Pages

Tuesday, September 6, 2011

Penderitaan membuat orang lebih bijaksana

Setuju tidak dengan judul di atas??? Gara-gara menulis di blog ini, beberapa tema dilontarkan teman-teman untuk dijadikan tulisan di blogku.  Butuh waktu lama untuk merenungkannya. Penderitaan yang seperti apa? dan orang yang  bijaksana itu juga seperti apa? Rasanya aku tidak punya referensi apa pun untuk bisa mengurai adakah keterkaitan erat antara penderitaan dan kebijaksanaan seseorang.
Ada yang menderita, tapi malah jadi gila. Ada yang bunuh diri, bahkan ada yang menyatakan dirinya kafir, tidak beragama dan tidak percaya adanya Tuhan. Nah... trus penderitaan macam apa yang membuat seseorang bijaksana.


Mungkin... ini cuma mungkin... karena aku sudah pasti bukan orang yang bijaksana, walaupun tidak berarti aku bebas dari penderitaan. Berdasarkan pengalaman sendiri, sebetulnya penderitaan itu adalah perasaan yang kita tanamkan dalam diri sendiri. Semakin aku merasa tidak pantas mengalami situasi yang tidak enak, menyakitkan bahkan menghancurkan hati, semakin aku merasa menderita. Tapi, disaat aku mencoba mengerti dan memahami apa yang sedang terjadi, dan mencoba dengan pengetahuan dan pemikiran sederhana, mencari tahu dimana dan bagaimana kehendak Tuhan sedang berjalan, penderitaan berangsur-angsur berkurang. Dan hilang....
Penderitaan bisa muncul dan hilang. Tergantung situasi yang sedang kita hadapi. Pada saat situasi tidak enak itu sedang berlangsung, pasti tidak ada pemikiran nalar yang bisa dimunculkan. Emosi lebih menguasai. Jalan satu-satunya adalah diam, menenangkan diri, bedoa supaya hati dan pikiran di buka untuk melihat dan merasakan kehendakNya. Proses seperti ini bisa cepat, bisa lama bahkan bisa bertahun-tahun.
Rasanya, setiap orang bisa bijaksana, asal mau belajar dari pengalaman. Setiap kali belajar melepaskan egoisme dan merendahkan diri dihadapanNya. Peristiwa yang tidak enak, lebih baik diterima dengan hati yang lapang dan legowo. Tentu saja dengan kesadaran dan keikhlasan.


Kemarin, ketika mengantar anakku kembali ke kostnya di Jogja, dalam perjalanan kami ngobrol. Tentang banyak hal, berbagai peristiwa yang telah kami lalui bersama, berkah yang diberikan Tuhan, mukjijat-mukjijat yang terjadi.... ternyata bisa kami rasakan justru ketika kami ada di titik pasrah, menerima dengan tulus ikhlas, dan kemudian "yowis....". Dan kami tertawa ketika menemukan kata "The Power of Yowis"..... bahasa apa ini????


Yah... sudahlah... aku belum cukup punya asam-garam untuk membicarakan judul tersebut.  Sebaiknya berguru saja kepada orang yang sungguh bijaksana.


“Perbedaan antara orang pintar dan orang bijaksana adalah orang pintar tahu apa yang harus dikatakan, sementara orang bijaksana tahu perlu atau tidak kalimat tersebut dikatakan” – Frank M Garafola –

1 comment: