Kosong...
Bagaikan melihat ruangan tanpa isi apa pun. Atau bahkan memandang padang gurun yang sejauh mata memandang hanya pasir. Itu yang aku rasakan....
Hidup bagaikan hamparan padang tanpa harapan, keyakinan, kepercayaan, keinginan.... kosong dan hampa. Dalam sisa kesadaran yang masih ada, aku masih bisa berpikir... apakah aku depressi? apakah aku putus asa? apakah aku sudah seperti mayat hidup?
Tapi, Natal kemarin aku masih bersemangat membungkus bingkisan bersama anak-anak untuk sebuah Panti Asuhan. Memasak, makan bersama... menikmati kebersamaan bersama anak-anak...
Tapi kenapa sekarang kosong....
Bahkan kalaupun aku mau bercerita, aku tidak tahu apa yang harus aku ceritakan. Kepada siapa aku tepatnya harus bercerita.
Sejujurnya aku gelisah dengan perasaan ini...
Hingga pagi ini, aku bercerita kepadaNya. Tentang perasaan yang tidak jelas, tentang kekosongan yang menggelisahkan, tentang ketidak tahuanku akan apa yang aku rasakan.
Dan aku mendapat kiriman sms yang luar biasa indah:
Aku telah memahami:
Supaya Allah dapat bertindak dalam satu jiwa, jiwa itu harus berhenti bertindak atas kemauannya sendiri. Kalau tidak, Allah tidak akan melaksanakan kehendakNya dalam jiwa itu sendiri. (BHSF.1790)
Bagaikan hujan di padang gurun, kalimat itu menyejukkan hati. Mengisi kekosongan dengan sinar yang hangat. Rupanya inilah jawaban dari doaku sendiri, ketika aku tidak tahu apa yang harus perbuat, aku berdoa "kuasailah jiwaku, ya Tuhan". Aku hanya tidak tahu, bahwa kekosongan yang aku rasakan akhir-akhir ini, adalah upayaNya untuk mengusai jiwaku.
Aku bingung karena aku masih ingin bertindak atas kemauan sendiri. Kini aku tahu, semua harus kulepas... dan aku semakin tahu... kosong... itu indah.
Note:
Trimakasih untuk Winarti, yang smsnya menyapaku setiap hari.
Wednesday, December 28, 2011
Wednesday, December 21, 2011
Hari Ibu
Seorang anak bertanya kepada Tuhan: "Tuhan, mengapa ibuku menangis?"
Tuhan menjawab:
"Karena ibumu seorang wanita.
Aku ciptakan dia sebagai mahluk yang istimewa.
Aku kuatkan bahunya untuk menjaga anak-anakku.
Aku lembutkan hatinya untuk memberi rasa aman.
Aku kuatkan rahimnya untuk menyimpan benih manusia.
Aku teguhkan pribadinya untuk terus berjuang saat yang lain menyerah.
Aku berikan rasa sensitif untuk mencinta anak-anakku dalam keadaan apa pun.
Aku kuatkan batinnya untuk tetap menyayangi, meski dikhianati oleh kawan, dan meski disakiti oleh suami dan anak-anaknya.
Ibumu adalah mahluk yang kuat.
Tetapi jika suatu saat, kamu melihatnya menangis, itu karena Aku memberinya airmata yang bisa digunakan sewaktu-waktu untuk membasuh luka batinnya, sekaligus untuk memberinya kekuatan baru..."
Happy Mother's Day
God Bless You forever...
(I love you, mommy.... forever.... miss you sooo much)
Tuhan menjawab:
"Karena ibumu seorang wanita.
Aku ciptakan dia sebagai mahluk yang istimewa.
Aku kuatkan bahunya untuk menjaga anak-anakku.
Aku lembutkan hatinya untuk memberi rasa aman.
Aku kuatkan rahimnya untuk menyimpan benih manusia.
Aku teguhkan pribadinya untuk terus berjuang saat yang lain menyerah.
Aku berikan rasa sensitif untuk mencinta anak-anakku dalam keadaan apa pun.
Aku kuatkan batinnya untuk tetap menyayangi, meski dikhianati oleh kawan, dan meski disakiti oleh suami dan anak-anaknya.
Ibumu adalah mahluk yang kuat.
Tetapi jika suatu saat, kamu melihatnya menangis, itu karena Aku memberinya airmata yang bisa digunakan sewaktu-waktu untuk membasuh luka batinnya, sekaligus untuk memberinya kekuatan baru..."
Happy Mother's Day
God Bless You forever...
(I love you, mommy.... forever.... miss you sooo much)
Friday, December 2, 2011
Benci... tapi rindu...
Aku seperti orang lagi jatuh cinta. Benci tapi rindu. Aku benci dengan diriku sendiri yang malas berdoa. Malas menyapaNya pagi-pagi. Malas dan malas..... tapi aku rindu....
Aku rindu menghirup udara pagi dan menikmati usapanNya yang lembut. Yang membuatku bersemangat untuk menjalani hari ini dan menyelesaikan tugasku dengan gembira.
Aku rindu bersimpuh di depan altar kecilku... dengan jari-jari menari di tiap bulatan rosario. Tidak bisa khusuk, karena suara mesin para pekerja berdesing. Namun menjadi irama penuh syukur di telingaku. Kebisingan itu, tanda ada aktivitas yang sedang berlangsung.
Kenapa aku tiba-tiba malas??? aku sendiri tidak tahu...
Hingga, beberapa hari lalu, tiba-tiba ada email masuk dari assistant@responsecenters.org. Aku bahkan sudah lupa, kapan aku pernah berhubungan dengan website ini.
Aku rindu menghirup udara pagi dan menikmati usapanNya yang lembut. Yang membuatku bersemangat untuk menjalani hari ini dan menyelesaikan tugasku dengan gembira.
Aku rindu bersimpuh di depan altar kecilku... dengan jari-jari menari di tiap bulatan rosario. Tidak bisa khusuk, karena suara mesin para pekerja berdesing. Namun menjadi irama penuh syukur di telingaku. Kebisingan itu, tanda ada aktivitas yang sedang berlangsung.
Kenapa aku tiba-tiba malas??? aku sendiri tidak tahu...
Hingga, beberapa hari lalu, tiba-tiba ada email masuk dari assistant@responsecenters.org. Aku bahkan sudah lupa, kapan aku pernah berhubungan dengan website ini.
Dalam emailnya, dia yang bernama Theresa, menyapaku begini:
Dear Lilik,
How are you doing? How have your conversations with God been going? What questions do you have for me today?
How are you doing? How have your conversations with God been going? What questions do you have for me today?
Aku membalasnya dengan pertanyaan yang tiba-tiba saja muncul di kepalaku:
How do I know His will?
Dan... hari ini Theresa membalas emailku....
Dear Lilik,
Hi. How are you doing?
I read your question and I know the only way to know His will is to keep praying and listening, and reading His Word. God reveals Himself in many ways. But mostly through those two ways.
Hi. How are you doing?
I read your question and I know the only way to know His will is to keep praying and listening, and reading His Word. God reveals Himself in many ways. But mostly through those two ways.
Waduuuh.... bagaikan di tampar!!... aku kelimpungan sendiri... sudah malas berdoa, jarang baca alkitab, eee...masih sok pingin tahun kehendak Tuhan apa sih???? gilaaa....!! aku malu sekali... dan yang membuat aku terharu.... Theresa menuliskan doa yang sangat indah dan menyentuh...
Lord, I lift Lilik up to You today. Thank You for saving her. She wants to know Your will so we ask that You would reveal that to her. Please talk to her and help her to know it's You. Please open Your Word, the Bible up to her that she might find Your will in there also. Please help her faith to grow, and for Lilik to know You more. In Jesus' Name we pray, Amen.
Kali ini, mataku berkaca-kaca... tears burning my throat...
Friday, November 25, 2011
Cintanya Savitri...
Aku belum pernah nonton sendratari. Walaupun dibilang, ini sendratari bagus yang sudah di resensi di Kompas dan untuk peresmian Kompas TV, tetap saja belum membuat aku tertarik.
Yah, sore itu kami berangkat juga. Pertunjukan mulai jam 20.00, sementara kami sudah tiba 30 menit sebelum gong tanda pertunjukan dimulai. Aku masih sempat membaca sinopsisnya. Ini penting karena aku nggak fasih memahami tembang jawa yang menjadi bahasa pengantar dalam sendratari tersebut. Begini sinopsisnya:
Savitri adalah putri Raja Aswapati. Dia diberi nama Savitri yang diambil dari sebuah kidung pemujaan, karena Savitri selain cantik, juga berbudi luhur. Ketika saatnya memilih jodoh, dia memilih Satyawan, anak Raja Dyumatsena yang buta dan tinggal hutan karena kerajaannya ditaklukan musuh.
Raja Aswapati berduka karena pilihannya tersebut, karena menurut para resi, usia Setyawan tinggal 1 tahun. Savitri kukuh pada pendiriannya dan memilih hidup tanpa kemewahan, di hutan bersama suaminya.
Ketika Dewa Yamadipati mencabut nyawa Setyawan, Savitri dengan tekad yang kuat mengikuti kemana arwah Setyawan dibawa pergi. Tersentuh kesetiaan Savitri, Dewa Yamadipati akhirnya mengembalikan nyawa Setyawan. Savitri telah membuktikan kekuatan cinta sejatinya.
Dialognya yang indah, dinyanyikan dalam tembang dengan suara yang merdu dan jernih:
Savitri : sumpah kula tan nedya krama yen sanes kaliyan kakang Setyawan (aku bersumpah untuk tidak menikah selain dengan kakang Setyawan)
Yamadipati: mangka wis mati, njur kepriye, nini (tapi dia sudah mati, terus bagaimana, nini)
Savitri: kasetyan nedya kula andemi golonging sedya sumusul kang pralaya (kesetiaan aku pegang dengan erat dan teguh untuk menyusul dia)
Sendratari Savitri dipentaskan dengan apik. Penari bisa menggambarkan kisahnya dengan penuh perasaan didukung lighting dan semburan asap yang membuat panggung seperti di awan. Penari-penarinya yang cantik menari dengan lemah gemulai. Dialog dalam tembang dinyanyikan secara langsung dengan suara yang indah dan jernih.
Walaupun aku tidak bisa mengikuti tembangnya secara keseluruhan tapi aku yakin, pasti bahasanya begitu puitis dan menyentuh hati, seperti dialog Savitri dan Dewa Yamadipati di atas.
Hhhhmmm.... masih adakah cinta sejati seperti Savitri? sementara di sekitar kita begitu banyak berita perceraian. Betapa rentannya cinta ketika banyak prahara datang. Begitu lemahnya manusia sehingga mudah menyerah. Cinta sejati, adalah cinta yang teguh, kokoh, kuat dan kebulatan tekad untuk bersatu. Kesetian adalah wujud dari sumpah untuk bersatu dalam suka dan duka, dalam untung dan malang, dalam keadaan sehat dan sakit.
Ternyata asik juga nonton sendratari. Aku berterimakasih pada sepupuku yang nekad membelikan tiket dan memaksaku untuk pergi. Selain terinspirasi untuk semakin kuat dan kukuh pada kesetian sumpah yang sudah di ucapkan di depan altar.... aku juga tertarik untuk belajar menari :)) .... (masih mungkin gak sih belajar nari di usia 52... ada nggak yang mau ngajari aku??)
Friday, November 18, 2011
Tuhan... aku malas berdoa...
Aku lagi malas berdoa. Berdoa yang aku maksudkan adalah mengikuti misa pagi. Menuju gereja, sambil berdoa rosario. Tepat jam tiga siang, saat alarm HP ku berbunyi, aku berdoa koronka. Biasanya berjalan dengan lancar, tanpa hari terlewati. Bahkan saat di perjalanan, atau ketika rosario ketinggalan, aku bisa menggunakan jari-jariku. Tapi, sekarang aku lagi malas.... entah kenapa...
