajar bapakku"... gubraaaak!!. Dalam hati Inda tertawa, tapi ini tawaran bagus. Maka dia pun ikut gengnya untuk kursus privat dan gratis oleh bapaknya Hendra.
Inda dan Hendra semakin mengenal satu sama lain. Tapi sebatas teman, karena memang tidak ada tanda-tanda lain selain teman. Bahkan yang ada, Hendra selalu saja ngerjain dia. Mungkin ngetes emosinya.
Suatu hari ada notes kecil di meja tulisnya. Ketemu di bioskop Gajah Mada jam 5 sore.
Dengan hati berbunga Inda menerima undangan tanpa nama. Karena mengenali tulisan tangan itu tulisan Hendra, maka sore itu dia ke bioskop Gajah Mada.
Apa yang terjadi? bioskop nya kosong. Tidak ada seorang pun disana. Inda kali ini dongkol sekali karena di kerjain. Tapi yaitulah Inda. Yang tersirat ya tetap wajahnya yang tenang dan kalem ketika keesokan harinya ketemu Hendra
"Kamu ngerjain aku ya.. aku tahu ini tulisanmu!"... dan seperti biasa Hendra cengengesan.

Tidak semua tingkah Hendra mengjengkelkan. Ada baiknya juga yang membuat hati Inda tersentuh. Hendra pintar menggambar, sedangkan Inda tidak. Suatu hari Inda terkejut karena tugas gambarnya mendapat nilai 8. Ternyata gambarnya ditukar dengan milik Hendra. Namanya diganti. Alhasil Hendra yang mendapatkan nilai jelek.
Pertemanan yang aneh. Kadang Inda merasa GR Hendra punya perhatian khusus dengannya. Tapi kadang pikiran ini luntur karena Hendra malah sering menjodohkan dengan teman lain. Dia juga mendengar dari teman gengnya Hendra naksir cewek lain dari SMA yang beda. Jadi tepatnya, pertemanan yang membingungkan, menjengkelkan sekaligus menyenangkan. Jadi ya sudah. Kelas 3 hampir berlalu, setahun tidak terasa. Biarkan mengalir...

kita kayuh sepeda bersama... mengakhiri masa remaja

tunggu kelanjutannya selepas SMA....

No comments:

Post a Comment