Pages

Saturday, September 17, 2011

Siapakah aku??

Lebaran tahun ini sangat berkesan. Betemu di facebook dengan sepupuku yang sudah 16 tahun tidak bertemu membuat lebaran menjadi meriah. Tidak disangka semua berkumpul. Tante, om dan seluruh keluarga ikut bersama-sama ke sarean bapak, ibu dan adikku dan berkumpul di rumah kakak untuk menikmati ketupat.
Dalam perjalanan dari Wedi-Klaten ke Semarang, anakku bertanya "tante yang ini apanya kita ma??" aku cuma nyengenges karena aku sendiri tidak tahu.
Ketika kami berkumpul, aku bertanya bagaimana silsilah keluarga tante dengan keluargaku. Ternyata kami satu trah eyang buyut. Waaahhh... jauh banget.. pantas aku sendiri bingung...


Horisontal
Silsilah menggambarkan ikatan keluarga secara horinsontal. Menunjukkan dimana aku berada dan siapakah aku. Aku adalah ibu dari kedua anakku, Mirta dan Tito. Aku adalah istri dari mas Totok. Identitas diri di dunia, mudah diketahui dan dicari. Aku sekarang tinggal di huntara (hunian sementara) Wedi. Tapi, karena anakku bilang huntara ini " cute"  dan kakakku malah bilang ini "apartemen lucu"... jadi sekarang aku lebih suka mengatakan, aku tinggal di apartemen lucuku, yang tiny and tidy. Aku berada di sekitar kegiatan banyak orang, suara mesin,dan kokok ayam riuh rendah di siang hari. Sementara malam hari begitu sunyi senyap. Aku menjadi bagian dari milis Loyola yang membuatku merasa memiliki banyak teman dan tidak pernah kesepian. Ada facebook yang menghubungkan aku dengan teman-teman lama dan baru. Inilah aku sekarang ini.

Vertikal
Hubungan vertikal kita hanya dengan Tuhan YME. Masing-masing dengan keyakinannya. Dengan ajaran agama yang diajarkan orangtua kepada kita, untuk menjalin hubungan dengan Tuhan. Kalau mau memahami lebih jauh dan dalam tentang Ke-Allah-an Yang Maha Besar, seperti kisah St. Agustinus, tentang anak kecil yang membuat lobang di tepi pantai, ingin memasukkan air laut ke dalamnya. Sebuah pekerjaan yang tidak mungkin dan sia-sia. Maka aku lebih suka memahaminya dengan cara yang sederhana, yaitu dengan bertanya kepadaNya, "siapakah aku?".  Aku mendapat jawaban yang menyejukkan hati "kamu, anakku yang Aku kasihi". Nyeeeesss... adem di hati.
Lalu bagaimana aku membalas kasihNya?, bagiku itulah yang penting.
"  Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saraudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untukKu"  (Mat 25:40).

Siapakah orang paling hina, miskin, tersingkir yang harus kita layani, supaya kita bisa membalas kasihNya. Mereka bukan saja yang secara fisik hina, miskin dan tersingkir. Tapi mereka juga seseorang yang lapar akan cinta kasih, haus akan kedamaian, kebenaran dan keadilan. Mereka adalah yang membutuhkan perlindungan dan kekuatan. Mereka adalah yang merasa takut dan kawatir. Mereka adalah yang kehilangan harapan dan percaya diri, yang tak pernah tersenyum lagi, yang tak pernah merasakan kehangatan cinta dan persahabatan. Mereka adalah yang kesepian dan membutuhkan sentuhan lembut, penghiburan serta senyuman hangat. 
Kita semua adalah anak-anak yang sangat dikasihi dan disayangiNya. Tidak perlu melakukan hal besar seperti Bunda Teresa. Tapi kita bisa membagikan kasih kita kepada orang yang paling dekat kita.
Melakukan hal-hal sederhana dengan penuh kasih, akan membuat kita merasakan menjadi anak yang dikasihiNya. Itulah kita, itulah jawaban atas pertanyaan "siapakah aku?" kepadaNya.
Namun, kita semua sebagai manusia, sering menggunakan kebebasan yang diberikanNya secara utuh kepada kita untuk memuaskan nafsu duniawi. Untuk menyempurnakan hidup horisontal berdasarkan tuntuntan materi, dan kekuasaan dengan aturan yang dibuat sendiri. Hingga kita tidak mengenali diri sendiri sebagai ciptaanNya. Kalimat di bawah ini, bisa menjadi permenungan bagi kita semua.


To Whom It May Concern

You call Me The Way,
but you don’t follow Me
You call Me The Teacher,
but you don’t listen to Me
You call Me The Lord,
but you don’t serve Me
You call Me The Truth,
but you don’t believe Me
DON’T  BE SURPRISE IF ONE DAY I DON’T KNOW YOU!
(Mathew 7:23)

Sumber: Buku Hanyut Meninggalkan Kristus, David Wilkerson

No comments:

Post a Comment