Hidup doa yang biasanya begitu menyenangkan, penuh kedamaian karena dekat denganNya, sekarang terasa hampa. Jenuhkah? atau karena merasa tidak ada gunanya. Setidaknya untuk saat ini, saat tiba-tiba merasa tidak sabar menanti... hingga akhirnya dengan pasrah aku cuma bisa bilang... Tuhan, aku malas berdoa.
Mungkinkah ini sekedar jeda dalam kehidupan doaku. Sedikit menjauh untuk melihat karunia apa yang sudah Tuhan berikan ke aku. Mungkin aku seperti anak yang hilang. Baru ingin pergi menjauh sebentar, hingga nantinya kembali pulang dengan penuh kerinduan.
Kerinduan bersimpuh di depan altar mungilku. Menikmati kebersamaan yang indah, merasakan kasihNya yang luar biasa. Bagaikan anak hilang yang pulang dalam pelukan Bapanya.
Aku hanya ingin jujur pada diriku sendiri. Bahwa di saat kehampaan melanda, kehidupan doaku hanya sekedar rutinitas, hapalan. Aku tidak ingin mempersembahkan sesuatu yang tidak sungguh-sungguh ingin aku lakukan. Kepalsuan, kebohongan... tidak ada gunanya. Bukankah Tuhan Maha Tahu....
Sapaan-sapaan kecil lah yang saat ini sering aku lakukan. Sekedar berbisik : terimakasih, maturnuwun Gusti. Mendesah sambil menguap... Tuhan, aku mau tidur... ngantuk sekali.
Aku hanya ingin membiarkan hari-hariku berlalu dalam diam. Meringkuk di sudut hatiku sendiri, membiarkan Dia menguasai segalanya. Biarlah Dia merajai hatiku.
Aku senang sekali berada di hatimu. Aku ingin mengajarkan kepadamu sifat kanak-kanak rohani. Aku ingin engkau menjadi sangat kecil, sebab kalau engkau kecil, Aku dapat mendekapmu di dekat Hatiku, sama seperti saat ini engkau merengkuh Aku di dekat hatimu. ( Bacaan Harian St. Faustina no. 1481)
Hidup doa yang biasanya begitu menyenangkan, penuh kedamaian karena dekat denganNya, sekarang terasa hampa. Jenuhkah? atau karena merasa tidak ada gunanya. Setidaknya untuk saat ini, saat tiba-tiba merasa tidak sabar menanti... hingga akhirnya dengan pasrah aku cuma bisa bilang... Tuhan, aku malas berdoa.
Mungkinkah ini sekedar jeda dalam kehidupan doaku. Sedikit menjauh untuk melihat karunia apa yang sudah Tuhan berikan ke aku. Mungkin aku seperti anak yang hilang. Baru ingin pergi menjauh sebentar, hingga nantinya kembali pulang dengan penuh kerinduan.
Kerinduan bersimpuh di depan altar mungilku. Menikmati kebersamaan yang indah, merasakan kasihNya yang luar biasa. Bagaikan anak hilang yang pulang dalam pelukan Bapanya.
Aku hanya ingin jujur pada diriku sendiri. Bahwa di saat kehampaan melanda, kehidupan doaku hanya sekedar rutinitas, hapalan. Aku tidak ingin mempersembahkan sesuatu yang tidak sungguh-sungguh ingin aku lakukan. Kepalsuan, kebohongan... tidak ada gunanya. Bukankah Tuhan Maha Tahu....
Sapaan-sapaan kecil lah yang saat ini sering aku lakukan. Sekedar berbisik : terimakasih, maturnuwun Gusti. Mendesah sambil menguap... Tuhan, aku mau tidur... ngantuk sekali.
Aku hanya ingin membiarkan hari-hariku berlalu dalam diam. Meringkuk di sudut hatiku sendiri, membiarkan Dia menguasai segalanya. Biarlah Dia merajai hatiku.
Aku senang sekali berada di hatimu. Aku ingin mengajarkan kepadamu sifat kanak-kanak rohani. Aku ingin engkau menjadi sangat kecil, sebab kalau engkau kecil, Aku dapat mendekapmu di dekat Hatiku, sama seperti saat ini engkau merengkuh Aku di dekat hatimu. ( Bacaan Harian St. Faustina no. 1481)
Tuesday, November 15, 2011
Perkawinan (Selamatan)
Saat ini, tubuh terasa melayang-layang. Antara pingin tidur, capek... tapi nggak bisa tidur. Semalam kami baru sampai di rumah jam 11 malam, setelah mengadakan wisata perkawinan selama 3 hari ke Blitar, Jawa Timur. Jumat, Sabtu dan Minggu. Yang menikah adalah putra pertama dari sepupu suamiku. Pengantin wanita berasal dari Blitar. Yang unik adalah perayaan yang berlangsung selama beberapa hari, karena keluarga pengantin putri menerapkan budaya perkawinan dengan ketat. Sementara itu, di Wedi, Klaten kami juga mengikuti peraturan yang umumnya dilakukan untuk merayakan perkawinan.
"ater-ater"
Selasa siang, kami mulai sibuk belanja untuk membuat "ater-ater" selamatan untuk keluarga dan para tetangga. Aku bisa mengikuti proses ini semua, karena mereka tinggal satu halaman denganku. Masaknya saja di halaman depan rumahku. Awalnya, aku hanya ingin melihat bagaimana persiapan ini semua di selenggarakan. Namun, akhirnya aku bahkan ikut terlibat di dalamnya. Tidak disangka begitu heboh dan rumit. Seumur hidup baru sekarang ini aku melihat bagaimana mereka membuat ater-ater yang penuh dengan makanan unik. Ketika aku bertanya apa arti setiap makanan yang dibuat, mengapa dan tujuannya apa? tidak ada yang tahu. Tukang masak yang sudah ahli menyajikan semuanya pun, tidak tahu. Pokoknya ya harus dibuat seperti itu. Tidak boleh diganti, dan memang sudah turun temurun seperti itu.
Namun, sebelum semua jenis makanan di masukkan dalam doos, diambil sedikit untuk sesajian yang nanti akan didoakan bersama. Sesajian dilengkapi dengan "ingkung", satu ekor ayam yang dimasak dengan santan. Pelengkap lainnya adalah pisang raja.
Setelah semalam suntuk kami masak (aku pamit jam 23.30, sementara mereka baru selesai jam 2 pagi). Masih dilanjutkan di keesokan harinya, hingga akhirnya tepat pukul 12 siang semua doos sudah bisa di hantarkan ke semua keluarga, kerabat dan tetangga.
Semula, aku merasa malu karena tidak tahu menahu tentang tata cara selamatan untuk menyongsong sebuah acara perkawinan. Tapi, akhirnya menjadi lega karena banyak juga yang heran dengan isi doos selamatan yang tidak biasa. Penuh dengan aneka masakan yang unik, bahkan ada yang tidak tahu maksudnya. Seperti ada sepotong kacang panjang dan cabai merah.
Apapun artinya, pasti tujuannya baik. Yang pasti, menjadi sajian makan siang yang lain dari biasanya. Dan ini menjadi kenangan... menjadi cerita yang sering diobrolkan dari waktu ke waktu... dan pasti akan menjadi kenangan cerita yang indah pula bagi sepasang pengantin ini nantinya, di masa tua. Salah satu tujuan doanya adalah perkawinan mereka langgeng sampai tua.
Hhhhhmmmm.... aku jadi mengenang bagaimana pesta perkawinan dulu...
"ater-ater"
Selasa siang, kami mulai sibuk belanja untuk membuat "ater-ater" selamatan untuk keluarga dan para tetangga. Aku bisa mengikuti proses ini semua, karena mereka tinggal satu halaman denganku. Masaknya saja di halaman depan rumahku. Awalnya, aku hanya ingin melihat bagaimana persiapan ini semua di selenggarakan. Namun, akhirnya aku bahkan ikut terlibat di dalamnya. Tidak disangka begitu heboh dan rumit. Seumur hidup baru sekarang ini aku melihat bagaimana mereka membuat ater-ater yang penuh dengan makanan unik. Ketika aku bertanya apa arti setiap makanan yang dibuat, mengapa dan tujuannya apa? tidak ada yang tahu. Tukang masak yang sudah ahli menyajikan semuanya pun, tidak tahu. Pokoknya ya harus dibuat seperti itu. Tidak boleh diganti, dan memang sudah turun temurun seperti itu.
Nasi yang dibulatkan segenggaman tangan |
Tempe goreng |
Telur dadar |
Sayur tempe dimasak santan |
Sayur gori |
Ikan asin dan kedelai hitam digoreng |
Srundeng |
Bumbu gudangan mungil |
Sambal |
Tertata rapi dalam doos, dengan nasi gurih di tengahnya, dan ayam goreng |
Sesajian untuk didoakan |
"Ingkung" |
Pisang raja |
Semula, aku merasa malu karena tidak tahu menahu tentang tata cara selamatan untuk menyongsong sebuah acara perkawinan. Tapi, akhirnya menjadi lega karena banyak juga yang heran dengan isi doos selamatan yang tidak biasa. Penuh dengan aneka masakan yang unik, bahkan ada yang tidak tahu maksudnya. Seperti ada sepotong kacang panjang dan cabai merah.
Apapun artinya, pasti tujuannya baik. Yang pasti, menjadi sajian makan siang yang lain dari biasanya. Dan ini menjadi kenangan... menjadi cerita yang sering diobrolkan dari waktu ke waktu... dan pasti akan menjadi kenangan cerita yang indah pula bagi sepasang pengantin ini nantinya, di masa tua. Salah satu tujuan doanya adalah perkawinan mereka langgeng sampai tua.
Hhhhhmmmm.... aku jadi mengenang bagaimana pesta perkawinan dulu...
Monday, November 7, 2011
Ibu, dalam kenangan
Tiba-tiba aku kangen ibu. Rindu menyusup dibawah ketiaknya. Membaui aroma yang segar dan sedap, karena ibu seorang vegetarian. Kehangatan yang wangi, terbawa hingga kini. Aku seorang ibu, dengan dua anak dewasa yang sudah tidak tinggal lagi serumah. Apa yang akan anak-anakku kenang tentang aku nantinya??
Ibuku meninggal dalam usia yang masih cukup muda, 56 tahun. Beliau seorang yang berhati lembut, rendah hati namun penuh semangat. Sayangnya, ibu tidak suka pergi ke dokter. Menjelang usia 50 tahun, sering di bujuk untuk check up, tapi selalu ditolak. Alasannya aneh "nanti ketahuan penyakitnya...". Dan tidak ada seorangpun yang berhasil membujuk beliau.
Pagi itu, 8 Agustus 1981. Seperti biasa pagi-pagi ibu sudah berencana pergi dengan temannya. Kegiatan ibu-ibu Dharma Wanita. Kebetulan aku masih di rumah dengan mbakku, ketika tiba-tiba aku mendengar ibu berteriak "aku kok nggak merasa apa-apa..". Waktu aku dan mbakku berlari mendekat, ibu sedang duduk lemas di kursi dekat meja telpon. Beliau baru saja meletakkan telpon, setelah mengadakan janji dengan temannya untuk pergi.
Berdua kami menidurkan ibu di sofa. Dan aku langsung menghubungi bapak yang sudah berada di kantor. Aku melihat kondisi ibu semakin lemah. Ketika aku melihat bibirnya mulai miring, aku sadar ibu pasti terserang stroke. Aku cuma bisa berbisik di telinganya "ibu berdoa ya... berdoa terus... jangan putus... bapak sudah dalam perjalanan". Ibu cuma mengangguk, itulah terakhir kali aku bisa berkomunikasi dengan ibu dalam keadaan sadar.
