Pages

Wednesday, February 15, 2012

Mbah Jo

Gara-gara nyamuk, aku terlambat bangun. Dan aku kehilangan moment berjalan-jalan dengan suster, olah raga sambil melihat matahari terbit. Nyesel… tapi ya sudahlah… masih banyak waktu.
Ketika makan pagi, suster bercerita kalau tadi bertemu Mbah Jo yang hari ini mau membuat “ameng-ameng”…. “apa itu bu?” Tanya suster yang kebanyakan datang luar jawa. Wah… aku sendiri tidak tahu. Dan aku jadi ingin tahu!.
“bagaimana saya bisa sampai ke sana Suster? Mungkin saya bisa membantu mbah Jo mempersiapkan “ameng-ameng”, yang menurut penangkapan suster semacam selamatan. Akhirnya, suster Avila yang manis dan murah senyum mengantarku kesana naik sepeda motor. Agak ngeri juga, karena sepertinya suster belum mahir mengendarai sepeda motor, apalagi jalannya naik terus. Pokoknya selamat sampai di tempat aja deh!.

rumah mbah Jo
Rumah mbah Jo dipinggir jalan, menuju terminal terakhir bagi para wisata yang ingin melihat desa mbah Marijan. Erupsi merapi yang meninggalkan kegetiran bagi penduduk di sekitar, kini menjadi arena wisata yang memberi penghasilan bagi mereka. Ada ojek yang bisa membawa mereka ke tempat paling atas. Mereka juga menjual makanan dan souvenir, seperti layaknya tempat wisata.

Mbah Jo menyambut kami dengan gembira. Semula mbah Jo memanggilku “sus”… maksudnya suster. Setelah dijelaskan suster Avila, mereka memanggilku “bu lilik”. Mbah Jo yang biasa hidup sendiri, kini rumahnya ramai dikunjungi saudara, anak, menantu, cucu, dan adiknya, untuk mempersiapkan “ameng-ameng”.
mbah Jo membuat ogol-ogol
Ameng-ameng, adalah selamatan untuk mohon keselamatan. Mirip ulang tahun, tapi dengan hitungan Jawa. Mbah Jo lahir 12 Januari 1933. Tahun ini usianya 79. Lahir di hari Sabtu kliwon. Sabtu kliwon menurut hitungan jawa dimulai jam 18.00 di hari sebelumnya. Itulah sebabnya, ameng-ameng dipersiapkan hari ini, hari Jumat Wage dan selamatan dilaksanakan jam 19.00, berarti sudah masuk ke Sabtu kliwon.

Rumah mbah Jo yang hanya ruangan tanpa sekat, menjadi dapur tempat kami mempersiapkan masakan khusus untuk selamatan. Aku membantu yang aku bisa, seperti memotong kentang, tempe, kobis, memarut kelapa. Hhhmmm… sudah puluhan tahun aku tidak memarut kelapa… akibatnya jariku ikut keparut… hehehe.. memalukan!

Masakan yang dipersiapkan untuk ameng-ameng adalah
Sayur gori yang dimasak dengan kelapa sampai kering.
Sambel goreng kering yang terdiri dari tempe, tahu, kentang, kerecek.
Tempe goreng, ayam goreng, dan telur rebus.
Rempeyek kacang, kerupuk udang dan ogol-ogol. Ogol-ogol ini enak sekali. Dari semua makanan, ini yang paling aku suka. Ketela dan kelapa diparut dan diberi bumbu bawang, brambang, ketumbar, kencur dan daun jeruk. Rasanya gurih dan sedap. Hhhmmm... sayang aku cuma bisa mencomot 3 biji kecil-kecil. Karena semua sudah dihitung pas untuk 65 besek yang nanti akan dibagikan kepada para undangan yang datang untuk berdoa.
tumpeng

tumpeng sayur
besek yang dibagikan
bunga sesajen
Selain itu, ada tumpeng,  bunga mawar dan segelas air putih, dan bubur merah dan putih. Mereka yang membuat sudah tidak mengerti apa artinya, tapi mereka tahu bahwa semua itu harus ada untuk melengkapi ameng-ameng. Semua adalah doa demi keselamatan Mbah Jo yang ingin hidup 200 tahun.“kesuwen mbah… mboten penak urip ngantos 200 th” kataku, mbah Jo tertawa terkekeh...

Semoga Tuhan selalu melindungi Mbah Jo, dan memberinya kemurahan rejeki setiap hari.
Hari yang melelahkan, tapi menyenangkan.

mbah Jo dan aku
Malam ini, kebetulan suamiku ada pekerjaan di Jogja. Langsung deh aku ingat… aku harus membalas dendam pada nyamuk-nyamuk lanang yang ganas!.  “Bawakan aku obat nyamuk semprot!” pesanku. Dan malam itu, sebelum pergi menemaninya makan malam, mie jawa yang enak di daerah Pakem, aku kembali dulu ke susteran khusus membunuh armada nyamuk yang menyerangku semalam!.
Sepulang dari makan malam, ketika masuk ke kamar, para armada nyamuk sudah mati semua!! Hahaha…. Masak sih kalah sama nyamuk!!
Selamat datang malam… aku ingin tidur nyenyak sekali malam ini.

No comments:

Post a Comment