Aku bisa merasakan bagaimana kehilangan rumah. Sebulan sebelum Merapi meletus rumahku laku terjual. Aku berencana untuk tinggal di daerah Pakem. Tapi karena gunung Merapi meletus, semua mimpi hanyut terbawa lahar dan debu. Demikian juga dengan mereka. Tidak mudah untuk tinggal di tempat yang baru. Apalagi semua itu bukan sesuatu yang kita harapkan. Tapi apa mau dikata….
kandang ayam |
Banyak orang bertanya, “mengapa harus kembali? Mengapa tidak pindah di tempat yang lebih aman?” Adakah pilihan yang baik untuk mereka? Atau mereka memang ingin kembali, karena merasa disinilah tempatnya. Dan mereka tidak peduli lagi bagaimana kalau terjadi letusan lagi. Bagaimana dengan masa depan anak-anak mereka? Kalau pertanyaan ini aku lontarkan, mereka tidak mampu menjawab. Seakan-akan memang di depan sana, tidak ada yang pasti untuk bisa dipilih.
kolam ikan |
kandang sapi |
Dan malam hari… mereka kembali ke rumah. Rumah untuk beristirahat, menatap hari esok yang tak pasti. Cukuplah hari ini saja untuk di syukuri. Hari esok menjadi rancangan Tuhan Yang Mahakuasa. Tempat berlindung dan mengadu segala resah dan lara hati.
Tuhan, semoga hujan yang turun tidak terlalu deras dan berangin. Sehingga air tidak masuk kerumah kami… melalui dinding-dinding bambu yang menjadi satu-satunya pelindung tubuh kami. Dan semoga esok hari Engkau memberi kelimpahan berkah sehingga kami bisa menjalani hari-hari kami dengan gembira dan penuh suka cita…
No comments:
Post a Comment