Tak lama kemudian bapak datang, dan ibu segera di bawa ke rumah sakit. Ketika di mobil, aku melihat wajah ibu tidak bereaksi ketika terkena sinar matahari, aku semakin kawatir melihat tubuhnya yang pasif.
Ibu terkena stroke. Sayang pendarahan ada di otak kecil. Maka setelah 38 jam berjuang, beliau pergi. 9 Agustus 1981, aku menjadi anak yatim. Hanya dua bulan setelah kami mengadakan selamatan 1000 hari meninggalnya adikku...
Aku ingat, setelah peringatan 1000 hari meninggalnya adik, ibu bercerita kalau mimpi bertemu adikku di pantai. Adik kelihatan masih kecil. Dia mendekati ibu sambil membawa balon. Tiba-tiba adik terbang bersama balon yang bertuliskan "berdoa". Tidak disangka ibu akhirnya pergi menemani adikku. Walaupun aku begitu kehilangan, tapi aku merasa senang ibu bersatu dengan adikku. Aku masih memiliki bapak yang dalam tekadku, ingin aku temani sampai akhir hayatnya....
Hari ini aku cuma ingin berbisik... ibu.. aku kangen....
Ibuku meninggal dalam usia yang masih cukup muda, 56 tahun. Beliau seorang yang berhati lembut, rendah hati namun penuh semangat. Sayangnya, ibu tidak suka pergi ke dokter. Menjelang usia 50 tahun, sering di bujuk untuk check up, tapi selalu ditolak. Alasannya aneh "nanti ketahuan penyakitnya...". Dan tidak ada seorangpun yang berhasil membujuk beliau.
Pagi itu, 8 Agustus 1981. Seperti biasa pagi-pagi ibu sudah berencana pergi dengan temannya. Kegiatan ibu-ibu Dharma Wanita. Kebetulan aku masih di rumah dengan mbakku, ketika tiba-tiba aku mendengar ibu berteriak "aku kok nggak merasa apa-apa..". Waktu aku dan mbakku berlari mendekat, ibu sedang duduk lemas di kursi dekat meja telpon. Beliau baru saja meletakkan telpon, setelah mengadakan janji dengan temannya untuk pergi.
Berdua kami menidurkan ibu di sofa. Dan aku langsung menghubungi bapak yang sudah berada di kantor. Aku melihat kondisi ibu semakin lemah. Ketika aku melihat bibirnya mulai miring, aku sadar ibu pasti terserang stroke. Aku cuma bisa berbisik di telinganya "ibu berdoa ya... berdoa terus... jangan putus... bapak sudah dalam perjalanan". Ibu cuma mengangguk, itulah terakhir kali aku bisa berkomunikasi dengan ibu dalam keadaan sadar.
Tak lama kemudian bapak datang, dan ibu segera di bawa ke rumah sakit. Ketika di mobil, aku melihat wajah ibu tidak bereaksi ketika terkena sinar matahari, aku semakin kawatir melihat tubuhnya yang pasif.
Ibu terkena stroke. Sayang pendarahan ada di otak kecil. Maka setelah 38 jam berjuang, beliau pergi. 9 Agustus 1981, aku menjadi anak yatim. Hanya dua bulan setelah kami mengadakan selamatan 1000 hari meninggalnya adikku...
Aku ingat, setelah peringatan 1000 hari meninggalnya adik, ibu bercerita kalau mimpi bertemu adikku di pantai. Adik kelihatan masih kecil. Dia mendekati ibu sambil membawa balon. Tiba-tiba adik terbang bersama balon yang bertuliskan "berdoa". Tidak disangka ibu akhirnya pergi menemani adikku. Walaupun aku begitu kehilangan, tapi aku merasa senang ibu bersatu dengan adikku. Aku masih memiliki bapak yang dalam tekadku, ingin aku temani sampai akhir hayatnya....
Hari ini aku cuma ingin berbisik... ibu.. aku kangen....
Tuesday, October 18, 2011
Orang penting
Awal bulan ini, anakku mendapat kesempatan kunjungan ke Pabrik Sido muncul di Ungaran. Dari ceritanya yang menggebu-gebu tentang pabrik tersebut (bisa dibaca di blognya www.sparklingjourney.blogspot.com), yang paling menarik bagiku adalah siapa yang meresmikan pabrik seluas 60 ha itu?? tebak siapa???? pasti yang terbanyang adalah orang-orang terkenal, berpangkat, punya kedudukan tinggi di pemerintahan... tapi ternyata yang diberi penghormatan untuk meresmikan pabrik tersebut dan tentunya dia adalah orang penting yang dianggap pantas meresmikannya. Orang itu adalah Mbah Marijan (almarhum).
Apa pendapatmu???
Menunduk
Di depan pintu "aparteman lucuku", selalu tersedia 2 sandal jepit. Yang kecil berwarna hitam, milikku. Yang bersar berwarna merah, milik suamiku. Pagi itu, aku tergesa ke pasar, karena harus berbelanja sayuran untuk hidangan makan siang karyawan. Ketika sampai jalan besar, aku menunduk, dan baru sadar kalau kaki kiri dan kananku menggunakan sandal jepit yang berbeda. Satu hitam, satu merah. Dengan malu, sambil celingukan...... kawatir ada yang melihat, aku kembali pulang. Setelah menukar sandal, baru aku berangkat lagi ke pasar.
Beruntung aku menunduk, jadi tahu kalau sandalku beda. Coba aku berjalan tegak, tanpa tengok kanan kiri, apalagi menunduk. Bisa jadi aku jadi bahan tertawaan orang di sepanjang jalan... atau di dalam pasar... maluuuuunnyaaaa....
Sering kita terlalu cepat protes ketika seseorang menegur kita, mengingatkan, mengkritik, atau menggunjingkan kita. Bawel banget nih orang.... Emang gue pikirin??? atau it's not your bussiness.. OK!!....
Emang sebel sih, kalau jadi gunjingan orang... apalagi orang tersebut tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Belum lagi bumbunya semakin gurih sekali buat di cicipi sana sini.....
Apa salahnya kita menunduk sebentar... jangan-jangan emang bener omongan orang itu. Jangan-jangan masukan mereka pas buat kita.... baru deh.. kalau pendapat mereka salah dan sudah berbumbu sedaaaap... kita abaikan saja... EGP!!....
Beruntung aku menunduk, jadi tahu kalau sandalku beda. Coba aku berjalan tegak, tanpa tengok kanan kiri, apalagi menunduk. Bisa jadi aku jadi bahan tertawaan orang di sepanjang jalan... atau di dalam pasar... maluuuuunnyaaaa....
Sering kita terlalu cepat protes ketika seseorang menegur kita, mengingatkan, mengkritik, atau menggunjingkan kita. Bawel banget nih orang.... Emang gue pikirin??? atau it's not your bussiness.. OK!!....
Emang sebel sih, kalau jadi gunjingan orang... apalagi orang tersebut tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Belum lagi bumbunya semakin gurih sekali buat di cicipi sana sini.....
Apa salahnya kita menunduk sebentar... jangan-jangan emang bener omongan orang itu. Jangan-jangan masukan mereka pas buat kita.... baru deh.. kalau pendapat mereka salah dan sudah berbumbu sedaaaap... kita abaikan saja... EGP!!....
Sunday, October 16, 2011
Hari Minggunya Zulu
Setiap dua minggu sekali Zulu mandi. Dulu, biasanya dimandikan sendiri. Ternyata butuh waktu 2 jam memandikannya dan harus ditangani 2 orang. Memandikannya pun ternyata ada cara yang khusus. Akhirnya kami memilih memanggil orang yang kerjanya memandikan anjing, namanya pak Mardi dan istrinya.
Minggu ini, Zulu sudah kucel dan waktunya mandi. Pak Mardi yang sudah biasa datang tetap saja di gonggong, karena Zulu nggak suka mandi. Tapi, pak Mardi pinter merayu, hingga akhirnya Zulu mau juga digiring keluar dapur dan dirantai diluar.
Pertama-tama pak Mardi menyisir dan memotong rambutnya yang gimbal, terutama di belakang telinga. Setelah acara potong rambut selesai, telinga Zulu ditutup dengan kapas, dia siap dimandikan. Lihat, berapa banyak shampoo yang dibutuhkan untuknya. Selain di shampoo, Zulu juga dibersihkan kutunya, kemudian diberi obat. Tapi kalau kutunya sudah terlalu banyak, kami biasanya memanggil dokter. Nanti sore Zulu akan disuntik obat kutu. Dokter keliling ini juga mudah dihubungi. Tinggal di sms, dokternya akan datang.
Selesai acara mandi, Zulu di keringkan dengan handuk, kemudian di hair dryer. Perlu waktu lama dan harus benar-benar kering. Kalau nggak , bulunya cepat bau. Acara mengeringkan ini paling tidak disukainya. Selain lama, juga mungkin terlalu panas buat dia. Zulu menggongong terus. Bayangkan suaranya yang barito mengumandang sampai kemana-mana.
Akhirnya.... selesainya sudah. Zulu yang ganteng dan wangi... siap bergaya untuk di foto.
potong rambut yang gimbal dulu |
ayo merem, biar ga kemasukan shampoo |
di blow dulu..... |
Zulu yang ganteng dan wangi.. siap berpose |
Monday, October 3, 2011
Ulang tahun ke 52
Rumah di jln cemorojajar 19-Jogja |
Kami berkeliling, dan setiap sudut rumah itu masih dilestarikan. Tidak banyak perubahan yang berarti. Cerita yang muncul adalah ingatan yang paling berkesan ketika kami tinggal disana.
Kakakku masih ingat, bagaimana kami berempat (anak-anak yang paling kecil waktu itu), paling senang meluncur di depan kamar mandi. Lantainya sengaja diberi air sabun biar licin. Ketika aku kemarin melihat tempat itu lagi... ternyata memang cukup luas untuk empat anak kecil bermain disitu.
Ada lantai, yang mbakku masih ingat dengan jelas, kami berdua suka main bekelan di situ. Lantai itu istimewa, karena kalau kami melempar bola, suaranya aneh. Lucu banget!.
Kami mengenang setiap sudut rumah |
Pohon sawo, di halaman belakang sudah tidak ada. Dulu, kalau malam ada suara "gedebug"... sawo jatuh.. keesokannya, kami berebut untuk mengambilnya.
Bahagianya aku, di hari ulangtahunku, bisa berkumpul bersama keluarga. Ada kehangatan merayap di hati, menikmati kemanjaan yang mereka berikan ke aku. Di usia, semuanya di atas tengah baya, sikap sayang mereka ke aku, adik terkecilnya masih terasa hingga kini.
Dan hadiah terindah lainnya adalah ketika ternyata ini semua... yang mentraktir adalah anak-anakku. Woow.... hadiah terindah dari hasil keringat mereka.
Terimakasih Tuhan.. untuk perasaan bahagia yang tertumpah di hari ini.
Friday, September 30, 2011
Secangkir teh dengan senyum
Cangkir lucu ini hadiah natal dari anak perempuanku beberapa tahun lalu. Sudah lupa tepatnya kapan, tapi yang jelas dari 6 set sekarang tinggal 3 karena pecah. Jadi pasti sudah lama sekali cangkir ini menemani pagi hariku dengan senyumnya yang cerah.
Setiap kali melihatnya, aku pasti ikutan tersenyum. Betapa mudahnya, membuat orang lain tersenyum. Tinggal membuat kopi atau teh... dan senyum kita ikut merekah bersama cangkir lucu ini.
Tapi kalau hati sedang galau, sedih, marah, kecewa.... tidak ada istimewanya memandang cangkir ini. Semua bagai tertutup mendung. Hati tidak mampu melihat sinar yang sebetulnya selalu ada, tapi tidak terlihat.
Doa pagi, membawa suasana damai, menghatar ketenangan untuk menyambut hari ini dengan gembira. Dan senyum di cangkir tehku, mengajakku untuk tersenyum untuk orang-orang yang aku sayangi.
