Pages

Thursday, September 8, 2011

Ojo Dumeh

Ojo dumeh, sebuah falsafah Jawa, yang diperuntukkan bagi semua orang. Tua-muda, kaya-miskin, pintar-bodoh.. pokoknya semuanya. Ojo Dumeh, tepatnya berarti, jangan mentang-mentang. Jangan mentang-mentang kaya, kemudian meremehkan orang miskin.
Jangan mentang-mentang pintar, kemudian menganggap orang lain bodoh, dan mau menangnya sendiri.
Jangan mentang-mentang punya kedudukan dan kuasa, kemudian menguasai orang dan hak-hak mereka.
Jangan mentang-mentang ngganteng/cantik, menghina yang berparas jelek atau merebut istri/suami, atau pacar orang... ups...
Jangan mentang-mentang kuat, kemudian melecehkan yang lemah...
Jangan mentang-mentang rajin berdoa dan beribadah, lalu merasa suci dan menganggap orang lain berdosa.
kurang lebih begitulah maksud falsafah Jawa.

Intinya jangan sombong dengan segala sesuatu yang kita miliki di dunia ini, karena itu semua tidak kekal. Ada saatnya orang berada di atas, tapi juga ada saatnya harus berada di bawah. Seperti roda yang berputar.
 Kita diingatkan untuk selalu sadar bahwa sebetulnya kita tidak memiliki apa-apa. Semuanya yang kita miliki adalah karunia dariNya, asal ditempuh dan dicapai dengan cara yang benar. Kebebasan manusialah yang membuat kita sering lupa. Merasa yang kita miliki adalah sepenuhnya usaha kita, tanpa campur tanganNya.
DihadapanNya, Tuhan yang Maha Tinggi, kita semua sama. Lalu buat apa menyombongkan diri?? atau karena ingin disanjung, dihormati, di kagumi, di puja puji, di elu-elu kan.... kalau selama hidup di dunia, kita hanya mengejar sesuatu supaya mendapat penghormatan tertinggi dari orang lain, artinya kita sudah mendapatkan imbalan di dunia. Di mata Tuhan, kita tidak tahu apakah yang kita lakukan sudah berkenan bagiNya.

Repotnya, kita suka nggak sadar kalau sombong. Kita nggak sadar kalau sedang disanjung dan dielu-elukan. Semua baru terasa ketika kita ditinggalkan, atau ketika kita kehilangan orang yang kita cintai, harta benda, dan martabat. Ojo dumeh, adalah nasehat sederhana yang tidak sekedar dihapalkan, atau dipasang di tembok sebagai hiasan. Menjalaninya, itu yang sulit....

Ojo dumeh... menantang kita untuk melepaskan egoisme, untuk mau mengakui kelebihan orang lain, dan mau menerima kekurangan orang lain, karena kita pun memiliki kekurangan. Tidak ada yang sempurna... maka jadilah padi... semakin berisi semakin menunduk....

No comments:

Post a Comment