Pages

Thursday, July 21, 2011

Dipisah... dilepas...

Kemarin malam habis mahgrib, kami kedatangan tamu dari RT tempat aku tinggal dulu di Jogja. Maksudnya "kunjungan kangen". Sejak aku pindah, baru malam itu kami bertemu. Senang dan terharu...

Mendengar rencana mereka mau datang, pastilah aku mempersiapkan hidangan yang menarik untuk mereka. Walaupun mereka bilang "ra sah repot-repot mbeleh gajah lho mbak...." tapi aku bilang "aku arep mbeleh cicite gajah wae.. sing cilik" hehehe...
Hidangan kami sederhana.... snack dan nyamikan kacang kulit. Makan malam dengan gudangan, sambel lethok, dan ayam goreng kalasan ditambah kerupuk karak.... ternyata cukup memeriahkan suasana malam itu. Dan ketika rencana mau ngobrol sampai malam, gara-gara kekenyangan lama-lama ngantuk menyerang juga. akhirnya mereka pamit hampir jam 10 malam.

Pagi ini, aku menata kembali beberapa sisa snack yang masih ada. Walaupun semalam sudah dibagi-bagikan kok ya ternyata masih sisa. Ketika aku memasukkan kacang kulit ke toples plastik, rasanya kok penuh banget. Jadi ingat, toples mesti digoyang-goyang biar lebih mampat,kacangnya lebih tertata dalam posisi yang benar dan isinya bisa betul-betul penuh.

Saat itulah aku menyadari sesuatu....
Ketika aku sedang merasa digoyang-goyang oleh suatu peristiwa, oleh seseorang, oleh situasi.... pasti rasanya tidak enak. Namanya juga di goyang-goyang... bahkan kadang dipukul-pukul. Tapi itu pasti dimaksudkan untuk menata hidupku supaya lebih mapan, lebih baik, lebih enak dipandang....

Aku juga kemudian ingat. Ibu-ibu di desa, kalau memisahkan beras dari kotoran, seperti gabah, atau pasir yang tercampur ketika ditumbuk, mereka menggunakan tampah. Orang Jawa menyebutnya "napeni beras"
Tampah kadang diputar-putar... kemudian beras dilempar ke atas.... ditampung lagi dalam tampah, dilempar lagi... diputar.. dan seterusnya, sampai beras benar-benar terpisah dari semua kotoran.
Dikala hidup kita sedang diputar-putar.... dilempar ke atas... ditampung lagi.. diputar-putar... digoyang ke kanan... ke kiri... pasti pusing sekali... andai aku beras, pasti sakit sekali...
Tapi... lihatlah hasilnya, beras terpisah dari segala kotoran. Yang kotor tinggal di buang, dan yang baik bisa dinikmati, menjadi santapan yang bisa menghidupi kita setiap hari.
Hidup kita tidak selamanya berjalan mulus dan lancar. Ada kalanya kita seperti beras yang sedang di "tapeni" Tuhan, melalui berbagai persoalan yang kita hadapi, peristiwa yang terjadi, dan orang-orang yang tidak sesuai dengan pemikiran kita. Yang mungkin tanpa mereka sadari menyakiti hati kita.
Inilah saatnya kita merenung untuk menemukan sikap dan sifat apa yang baik dan buruk dalam diri kita. Membuang segala hal yang buruk dan mengembangkan yang baik. Kita juga bisa "napeni" berbagai peristiwa.. yang buruk kita tinggalkan, yang baik kita jadikan semangat lagi untuk menjalani hidup. Juga, kita bisa sekali lagi "napeni"... orang-orang di sekitar kita. Siapa yang memberikan dampak buruk dalam kehidupan kita, harus ditinggalkan. Yang baik kita tingkatkan persaudaraannya.
Seorang pecandu narkoba misalnya. Tidak akan mudah melepaskan diri dari kecanduannya, kalau tidak berani memisahkan diri dari lingkungan teman-temannya yang masih terjerumus dalam narkoba.
Pertobatan membutuhkan keberanian untuk memisahkan diri dan melepaskan hal-hal buruk yang mempengaruhi hidup kita dan menjauhkan kita dari Tuhan. Dan untuk itu diperlukan kerelaan dan kesiapan untuk "ditapeni" Tuhan. Bukankah semua penderitaan yang kita alami Dia maksudkan untuk kebaikan kita, untuk memperbaiki hidup kita, untuk memisahkan kita dari yang jahat.... hingga suatu saat nanti, kita bisa mempersembahkan hidup kita, sebaik yang diinginkanNya.

The Lord provides the strength we need, to follow and obey His will;
So we don't need to be afraid, that what He asks we can't fulfill. - Sper

No comments:

Post a Comment