Selamat pagi semua, keep Smile....
Have a nice weekend
Setiap kali melihatnya, aku pasti ikutan tersenyum. Betapa mudahnya, membuat orang lain tersenyum. Tinggal membuat kopi atau teh... dan senyum kita ikut merekah bersama cangkir lucu ini.
Tapi kalau hati sedang galau, sedih, marah, kecewa.... tidak ada istimewanya memandang cangkir ini. Semua bagai tertutup mendung. Hati tidak mampu melihat sinar yang sebetulnya selalu ada, tapi tidak terlihat.
Doa pagi, membawa suasana damai, menghatar ketenangan untuk menyambut hari ini dengan gembira. Dan senyum di cangkir tehku, mengajakku untuk tersenyum untuk orang-orang yang aku sayangi.
Selamat pagi semua, keep Smile....
Have a nice weekend
Sunday, September 25, 2011
Sepotong Mangga
Sekarang lagi musim buah mangga. Buah yang manis dan segar untuk di santap setelah makan siang. Seperti biasa, setelah makan, aku mengambil satu buah mangga dari kulkas. Cukup satu untuk berdua. Dan aku mulai mengupasnya di satu sisi bagian mangga kemudian aku membaginya 2. Pasti potonganku tidaklah sempurna, karena yang satu kecil dan satunya lagi besar. Aku menawarkannya ke suami, dan dia mengambil bagian yang kecil dan aku diberinya bagian yang besar.
Pasti sudah ribuan kali dalam perkawinanku yang berusia 27 tahun, aku mengupas mangga untuk kami berdua maupun untuk seluruh keluarga. Tapi kenapa kali ini lain??
Perbedaan pendapat dalam kehidupan suami-istri adalah biasa. Banyak yang bilang, suami-istri harus beradaptasi seumur hidup. Tidak boleh berhenti, tidak boleh putus asa, harus terus berupaya supaya perkawinan menjadi langgeng sampai kaken-ninen.
Kenyataannya, memang tidak mudah mengerti dan memahami pasangan masing-masing.
Sepotong mangga, membuatku mengerti dan memahami. Mengapa suamiku mengambil bagian yang kecil, dan memberiku bagian yang besar?? pasti bukan sekedar mengalah, tapi memang karena dia ingin memberikan yang terbaik dan terbesar untukku.
Aku sering melakukan hal yang sama, ketika suamiku yang mengupas mangga. Aku juga selalu mengambil bagian yang kecil, dan menyisihkan yang besar. Sekedar ungkapan terimakasih karena sudah mengupaskan mangga untukku. Kami melakukan hal yang sama, ingin memberikan yang terbaik dan terbesar yang mampu kami berikan.
Peristiwa kecil ini membuat aku sadar. Aku lebih sering melihat, bagaimana aku rela mengambil yang kecil, untuk memberikannya yang besar. Sementara aku tidak memperhatikan bahwa dia juga melakukan hal yang sama untukku. Memberiku yang besar, dan mengambil bagian kecil untuk dirinya sendiri.
Aku selalu berkutat pada perasaan bahwa aku sudah melakukan yang terbaik terus menerus, hingga membutakan mataku untuk melihat apa yang dia lakukan untukku. Sikap seperti ini berkembang menjadi lebih buruk lagi, ketika aku mengharapkan dia melakukan hal yang sama kepadaku, dengan ukuran yang aku tentukan. Pasti tidak mudah bagi dia untuk melakukan hal yang sama persis seperti yang aku lakukan. Hingga rasanya harapanku tidak pernah terpenuhi. Lama-lama pengorbanan yang semula dilakukan dengan tulus hati, menjadi beban yang semakin berat setiap hari. Bertumpuk-tumpuk, dan semakin membutakan mata dan juga hatiku untuk melihat apa yang dilakukannya untukku.
Kini aku memilih untuk menikmati potongan besar yang diberikan suamiku kepadaku. Menikmati setiap hal yang dilakukan untukku, sebagai bagian terbesar yang dia berikan untukku. Berterimakasih untuk semangat kerjanya, untuk membangun mimpi ke depan, untuk mendampingi setiap peristiwa dalam perjalanan perkawinan kami, dan untuk setiap ucapan terimakasih atas semua yang aku lakukan untuknya. Dan tindakan sekecil apapun yang dia lakukan ... menjadi berkah yang besar untukku.
Terimakasih Tuhan, untuk membuka mata dan hatiku hingga mampu menikmati kelimpahan berkahmu, dalam setiap langkahku. Amin.
Pasti sudah ribuan kali dalam perkawinanku yang berusia 27 tahun, aku mengupas mangga untuk kami berdua maupun untuk seluruh keluarga. Tapi kenapa kali ini lain??
Perbedaan pendapat dalam kehidupan suami-istri adalah biasa. Banyak yang bilang, suami-istri harus beradaptasi seumur hidup. Tidak boleh berhenti, tidak boleh putus asa, harus terus berupaya supaya perkawinan menjadi langgeng sampai kaken-ninen.
Kenyataannya, memang tidak mudah mengerti dan memahami pasangan masing-masing.
Sepotong mangga, membuatku mengerti dan memahami. Mengapa suamiku mengambil bagian yang kecil, dan memberiku bagian yang besar?? pasti bukan sekedar mengalah, tapi memang karena dia ingin memberikan yang terbaik dan terbesar untukku.
Aku sering melakukan hal yang sama, ketika suamiku yang mengupas mangga. Aku juga selalu mengambil bagian yang kecil, dan menyisihkan yang besar. Sekedar ungkapan terimakasih karena sudah mengupaskan mangga untukku. Kami melakukan hal yang sama, ingin memberikan yang terbaik dan terbesar yang mampu kami berikan.
Peristiwa kecil ini membuat aku sadar. Aku lebih sering melihat, bagaimana aku rela mengambil yang kecil, untuk memberikannya yang besar. Sementara aku tidak memperhatikan bahwa dia juga melakukan hal yang sama untukku. Memberiku yang besar, dan mengambil bagian kecil untuk dirinya sendiri.
Aku selalu berkutat pada perasaan bahwa aku sudah melakukan yang terbaik terus menerus, hingga membutakan mataku untuk melihat apa yang dia lakukan untukku. Sikap seperti ini berkembang menjadi lebih buruk lagi, ketika aku mengharapkan dia melakukan hal yang sama kepadaku, dengan ukuran yang aku tentukan. Pasti tidak mudah bagi dia untuk melakukan hal yang sama persis seperti yang aku lakukan. Hingga rasanya harapanku tidak pernah terpenuhi. Lama-lama pengorbanan yang semula dilakukan dengan tulus hati, menjadi beban yang semakin berat setiap hari. Bertumpuk-tumpuk, dan semakin membutakan mata dan juga hatiku untuk melihat apa yang dilakukannya untukku.
Kini aku memilih untuk menikmati potongan besar yang diberikan suamiku kepadaku. Menikmati setiap hal yang dilakukan untukku, sebagai bagian terbesar yang dia berikan untukku. Berterimakasih untuk semangat kerjanya, untuk membangun mimpi ke depan, untuk mendampingi setiap peristiwa dalam perjalanan perkawinan kami, dan untuk setiap ucapan terimakasih atas semua yang aku lakukan untuknya. Dan tindakan sekecil apapun yang dia lakukan ... menjadi berkah yang besar untukku.
Terimakasih Tuhan, untuk membuka mata dan hatiku hingga mampu menikmati kelimpahan berkahmu, dalam setiap langkahku. Amin.
Saturday, September 24, 2011
Andai besok aku mati....
Dua bulan lalu aku ikut kunjungan ke sebuah panti asuhan anak-anak cacat ganda di Kalasan. Tempat itu SLB Ganda Daya Ananda, Yayasan cabang Sayap Ibu DIY-Jogjakarta, yang berlokasi di Kalasan. Kunjungan tersebut dalam rangka ulang tahun adik iparku. Beserta rombongan karyawannya dalam bis kecil, dan 3 kendaraan pribadi untuk keluarga, kami datang dengan hadiah ulang tahun yang berbentuk berbagai sumbangan untuk mereka.
Suci
Kesan pertama melihat mereka, adalah trenyuh... dan gak bisa bicara. Mereka sudah dibuang oleh orangtuanya, cacat... ganda lagi. Ada bayi 1, lainnya anak-anak hingga remaja. Jumlahnya kurang lebih 35 anak. 35 anak yang terbuang... tidak mengenal kasih sayang orangtuanya, kecuali pengasuhnya yang berjumlah 12 orang.
Ketika mereka menyanyikan lagi "selamat ulang tahun"... aku kaget.. karena lagu tersebut dinyanyikan dengan nada yang tidak jelas. Barulah aku sadar... mereka bahkan tidak tahu bagaimana indahnya irama. Ada 2 anak kecil yang bisa "bergaya" ketika kami memotretnya. Gayanya, tetap membuat kami trenyuh. Betapa menderitanya mereka.... benarkah demikian?
Aku bertanya pada diri sendiri... benarkah mereka menderita? sakit? kesepian? sedih?... Ada anak yang terpaksa harus diikat tangannya, karena tangannya akan memukul kepalanya terus kalau bebas bergerak. Ada yang tiba-tiba memukulkan kepalanya di tembok. Dan, ada yang hanya terbaring lunglai... hingga ajal menjemput. Sudah ada 4 anak yang meninggal di panti asuhan tersebut, karena memang cacat tubuh dan mentalnya tidak bisa membuat mereka berusia panjang.
Bagiku, mereka adalah ciptaan Tuhan yang paling suci. Sejak lahir mereka tidak pernah berbuat dosa. Apalagi dengan kesadaran melakukan dosa. Mereka adalah anak-anak yang suci tempat kita berkaca untuk melihat kedalam diri kita sendiri.
"Tuhan tidak akan mencobai umatNya di luar kemampuan" ........tidak berlaku untuk mereka. Kitalah yang sedang dicoba olehNya. Seberapa jauh kita sudah berbuat untuk mereka?? seberapa jauh kita menggunakan kemampuan kita untuk membantu mereka hingga kita benar-benar bisa berkata "aku tidak mampu lagi..."... sudahkah kita mencoba???
"Tuhan punya rencana indah untuk setiap orang"
Di sekitar kita, apabila kita mau membuka mata dan hati, begitu banyak orang yang miskin, terhina, disingkirkan, sedih, kesepian, terlupakan, sakit, hidup dalam ketidak adilan dll. Akhir-akhir ini juga banyak bencana alam, kematian, kehilangan harta benda, ketakutan, kekawatiran.
Dimanakah kita berada? jauuuuh... mereka ada di benua lain, negara lain, kota lain, daerah lain... apa peduliku? atau dia ada di dekat kita tapi kita tidak peduli? "emang gue pikirin.... aku juga lagi susah!"....
Tapi, mereka tetap ada untuk menguji cinta kita kepadaNya.
Bisakah kita merasakah indahnya berbagi berkah, berbagi waktu, berbagi perasaan dengan mereka?. Atau sedikit menyisipkan doa untuk mereka? Keindahan rencanaNya, bukan sebuah pertanyaan dan harapan supaya mereka mendapatkan keindahan hidup, melainkan bagaimana kita menikmati keindahan dengan memberi dan berbagi dalam bentuk apapun juga kepada mereka.
Ah.. betapa mudahnya aku bicara, betapa indahnya kalimat yang aku buat... "well said"... apa artinya?
Andai besok aku mati...
Apa yang bisa aku ceritakan kepada Tuhanku.. apabila Dia bertanya "apa yang sudah kamu lakukan untukKu??"
Dengan malu aku hanya bisa menjawab.
Aku hanya 2 kali berkunjung ke panti asuhan cacat ganda, dengan sumbangan yang ala kadarnya.
Aku lebih sering berdoa untuk diriku sendiri dari pada mereka.
