Sulitkah berkomunikasi? Kalau bahasa kita berbeda, jelas sulit. Tapi kalau kita memiliki bahasa dan budaya yang sama… mengapa masih terjadi salah paham dalam berkomunikasi??
Ketika aku datang ke susteran ini¸aku sudah jelas mengatakan bahwa aku ingin tinggal disini dari Kamis sampai dengan Senin. Suster mengatakan, dia harus konfirmasi dulu dengan suster kepala, maka aku harus menelpon lagi sore nanti.
Sore hari aku mencoba menelpon, tapi suster kepala sedang pergi. Aku bertemu dengan wakilnya. Sekali lagi aku mengatakan akan datang Kamis dan tinggal sampai dengan Senin. Aku diminta menelpon lagi besok sore. Baiklah…
Esok sorenya, kutepati janjiku. Karena tidak bisa bertemu suster kepala maupun wakilnya, aku meninggalkan pesan untuk datang hari Kamis. Untuk memastikan sekali lagi, aku mengirim sms. Bagiku sudah cukup jelas!.
Ketika Kamis aku tiba, mereka terkejut. Merasa aku belum memastikan kedatanganku sehingga kamar belum siap!. Lhoh….????
Setelah sehari tinggal di susteran, aku tertarik untuk ikut para suster berjalan ke atas untuk melihat matahari terbit, sekalian berolah raga. Untuk itu, aku berpesan untuk dibangunkan pagi-pagi benar. Aku terbangun, ketika matahari sudah memancarkan sinar terangnya, dan para suster sudah kembali dari berolah raga. Aku tidak dibangunkan. Kenapa?? “Karena kamar ibu masih gelap, ibu masih tidur…” ya iyalah.. kalau aku sudah bangun, ngapain minta dibangunkan?? OMG…
Pagi ini, aku kembali dibuat jengkel berkaitan dengan komunikasi. Hari kamis, sebelum berangkat, aku minta ke taxi yang mengantarku, bahwa Sabtu aku minta mereka menjemput Leah temanku di kostnya, kemudian di antar ke susteran. Minta di jemput jam 9 pagi.
Hampir jam 10, aku menunggu kedatangannya kok tidak muncul juga. Aku telpon Leah… katanya taxi belum datang. “why don’t you call me?” tapi, ya sudahlah, dia orang bule, dari pada berantem di telpon. Aku telpon taxinya,
“ kok temanku belum dijemput?” tanyaku
“sudah dijemput nggak ada bu, katanya pergi ke Klaten naik sepeda” lhoh… masak? Dia barusan tak telpon masih nunggu sejak jam 9 pagi.
“jemputnya kemarin toh bu??” OMG…OMG… gimana nih?? Kan aku bilangnya Sabtu??!!...
Kok ya kemarin nggak telpon, gak ngabari?? Susahkah…. Kan ada HP?? Buat apa HP kalau nggak dipakai? Akhirnya taxi diusahakan dan Leah baru dijemput jam 10 lebih….
Konyolnya…. Taxi datang, hampir jam 11 siang… tanpa Leah!!... lhoh kok bisa?? Dengan heran sopirnya berkata,
“saya diminta menjemput ibu disini?” ya Tuhan… apa yang terjadi hari ini. Mencoba tidak marah¸ dan masih dengan suara ramah, aku menelpon pemilik taxinya.
“lhoh bu, saya sudah minta dia untuk menjemput teman ibu, bukan ibu”… ya sudahlah…
Aku menelpon Leah, dia hanya bisa berteriak dengan surat berat…”Nooooooo…!!!”… tapi dia masih bersemangat untuk datang, dan mau bersabar untuk menunggu taxi yang kembali ke Jogja untuk menjemputnya dan membawanya ke susteran. Satu jam lebih terbuang dengan sia-sia, belum lagi bensinnya!.
Hhhhmmm… apa yang salah??
Lupa? Mengapa tidak dicatat?
Ada yang tidak beres atau ragu-ragu? Mengapa tidak bertanya?
Tidak ada gunanya saling menyalahkan dan menunggu dengan sia-sia…
Mengapa harus menduga-duga… dan berhenti sebelum semuanya menjadi jelas dan tuntas!.
Bertanya…. dan bertanyalah terus… jangan berhenti sampai kamu mendapatkan informasi yang benar dan tuntaskan pekerjaan!!!
aku dan Leah... akhirnya bertemu!! |
No comments:
Post a Comment