Aku memang sudah menghantar anak-anakku untuk hidup mandiri, semoga saja cukup untuk mereka meniti hidupnya.
Aku meluangkan sedikit waktuku untuk memasak bagi karyawanku. Sedikit berbagai makanan dan kue untuk orang-orang di sekitarku. Kadang menghantar kue untuk ibu mertua dan saudaraku. Mengunjunginya sesekali, dan menemani ibu ketika sakit. Mengirim sms, menulis email untuk menyapa teman-teman.
Duuuh... kenapa aku semakin malu melihat jawabanku. Betapa banyak hal terlewatkan....
Pantaskah aku menghujat Tuhanku...? mengapa dia membiarkan bencana terjadi, mengapa ada anak-anak cacat ganda, mengapa ada yang terlahir di daerah miskin, yang membuat mereka tidak memiliki pilihan untuk hidup baik?
Mengapa aku tidak bertanya pada diri sendiri, menudingkan jari ini ke diri sendiri?
Bukan bertanya mengapa Tuhan tidak berbuat sesuatu kepada mereka? tapi mengapa aku tidak berbuat sesuatu untuk mereka?
Kesempatan
Kalau mereka tidak punya kesempatan untuk hidup baik, karena cacat ganda sejak lahir, karena bencana, karena terlahir di tempat yang sangat miskin.... kita PUNYA!!.
Aku terlahir utuh, tanpa cacat... dengan pikiran yang memampukanku untuk melakukan banyak hal. Seharusnya semua kulakukan tidak hanya untuk diri sendiri, tapi untuk membantu mereka yang tidak punya kesempatan untuk itu.
Semoga di usiaku yang sudah lebih dari setengah abad ini, aku diberi jalan untuk melakukan lebih dari yang sebelumnya. Menggunakan kesempatan yang ada untuk lebih banyak berbagi dengan orang lain, dalam bentuk apapun juga.
Dan semoga aku tidak mati besok... supaya aku tidak memberikan jawaban yang memalukan karena selama ini aku belum melakukan tugasku dengan baik...
Note:
Penghormatan tertinggi aku haturkan untuk para pengasuh anak-anak cacat ganda di seluruh dunia. Selamat atas kesuksesan mereka mengisi hidupnya dengan melayani, mencintai, dan merawat orang-orang yang tidak memiliki kesempatan dan pilihan hidup.
Suci
Kesan pertama melihat mereka, adalah trenyuh... dan gak bisa bicara. Mereka sudah dibuang oleh orangtuanya, cacat... ganda lagi. Ada bayi 1, lainnya anak-anak hingga remaja. Jumlahnya kurang lebih 35 anak. 35 anak yang terbuang... tidak mengenal kasih sayang orangtuanya, kecuali pengasuhnya yang berjumlah 12 orang.
Ketika mereka menyanyikan lagi "selamat ulang tahun"... aku kaget.. karena lagu tersebut dinyanyikan dengan nada yang tidak jelas. Barulah aku sadar... mereka bahkan tidak tahu bagaimana indahnya irama. Ada 2 anak kecil yang bisa "bergaya" ketika kami memotretnya. Gayanya, tetap membuat kami trenyuh. Betapa menderitanya mereka.... benarkah demikian?
Aku bertanya pada diri sendiri... benarkah mereka menderita? sakit? kesepian? sedih?... Ada anak yang terpaksa harus diikat tangannya, karena tangannya akan memukul kepalanya terus kalau bebas bergerak. Ada yang tiba-tiba memukulkan kepalanya di tembok. Dan, ada yang hanya terbaring lunglai... hingga ajal menjemput. Sudah ada 4 anak yang meninggal di panti asuhan tersebut, karena memang cacat tubuh dan mentalnya tidak bisa membuat mereka berusia panjang.
Bagiku, mereka adalah ciptaan Tuhan yang paling suci. Sejak lahir mereka tidak pernah berbuat dosa. Apalagi dengan kesadaran melakukan dosa. Mereka adalah anak-anak yang suci tempat kita berkaca untuk melihat kedalam diri kita sendiri.
"Tuhan tidak akan mencobai umatNya di luar kemampuan" ........tidak berlaku untuk mereka. Kitalah yang sedang dicoba olehNya. Seberapa jauh kita sudah berbuat untuk mereka?? seberapa jauh kita menggunakan kemampuan kita untuk membantu mereka hingga kita benar-benar bisa berkata "aku tidak mampu lagi..."... sudahkah kita mencoba???
"Tuhan punya rencana indah untuk setiap orang"
Di sekitar kita, apabila kita mau membuka mata dan hati, begitu banyak orang yang miskin, terhina, disingkirkan, sedih, kesepian, terlupakan, sakit, hidup dalam ketidak adilan dll. Akhir-akhir ini juga banyak bencana alam, kematian, kehilangan harta benda, ketakutan, kekawatiran.
Dimanakah kita berada? jauuuuh... mereka ada di benua lain, negara lain, kota lain, daerah lain... apa peduliku? atau dia ada di dekat kita tapi kita tidak peduli? "emang gue pikirin.... aku juga lagi susah!"....
Tapi, mereka tetap ada untuk menguji cinta kita kepadaNya.
Bisakah kita merasakah indahnya berbagi berkah, berbagi waktu, berbagi perasaan dengan mereka?. Atau sedikit menyisipkan doa untuk mereka? Keindahan rencanaNya, bukan sebuah pertanyaan dan harapan supaya mereka mendapatkan keindahan hidup, melainkan bagaimana kita menikmati keindahan dengan memberi dan berbagi dalam bentuk apapun juga kepada mereka.
Ah.. betapa mudahnya aku bicara, betapa indahnya kalimat yang aku buat... "well said"... apa artinya?
Andai besok aku mati...
Apa yang bisa aku ceritakan kepada Tuhanku.. apabila Dia bertanya "apa yang sudah kamu lakukan untukKu??"
Dengan malu aku hanya bisa menjawab.
Aku hanya 2 kali berkunjung ke panti asuhan cacat ganda, dengan sumbangan yang ala kadarnya.
Aku lebih sering berdoa untuk diriku sendiri dari pada mereka.
Aku memang sudah menghantar anak-anakku untuk hidup mandiri, semoga saja cukup untuk mereka meniti hidupnya.
Aku meluangkan sedikit waktuku untuk memasak bagi karyawanku. Sedikit berbagai makanan dan kue untuk orang-orang di sekitarku. Kadang menghantar kue untuk ibu mertua dan saudaraku. Mengunjunginya sesekali, dan menemani ibu ketika sakit. Mengirim sms, menulis email untuk menyapa teman-teman.
Duuuh... kenapa aku semakin malu melihat jawabanku. Betapa banyak hal terlewatkan....
Pantaskah aku menghujat Tuhanku...? mengapa dia membiarkan bencana terjadi, mengapa ada anak-anak cacat ganda, mengapa ada yang terlahir di daerah miskin, yang membuat mereka tidak memiliki pilihan untuk hidup baik?
Mengapa aku tidak bertanya pada diri sendiri, menudingkan jari ini ke diri sendiri?
Bukan bertanya mengapa Tuhan tidak berbuat sesuatu kepada mereka? tapi mengapa aku tidak berbuat sesuatu untuk mereka?
Kesempatan
Kalau mereka tidak punya kesempatan untuk hidup baik, karena cacat ganda sejak lahir, karena bencana, karena terlahir di tempat yang sangat miskin.... kita PUNYA!!.
Aku terlahir utuh, tanpa cacat... dengan pikiran yang memampukanku untuk melakukan banyak hal. Seharusnya semua kulakukan tidak hanya untuk diri sendiri, tapi untuk membantu mereka yang tidak punya kesempatan untuk itu.
Semoga di usiaku yang sudah lebih dari setengah abad ini, aku diberi jalan untuk melakukan lebih dari yang sebelumnya. Menggunakan kesempatan yang ada untuk lebih banyak berbagi dengan orang lain, dalam bentuk apapun juga.
Dan semoga aku tidak mati besok... supaya aku tidak memberikan jawaban yang memalukan karena selama ini aku belum melakukan tugasku dengan baik...
Note:
Penghormatan tertinggi aku haturkan untuk para pengasuh anak-anak cacat ganda di seluruh dunia. Selamat atas kesuksesan mereka mengisi hidupnya dengan melayani, mencintai, dan merawat orang-orang yang tidak memiliki kesempatan dan pilihan hidup.
Saturday, September 17, 2011
Siapakah aku??
Lebaran tahun ini sangat berkesan. Betemu di facebook dengan sepupuku yang sudah 16 tahun tidak bertemu membuat lebaran menjadi meriah. Tidak disangka semua berkumpul. Tante, om dan seluruh keluarga ikut bersama-sama ke sarean bapak, ibu dan adikku dan berkumpul di rumah kakak untuk menikmati ketupat.
Dalam perjalanan dari Wedi-Klaten ke Semarang, anakku bertanya "tante yang ini apanya kita ma??" aku cuma nyengenges karena aku sendiri tidak tahu.
Ketika kami berkumpul, aku bertanya bagaimana silsilah keluarga tante dengan keluargaku. Ternyata kami satu trah eyang buyut. Waaahhh... jauh banget.. pantas aku sendiri bingung...
Horisontal
Silsilah menggambarkan ikatan keluarga secara horinsontal. Menunjukkan dimana aku berada dan siapakah aku. Aku adalah ibu dari kedua anakku, Mirta dan Tito. Aku adalah istri dari mas Totok. Identitas diri di dunia, mudah diketahui dan dicari. Aku sekarang tinggal di huntara (hunian sementara) Wedi. Tapi, karena anakku bilang huntara ini " cute" dan kakakku malah bilang ini "apartemen lucu"... jadi sekarang aku lebih suka mengatakan, aku tinggal di apartemen lucuku, yang tiny and tidy. Aku berada di sekitar kegiatan banyak orang, suara mesin,dan kokok ayam riuh rendah di siang hari. Sementara malam hari begitu sunyi senyap. Aku menjadi bagian dari milis Loyola yang membuatku merasa memiliki banyak teman dan tidak pernah kesepian. Ada facebook yang menghubungkan aku dengan teman-teman lama dan baru. Inilah aku sekarang ini.
Vertikal
Hubungan vertikal kita hanya dengan Tuhan YME. Masing-masing dengan keyakinannya. Dengan ajaran agama yang diajarkan orangtua kepada kita, untuk menjalin hubungan dengan Tuhan. Kalau mau memahami lebih jauh dan dalam tentang Ke-Allah-an Yang Maha Besar, seperti kisah St. Agustinus, tentang anak kecil yang membuat lobang di tepi pantai, ingin memasukkan air laut ke dalamnya. Sebuah pekerjaan yang tidak mungkin dan sia-sia. Maka aku lebih suka memahaminya dengan cara yang sederhana, yaitu dengan bertanya kepadaNya, "siapakah aku?". Aku mendapat jawaban yang menyejukkan hati "kamu, anakku yang Aku kasihi". Nyeeeesss... adem di hati.
Lalu bagaimana aku membalas kasihNya?, bagiku itulah yang penting.
" Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saraudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untukKu" (Mat 25:40).
Siapakah orang paling hina, miskin, tersingkir yang harus kita layani, supaya kita bisa membalas kasihNya. Mereka bukan saja yang secara fisik hina, miskin dan tersingkir. Tapi mereka juga seseorang yang lapar akan cinta kasih, haus akan kedamaian, kebenaran dan keadilan. Mereka adalah yang membutuhkan perlindungan dan kekuatan. Mereka adalah yang merasa takut dan kawatir. Mereka adalah yang kehilangan harapan dan percaya diri, yang tak pernah tersenyum lagi, yang tak pernah merasakan kehangatan cinta dan persahabatan. Mereka adalah yang kesepian dan membutuhkan sentuhan lembut, penghiburan serta senyuman hangat.
Kita semua adalah anak-anak yang sangat dikasihi dan disayangiNya. Tidak perlu melakukan hal besar seperti Bunda Teresa. Tapi kita bisa membagikan kasih kita kepada orang yang paling dekat kita.
Melakukan hal-hal sederhana dengan penuh kasih, akan membuat kita merasakan menjadi anak yang dikasihiNya. Itulah kita, itulah jawaban atas pertanyaan "siapakah aku?" kepadaNya.
Namun, kita semua sebagai manusia, sering menggunakan kebebasan yang diberikanNya secara utuh kepada kita untuk memuaskan nafsu duniawi. Untuk menyempurnakan hidup horisontal berdasarkan tuntuntan materi, dan kekuasaan dengan aturan yang dibuat sendiri. Hingga kita tidak mengenali diri sendiri sebagai ciptaanNya. Kalimat di bawah ini, bisa menjadi permenungan bagi kita semua.
Dalam perjalanan dari Wedi-Klaten ke Semarang, anakku bertanya "tante yang ini apanya kita ma??" aku cuma nyengenges karena aku sendiri tidak tahu.
Ketika kami berkumpul, aku bertanya bagaimana silsilah keluarga tante dengan keluargaku. Ternyata kami satu trah eyang buyut. Waaahhh... jauh banget.. pantas aku sendiri bingung...
Horisontal
Silsilah menggambarkan ikatan keluarga secara horinsontal. Menunjukkan dimana aku berada dan siapakah aku. Aku adalah ibu dari kedua anakku, Mirta dan Tito. Aku adalah istri dari mas Totok. Identitas diri di dunia, mudah diketahui dan dicari. Aku sekarang tinggal di huntara (hunian sementara) Wedi. Tapi, karena anakku bilang huntara ini " cute" dan kakakku malah bilang ini "apartemen lucu"... jadi sekarang aku lebih suka mengatakan, aku tinggal di apartemen lucuku, yang tiny and tidy. Aku berada di sekitar kegiatan banyak orang, suara mesin,dan kokok ayam riuh rendah di siang hari. Sementara malam hari begitu sunyi senyap. Aku menjadi bagian dari milis Loyola yang membuatku merasa memiliki banyak teman dan tidak pernah kesepian. Ada facebook yang menghubungkan aku dengan teman-teman lama dan baru. Inilah aku sekarang ini.
Vertikal
Hubungan vertikal kita hanya dengan Tuhan YME. Masing-masing dengan keyakinannya. Dengan ajaran agama yang diajarkan orangtua kepada kita, untuk menjalin hubungan dengan Tuhan. Kalau mau memahami lebih jauh dan dalam tentang Ke-Allah-an Yang Maha Besar, seperti kisah St. Agustinus, tentang anak kecil yang membuat lobang di tepi pantai, ingin memasukkan air laut ke dalamnya. Sebuah pekerjaan yang tidak mungkin dan sia-sia. Maka aku lebih suka memahaminya dengan cara yang sederhana, yaitu dengan bertanya kepadaNya, "siapakah aku?". Aku mendapat jawaban yang menyejukkan hati "kamu, anakku yang Aku kasihi". Nyeeeesss... adem di hati.
Lalu bagaimana aku membalas kasihNya?, bagiku itulah yang penting.
" Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saraudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untukKu" (Mat 25:40).
Siapakah orang paling hina, miskin, tersingkir yang harus kita layani, supaya kita bisa membalas kasihNya. Mereka bukan saja yang secara fisik hina, miskin dan tersingkir. Tapi mereka juga seseorang yang lapar akan cinta kasih, haus akan kedamaian, kebenaran dan keadilan. Mereka adalah yang membutuhkan perlindungan dan kekuatan. Mereka adalah yang merasa takut dan kawatir. Mereka adalah yang kehilangan harapan dan percaya diri, yang tak pernah tersenyum lagi, yang tak pernah merasakan kehangatan cinta dan persahabatan. Mereka adalah yang kesepian dan membutuhkan sentuhan lembut, penghiburan serta senyuman hangat.
Kita semua adalah anak-anak yang sangat dikasihi dan disayangiNya. Tidak perlu melakukan hal besar seperti Bunda Teresa. Tapi kita bisa membagikan kasih kita kepada orang yang paling dekat kita.
Melakukan hal-hal sederhana dengan penuh kasih, akan membuat kita merasakan menjadi anak yang dikasihiNya. Itulah kita, itulah jawaban atas pertanyaan "siapakah aku?" kepadaNya.
Namun, kita semua sebagai manusia, sering menggunakan kebebasan yang diberikanNya secara utuh kepada kita untuk memuaskan nafsu duniawi. Untuk menyempurnakan hidup horisontal berdasarkan tuntuntan materi, dan kekuasaan dengan aturan yang dibuat sendiri. Hingga kita tidak mengenali diri sendiri sebagai ciptaanNya. Kalimat di bawah ini, bisa menjadi permenungan bagi kita semua.
To Whom It May Concern
You call Me The Way,
but you don’t follow Me
You call Me The Teacher,
but you don’t listen to Me
You call Me The Lord,
but you don’t serve Me
You call Me The Truth,
but you don’t believe Me
DON’T BE SURPRISE IF ONE DAY I DON’T KNOW YOU!
(Mathew 7:23)
Sumber: Buku Hanyut Meninggalkan Kristus, David Wilkerson
Thursday, September 8, 2011
Ojo Dumeh
Ojo dumeh, sebuah falsafah Jawa, yang diperuntukkan bagi semua orang. Tua-muda, kaya-miskin, pintar-bodoh.. pokoknya semuanya. Ojo Dumeh, tepatnya berarti, jangan mentang-mentang. Jangan mentang-mentang kaya, kemudian meremehkan orang miskin.
Jangan mentang-mentang pintar, kemudian menganggap orang lain bodoh, dan mau menangnya sendiri.
Jangan mentang-mentang punya kedudukan dan kuasa, kemudian menguasai orang dan hak-hak mereka.
Jangan mentang-mentang ngganteng/cantik, menghina yang berparas jelek atau merebut istri/suami, atau pacar orang... ups...
Jangan mentang-mentang kuat, kemudian melecehkan yang lemah...
Jangan mentang-mentang rajin berdoa dan beribadah, lalu merasa suci dan menganggap orang lain berdosa.
kurang lebih begitulah maksud falsafah Jawa.
Intinya jangan sombong dengan segala sesuatu yang kita miliki di dunia ini, karena itu semua tidak kekal. Ada saatnya orang berada di atas, tapi juga ada saatnya harus berada di bawah. Seperti roda yang berputar.
Kita diingatkan untuk selalu sadar bahwa sebetulnya kita tidak memiliki apa-apa. Semuanya yang kita miliki adalah karunia dariNya, asal ditempuh dan dicapai dengan cara yang benar. Kebebasan manusialah yang membuat kita sering lupa. Merasa yang kita miliki adalah sepenuhnya usaha kita, tanpa campur tanganNya.
DihadapanNya, Tuhan yang Maha Tinggi, kita semua sama. Lalu buat apa menyombongkan diri?? atau karena ingin disanjung, dihormati, di kagumi, di puja puji, di elu-elu kan.... kalau selama hidup di dunia, kita hanya mengejar sesuatu supaya mendapat penghormatan tertinggi dari orang lain, artinya kita sudah mendapatkan imbalan di dunia. Di mata Tuhan, kita tidak tahu apakah yang kita lakukan sudah berkenan bagiNya.
Repotnya, kita suka nggak sadar kalau sombong. Kita nggak sadar kalau sedang disanjung dan dielu-elukan. Semua baru terasa ketika kita ditinggalkan, atau ketika kita kehilangan orang yang kita cintai, harta benda, dan martabat. Ojo dumeh, adalah nasehat sederhana yang tidak sekedar dihapalkan, atau dipasang di tembok sebagai hiasan. Menjalaninya, itu yang sulit....
Ojo dumeh... menantang kita untuk melepaskan egoisme, untuk mau mengakui kelebihan orang lain, dan mau menerima kekurangan orang lain, karena kita pun memiliki kekurangan. Tidak ada yang sempurna... maka jadilah padi... semakin berisi semakin menunduk....
Jangan mentang-mentang pintar, kemudian menganggap orang lain bodoh, dan mau menangnya sendiri.
Jangan mentang-mentang punya kedudukan dan kuasa, kemudian menguasai orang dan hak-hak mereka.
Jangan mentang-mentang ngganteng/cantik, menghina yang berparas jelek atau merebut istri/suami, atau pacar orang... ups...
Jangan mentang-mentang kuat, kemudian melecehkan yang lemah...
Jangan mentang-mentang rajin berdoa dan beribadah, lalu merasa suci dan menganggap orang lain berdosa.
kurang lebih begitulah maksud falsafah Jawa.
Intinya jangan sombong dengan segala sesuatu yang kita miliki di dunia ini, karena itu semua tidak kekal. Ada saatnya orang berada di atas, tapi juga ada saatnya harus berada di bawah. Seperti roda yang berputar.
Kita diingatkan untuk selalu sadar bahwa sebetulnya kita tidak memiliki apa-apa. Semuanya yang kita miliki adalah karunia dariNya, asal ditempuh dan dicapai dengan cara yang benar. Kebebasan manusialah yang membuat kita sering lupa. Merasa yang kita miliki adalah sepenuhnya usaha kita, tanpa campur tanganNya.
DihadapanNya, Tuhan yang Maha Tinggi, kita semua sama. Lalu buat apa menyombongkan diri?? atau karena ingin disanjung, dihormati, di kagumi, di puja puji, di elu-elu kan.... kalau selama hidup di dunia, kita hanya mengejar sesuatu supaya mendapat penghormatan tertinggi dari orang lain, artinya kita sudah mendapatkan imbalan di dunia. Di mata Tuhan, kita tidak tahu apakah yang kita lakukan sudah berkenan bagiNya.
Repotnya, kita suka nggak sadar kalau sombong. Kita nggak sadar kalau sedang disanjung dan dielu-elukan. Semua baru terasa ketika kita ditinggalkan, atau ketika kita kehilangan orang yang kita cintai, harta benda, dan martabat. Ojo dumeh, adalah nasehat sederhana yang tidak sekedar dihapalkan, atau dipasang di tembok sebagai hiasan. Menjalaninya, itu yang sulit....
Ojo dumeh... menantang kita untuk melepaskan egoisme, untuk mau mengakui kelebihan orang lain, dan mau menerima kekurangan orang lain, karena kita pun memiliki kekurangan. Tidak ada yang sempurna... maka jadilah padi... semakin berisi semakin menunduk....
Tuesday, September 6, 2011
Penderitaan membuat orang lebih bijaksana
Setuju tidak dengan judul di atas??? Gara-gara menulis di blog ini, beberapa tema dilontarkan teman-teman untuk dijadikan tulisan di blogku. Butuh waktu lama untuk merenungkannya. Penderitaan yang seperti apa? dan orang yang bijaksana itu juga seperti apa? Rasanya aku tidak punya referensi apa pun untuk bisa mengurai adakah keterkaitan erat antara penderitaan dan kebijaksanaan seseorang.
Ada yang menderita, tapi malah jadi gila. Ada yang bunuh diri, bahkan ada yang menyatakan dirinya kafir, tidak beragama dan tidak percaya adanya Tuhan. Nah... trus penderitaan macam apa yang membuat seseorang bijaksana.
Mungkin... ini cuma mungkin... karena aku sudah pasti bukan orang yang bijaksana, walaupun tidak berarti aku bebas dari penderitaan. Berdasarkan pengalaman sendiri, sebetulnya penderitaan itu adalah perasaan yang kita tanamkan dalam diri sendiri. Semakin aku merasa tidak pantas mengalami situasi yang tidak enak, menyakitkan bahkan menghancurkan hati, semakin aku merasa menderita. Tapi, disaat aku mencoba mengerti dan memahami apa yang sedang terjadi, dan mencoba dengan pengetahuan dan pemikiran sederhana, mencari tahu dimana dan bagaimana kehendak Tuhan sedang berjalan, penderitaan berangsur-angsur berkurang. Dan hilang....
Penderitaan bisa muncul dan hilang. Tergantung situasi yang sedang kita hadapi. Pada saat situasi tidak enak itu sedang berlangsung, pasti tidak ada pemikiran nalar yang bisa dimunculkan. Emosi lebih menguasai. Jalan satu-satunya adalah diam, menenangkan diri, bedoa supaya hati dan pikiran di buka untuk melihat dan merasakan kehendakNya. Proses seperti ini bisa cepat, bisa lama bahkan bisa bertahun-tahun.
Rasanya, setiap orang bisa bijaksana, asal mau belajar dari pengalaman. Setiap kali belajar melepaskan egoisme dan merendahkan diri dihadapanNya. Peristiwa yang tidak enak, lebih baik diterima dengan hati yang lapang dan legowo. Tentu saja dengan kesadaran dan keikhlasan.
Kemarin, ketika mengantar anakku kembali ke kostnya di Jogja, dalam perjalanan kami ngobrol. Tentang banyak hal, berbagai peristiwa yang telah kami lalui bersama, berkah yang diberikan Tuhan, mukjijat-mukjijat yang terjadi.... ternyata bisa kami rasakan justru ketika kami ada di titik pasrah, menerima dengan tulus ikhlas, dan kemudian "yowis....". Dan kami tertawa ketika menemukan kata "The Power of Yowis"..... bahasa apa ini????
Yah... sudahlah... aku belum cukup punya asam-garam untuk membicarakan judul tersebut. Sebaiknya berguru saja kepada orang yang sungguh bijaksana.
“Perbedaan antara orang pintar dan orang bijaksana adalah orang pintar tahu apa yang harus dikatakan, sementara orang bijaksana tahu perlu atau tidak kalimat tersebut dikatakan” – Frank M Garafola –
Ada yang menderita, tapi malah jadi gila. Ada yang bunuh diri, bahkan ada yang menyatakan dirinya kafir, tidak beragama dan tidak percaya adanya Tuhan. Nah... trus penderitaan macam apa yang membuat seseorang bijaksana.
Mungkin... ini cuma mungkin... karena aku sudah pasti bukan orang yang bijaksana, walaupun tidak berarti aku bebas dari penderitaan. Berdasarkan pengalaman sendiri, sebetulnya penderitaan itu adalah perasaan yang kita tanamkan dalam diri sendiri. Semakin aku merasa tidak pantas mengalami situasi yang tidak enak, menyakitkan bahkan menghancurkan hati, semakin aku merasa menderita. Tapi, disaat aku mencoba mengerti dan memahami apa yang sedang terjadi, dan mencoba dengan pengetahuan dan pemikiran sederhana, mencari tahu dimana dan bagaimana kehendak Tuhan sedang berjalan, penderitaan berangsur-angsur berkurang. Dan hilang....
Penderitaan bisa muncul dan hilang. Tergantung situasi yang sedang kita hadapi. Pada saat situasi tidak enak itu sedang berlangsung, pasti tidak ada pemikiran nalar yang bisa dimunculkan. Emosi lebih menguasai. Jalan satu-satunya adalah diam, menenangkan diri, bedoa supaya hati dan pikiran di buka untuk melihat dan merasakan kehendakNya. Proses seperti ini bisa cepat, bisa lama bahkan bisa bertahun-tahun.
Rasanya, setiap orang bisa bijaksana, asal mau belajar dari pengalaman. Setiap kali belajar melepaskan egoisme dan merendahkan diri dihadapanNya. Peristiwa yang tidak enak, lebih baik diterima dengan hati yang lapang dan legowo. Tentu saja dengan kesadaran dan keikhlasan.
Kemarin, ketika mengantar anakku kembali ke kostnya di Jogja, dalam perjalanan kami ngobrol. Tentang banyak hal, berbagai peristiwa yang telah kami lalui bersama, berkah yang diberikan Tuhan, mukjijat-mukjijat yang terjadi.... ternyata bisa kami rasakan justru ketika kami ada di titik pasrah, menerima dengan tulus ikhlas, dan kemudian "yowis....". Dan kami tertawa ketika menemukan kata "The Power of Yowis"..... bahasa apa ini????
Yah... sudahlah... aku belum cukup punya asam-garam untuk membicarakan judul tersebut. Sebaiknya berguru saja kepada orang yang sungguh bijaksana.
“Perbedaan antara orang pintar dan orang bijaksana adalah orang pintar tahu apa yang harus dikatakan, sementara orang bijaksana tahu perlu atau tidak kalimat tersebut dikatakan” – Frank M Garafola –
Sunday, September 4, 2011
Rumah Masa Kecil
Ketika layat bareng mbak iparku, kami ngobrol. Tiba-tiba dia bertanya "lik, rumahmu di Jogja dulu Cemorojajar no berapa?" aku jawab "19 mbak, kenapa?" dia jadi antusias " itu sekarang buat kopitiam lho, kesana yuk, tak traktir wis... kamu bisa mengenang masa kecilmu". Ganti aku yang antusias. Ayuuuuk... seneng banget. Kami jemput anak2 dulu, lalu kami berenam meluncur ke Cemorojajar 19, yang sekarang nama jalannya sudah diganti menjadi Wolter Monginsidi.
Rumah itu masih seperti dulu. Teras di depan dan samping masih ada. Bahkan lantainya masih kuno. Menurut keterangan yang ada di meja, rumah belanda itu dibangun tahun 1923. Renovasi di dalam tidak banyak. Aku masih mengenali kamar depan yang dipakai bapak, ibu dan 2kamar di sebelahnya untuk kami, anak-anaknya. Pasti berdesakan karena kami berdelapan.
Di belakang masih ada beberapa kamar untuk saudara yang ikut kami dan juga ada yang kost disitu. Ingatanku nggak banyak tentang rumah itu. Aku berada disana sejak lahir, hingga klas 1 SD. Ternyata rumah itu lumayan besar, bisa untuk parkir mobil disamping dan depan rumah. Pantas aku dulu belajar naik sepeda cukup di halaman depan rumah saja.
Waktu itu, ibu bilang, kalau aku sudah jatuh berkali-kali baru bisa naik sepeda. Benar saja, akhirnya aku bisa naik sepeda dan hadiahnya, aku diberi uang jajan yang bisa kubelikan kacang rebus, yang dijual ibu-ibu di bawah lampu jalan. Rupanya nasehat ibu keren juga.... learn to fall before you learn to fly.. begitu bahasa sekarang. Sayangnya, setelah pindah ke Semarang, aku tidak bisa berlatih sepeda lagi, karena jalanan di Semarang naik turun tajam, terutama di daerah candi. Sekarang aku tidak trampil lagi naik sepeda.
Aku minta ijin berjalan keliling rumah. Pohon sawo besar, dihalaman belakang sudah tidak ada. Semua halaman bahkan sudah disemen, jadi kelihatan gersang sekali. Tapi letak dapur, kamar mandi di belakang masih sama. Jadi ingat waktu kecil suka prosotan di depan kamar mandi kalau pas dibersihan dan diberi air yang banyak. Betapa sederhananya sebuah kegembiraan diraih waktu itu.
Aku bercerita ke anak-anak, TV adalah barang mewah. Kami belum mampu membelinya. Kalau pingin lihat TV, kami mesti berjalan kaki ke Hotel Mairakaca di dekat situ, bareng dengan orang-orang kampung. Hasilnya, rambut kami penuh kutu, dan ibu marah-marah. Anak-anakku heran, masak sih waktu itu bisa berkutu rambutnya. Ya tentu saja waktu itu belum ada shampoo, kami kalau keramas pakai merang (batang padi) yang dibakar.
Beranda samping yang temboknya sudah diganti dengan pagar besi yang indah, mengingatkanku pada peristiwa yang membuatku aku takut ulat hingga sekarang. Waktu itu, ketika aku duduk sendirian disitu, jariku menyentuh tembok beranda. Aku merasakan sesuatu yang kenyal, dan ketika aku lihat ternyata ulat bulu.. hhhiiiiiii... aku bahkan masih bisa merasakan hingga sekarang kalau mengingat peristiwa itu. Itu sebabnya, aku takut ulat hingga sekarang.
Kenangan lain adalah tiap kali ada pedati lewat yang membawa panen kacang tanah. Aku bertiga dengan kakakku dan temannya, langsung diam-diam lompat di belakang, nyuri kacang, langsung dimakan mentah... kalau pak pedatinya tahu kami langsung lompat dan kembali lari ke rumah. Menyenangkan sekali....
Menyenangkan sekali bisa kembali ke masa lalu, masa kecil yang indah dan hangat. Anak-anak bisa mengerti dan memahami bagaimana kehidupanku dulu secara nyata. Rasanya suatu saat kalau kakak-kakakku berkumpul di Jogja pasti akan aku ajak kesana. Pasti mereka memiliki kenangan yang lebih banyak dariku.
Rumah itu masih seperti dulu. Teras di depan dan samping masih ada. Bahkan lantainya masih kuno. Menurut keterangan yang ada di meja, rumah belanda itu dibangun tahun 1923. Renovasi di dalam tidak banyak. Aku masih mengenali kamar depan yang dipakai bapak, ibu dan 2kamar di sebelahnya untuk kami, anak-anaknya. Pasti berdesakan karena kami berdelapan.
Di belakang masih ada beberapa kamar untuk saudara yang ikut kami dan juga ada yang kost disitu. Ingatanku nggak banyak tentang rumah itu. Aku berada disana sejak lahir, hingga klas 1 SD. Ternyata rumah itu lumayan besar, bisa untuk parkir mobil disamping dan depan rumah. Pantas aku dulu belajar naik sepeda cukup di halaman depan rumah saja.
Waktu itu, ibu bilang, kalau aku sudah jatuh berkali-kali baru bisa naik sepeda. Benar saja, akhirnya aku bisa naik sepeda dan hadiahnya, aku diberi uang jajan yang bisa kubelikan kacang rebus, yang dijual ibu-ibu di bawah lampu jalan. Rupanya nasehat ibu keren juga.... learn to fall before you learn to fly.. begitu bahasa sekarang. Sayangnya, setelah pindah ke Semarang, aku tidak bisa berlatih sepeda lagi, karena jalanan di Semarang naik turun tajam, terutama di daerah candi. Sekarang aku tidak trampil lagi naik sepeda.
Aku minta ijin berjalan keliling rumah. Pohon sawo besar, dihalaman belakang sudah tidak ada. Semua halaman bahkan sudah disemen, jadi kelihatan gersang sekali. Tapi letak dapur, kamar mandi di belakang masih sama. Jadi ingat waktu kecil suka prosotan di depan kamar mandi kalau pas dibersihan dan diberi air yang banyak. Betapa sederhananya sebuah kegembiraan diraih waktu itu.
Aku bercerita ke anak-anak, TV adalah barang mewah. Kami belum mampu membelinya. Kalau pingin lihat TV, kami mesti berjalan kaki ke Hotel Mairakaca di dekat situ, bareng dengan orang-orang kampung. Hasilnya, rambut kami penuh kutu, dan ibu marah-marah. Anak-anakku heran, masak sih waktu itu bisa berkutu rambutnya. Ya tentu saja waktu itu belum ada shampoo, kami kalau keramas pakai merang (batang padi) yang dibakar.
Beranda samping yang temboknya sudah diganti dengan pagar besi yang indah, mengingatkanku pada peristiwa yang membuatku aku takut ulat hingga sekarang. Waktu itu, ketika aku duduk sendirian disitu, jariku menyentuh tembok beranda. Aku merasakan sesuatu yang kenyal, dan ketika aku lihat ternyata ulat bulu.. hhhiiiiiii... aku bahkan masih bisa merasakan hingga sekarang kalau mengingat peristiwa itu. Itu sebabnya, aku takut ulat hingga sekarang.
Kenangan lain adalah tiap kali ada pedati lewat yang membawa panen kacang tanah. Aku bertiga dengan kakakku dan temannya, langsung diam-diam lompat di belakang, nyuri kacang, langsung dimakan mentah... kalau pak pedatinya tahu kami langsung lompat dan kembali lari ke rumah. Menyenangkan sekali....
Menyenangkan sekali bisa kembali ke masa lalu, masa kecil yang indah dan hangat. Anak-anak bisa mengerti dan memahami bagaimana kehidupanku dulu secara nyata. Rasanya suatu saat kalau kakak-kakakku berkumpul di Jogja pasti akan aku ajak kesana. Pasti mereka memiliki kenangan yang lebih banyak dariku.
Friday, August 26, 2011
Bad decisions make good stories...
Temanku ini memang unik. Ketika aku banyak merenung dibilang nanti bisa depresi... eh sekarang aku malah diberi bahan buat merenung. Walaupun dia orangnya usil, dan biasa meledek, tapi kalimat Bad decisions make good stories... menarik untuk direnungkan. Spontan aku bilang... kalau jadinya good stories.. pastilah bukan bad decisions... tapi dia belum berkomentar.... aku yakin dia punya pendapat sendiri, karena dia selalu bisa memandang dari sudut yang berbeda. Sudut pandang yang usil atau nyelelek dalam bahasa Jawa.
Bad Decisions
Kata Bad (jelek), good (bagus)... sangat relative. Kelihatannya jelek, tapi ketika diberikan argumentasi yang bagus, bisa jadi bagus. Begitu sebaliknya, yang bagus bisa jadi jelek. Sebuah keputusan yang jelek, benar-benar jelek kalau dilandasi rasa marah, iri hati, cemburu, egois dll. Dan keputusan tersebut dibuat dengan penuh kesadaran akan akibatnya. Misalnya mengadakan rencana pembunuhan, pencurian, korupsi dll. Yang sudah jelas akibatnya, tapi tetap diambil. Keputusan yang jelek tetap akan menghasilkan kisah yang jelek.
Keputusan yang bodoh dan konyol juga ada, dan pasti hasilnya adalah cerita yang konyol juga. Apa ya contohnya???? (berpikir...) ngajak mertua mabuk kali ya.... pasti konyol cerita akhirnya hahaha... atau memutuskan untuk mudik lebaran naik sepeda... dari Jakarta ke Jogja... gilaaaa... ini jelas hanya dilakukan orang yang punya nyawa cadangan... atau mau bunuh diri!!...
Keputusan yang bagus atau yang jelek, baru ketahuan kebenarannya, kalau sudah menjadi cerita. Sudah lewat dan dilihat hasilnya. Prosesnya bisa cepat tapi juga bisa bertahun-tahun. Ada cerita baguskah, atau jelek?? Kita tidak bisa meramalkannya. Karena yang kelihatannya bagus, bisa menjadi jelek. Yang kelihatannya jelek bisa menjadi bagus.
Good Stories
Rasanya, nggak ada cerita yang jelek. Biasanya cerita akan ditulis atau diceritakan ketika sudah berlalu. Entah bagus entah jelek muatan isinya, tapi pasti ada makna yang terkandung di dalamnya. Film seri CSI (Crime Scene Investigation), banyak memberikan contoh keputusan jelek/buruk yang diambil para pembunuh, dan hasilnya juga buruk, tapi menjadi kisah yang bermakna orang-orang yang berkaitan dengannya, seperti polisi, penyelidik dll. Tapi juga bisa berdampak buruk karena para penjahat menjadi semakin ahli.
Memang bisa pusing kalau merenungkan kalimat tersebut. Jadi sebaiknya aku akhiri di sini saja. Karena keputusanku untuk menuliskannya hanya ingin merenungkan apakah keputusan itu baik atau buruk. Hasilnya??? ya tergantung motivasi apa dibalik keputusan tersebut. Bahkan yang dilandasi niat baik pun, hasilnya bisa menjadi bad stories...
Yang penting, jangan takut membuat keputusan. Sedetail dan secerdas apa pun rancangannya, setulus apa pun hati yang melandasinya... harus siap dengan kisah yang akan muncul berikutnya. Bersyukurlah kalau memang sesuai dengan harapan. Kalau tidak?? lapangkan hati selebar-lebarnya, supaya bisa melihat apa yang ada di balik kisah yang terjadi diluar kehendak kita.
Atau Anda tidak ingin mengambil keputusan apa pun? karena itu juga sebuah keputusan... dan pasti ada kisah yang mengikutinya.
Bad Decisions
Kata Bad (jelek), good (bagus)... sangat relative. Kelihatannya jelek, tapi ketika diberikan argumentasi yang bagus, bisa jadi bagus. Begitu sebaliknya, yang bagus bisa jadi jelek. Sebuah keputusan yang jelek, benar-benar jelek kalau dilandasi rasa marah, iri hati, cemburu, egois dll. Dan keputusan tersebut dibuat dengan penuh kesadaran akan akibatnya. Misalnya mengadakan rencana pembunuhan, pencurian, korupsi dll. Yang sudah jelas akibatnya, tapi tetap diambil. Keputusan yang jelek tetap akan menghasilkan kisah yang jelek.
Keputusan yang bodoh dan konyol juga ada, dan pasti hasilnya adalah cerita yang konyol juga. Apa ya contohnya???? (berpikir...) ngajak mertua mabuk kali ya.... pasti konyol cerita akhirnya hahaha... atau memutuskan untuk mudik lebaran naik sepeda... dari Jakarta ke Jogja... gilaaaa... ini jelas hanya dilakukan orang yang punya nyawa cadangan... atau mau bunuh diri!!...
Keputusan yang bagus atau yang jelek, baru ketahuan kebenarannya, kalau sudah menjadi cerita. Sudah lewat dan dilihat hasilnya. Prosesnya bisa cepat tapi juga bisa bertahun-tahun. Ada cerita baguskah, atau jelek?? Kita tidak bisa meramalkannya. Karena yang kelihatannya bagus, bisa menjadi jelek. Yang kelihatannya jelek bisa menjadi bagus.
Good Stories
Rasanya, nggak ada cerita yang jelek. Biasanya cerita akan ditulis atau diceritakan ketika sudah berlalu. Entah bagus entah jelek muatan isinya, tapi pasti ada makna yang terkandung di dalamnya. Film seri CSI (Crime Scene Investigation), banyak memberikan contoh keputusan jelek/buruk yang diambil para pembunuh, dan hasilnya juga buruk, tapi menjadi kisah yang bermakna orang-orang yang berkaitan dengannya, seperti polisi, penyelidik dll. Tapi juga bisa berdampak buruk karena para penjahat menjadi semakin ahli.
Memang bisa pusing kalau merenungkan kalimat tersebut. Jadi sebaiknya aku akhiri di sini saja. Karena keputusanku untuk menuliskannya hanya ingin merenungkan apakah keputusan itu baik atau buruk. Hasilnya??? ya tergantung motivasi apa dibalik keputusan tersebut. Bahkan yang dilandasi niat baik pun, hasilnya bisa menjadi bad stories...
Yang penting, jangan takut membuat keputusan. Sedetail dan secerdas apa pun rancangannya, setulus apa pun hati yang melandasinya... harus siap dengan kisah yang akan muncul berikutnya. Bersyukurlah kalau memang sesuai dengan harapan. Kalau tidak?? lapangkan hati selebar-lebarnya, supaya bisa melihat apa yang ada di balik kisah yang terjadi diluar kehendak kita.
Atau Anda tidak ingin mengambil keputusan apa pun? karena itu juga sebuah keputusan... dan pasti ada kisah yang mengikutinya.
Sebaik apa kita sebagai istri???
(Sirakh 26:1-4, 13-16)
Berbahagialah suami dari istri yang baik,
dan panjang umurnya akan berlipat ganda.
Istri berbudi menggembirakan suaminya,
yang dengan tentram menggenapi umurnya.
Istri yang baik,
adalah bagian yang baik, yang dianugerahkan kepada orang yang takut akan Tuhan.
Entah kaya, entah miskin giranglah hatinya,
dan selalu rianglah roman mukanya.
keelokan istri menyenangkan suaminya,
tetapi kepandaiannya membesarkan hatinya.
Suatu anugerah dari Tuhan ialah istri pendiam,
dan tak terbayarlah pendidikannya.
Karunia berlipat dualah istri yang sopan, dan
perempuan murni tidak ada imbangannya.
Laksana matahari yang terbit di pegunungan Tuhan,
demikianlah keelokan istri yang baik,
di tengah rumah tangga yang rapi.
Hari ini kita memperingati St. Monica. Ibu dari St. Augustinus, yang kehidupan liarnya membuat ibunya menangis setiap hari. Suaminya bertemperamen buruk, sehingga membuatnya menderita. Ibu Monica adalah cerminan ibu yang sangat tangguh walaupun berurai air mata setiap hari. Sebanyak air mata yang keluar, sebanyak itu pula doa yang dia daraskan untuk suami dan anak-anaknya. Tuhan tidak menutup mata, dan Augustinus akhirnya bertobat, hingga dinobatkan menjadi orang suci yaitu Santo Augustinus dari Hippo.
Berbahagialah suami dari istri yang baik,
dan panjang umurnya akan berlipat ganda.
Istri berbudi menggembirakan suaminya,
yang dengan tentram menggenapi umurnya.
Istri yang baik,
adalah bagian yang baik, yang dianugerahkan kepada orang yang takut akan Tuhan.
Entah kaya, entah miskin giranglah hatinya,
dan selalu rianglah roman mukanya.
keelokan istri menyenangkan suaminya,
tetapi kepandaiannya membesarkan hatinya.
Suatu anugerah dari Tuhan ialah istri pendiam,
dan tak terbayarlah pendidikannya.
Karunia berlipat dualah istri yang sopan, dan
perempuan murni tidak ada imbangannya.
Laksana matahari yang terbit di pegunungan Tuhan,
demikianlah keelokan istri yang baik,
"Anak dari air mata tidak akan binasa" |
Tuesday, August 23, 2011
Toples Kosong
Kosong...
Ada toples kosong di depanku.
Sudah kucuci bersih, siap diisi lagi...
Tinggal memilih...
Kalau isinya besar, pasti cuma sedikit yang bisa masuk.
Kalau mau banyak, mesti yang kecil-kecil..
Kalau satu warna, pasti membosankan.
Warna-warni pasti lebih menarik.
Apa ya???
Mungkin coklat berlapis gula warna-warni...
Menggugah kenangan masa kecil...
Penuh warna ceria...
Coklatnya membuatku bahagia,
Rasa manis dan kaya warna membuatku ceria...
note:
ketika hidup terasa kosong dan hampa, bersyukurlah, karena kita memiliki banyak pilihan untuk mengisinya lagi (lilik)
Ada toples kosong di depanku.
Sudah kucuci bersih, siap diisi lagi...
Tinggal memilih...
Kalau isinya besar, pasti cuma sedikit yang bisa masuk.
Kalau mau banyak, mesti yang kecil-kecil..
Kalau satu warna, pasti membosankan.
Warna-warni pasti lebih menarik.
Apa ya???
Mungkin coklat berlapis gula warna-warni...
Menggugah kenangan masa kecil...
Penuh warna ceria...
Coklatnya membuatku bahagia,
Rasa manis dan kaya warna membuatku ceria...
note:
ketika hidup terasa kosong dan hampa, bersyukurlah, karena kita memiliki banyak pilihan untuk mengisinya lagi (lilik)
Subscribe to:
Posts (Atom)