Pages

Friday, February 17, 2012

Rumah Malam Hari

Aku bisa merasakan bagaimana kehilangan rumah. Sebulan sebelum Merapi meletus rumahku laku terjual. Aku berencana untuk tinggal di daerah Pakem. Tapi karena gunung Merapi meletus, semua mimpi hanyut terbawa lahar dan debu. Demikian juga dengan mereka. Tidak mudah untuk tinggal di tempat yang baru. Apalagi semua itu bukan sesuatu yang kita harapkan. Tapi apa mau dikata….

kandang ayam
Bersyukur, bahwa begitu banyak uluran tangan untuk para korban gunung Merapi. Banyak didirikan shelter bambu yang bisa menjadi tempat tinggal sementara bagi mereka. Dari pada tinggal di pengungsian terus. Mereka membutuhkan kehidupan yang wajar bagi satu keluarga. Memulai kehidupan lagi sambil menunggu kesempatan untuk bisa memperbaiki rumah mereka kembali.  Mereka juga diberi fasilitas untuk memelihara ternak, seperti kambing, sapi, ayam dan ikan.

Banyak orang bertanya, “mengapa harus kembali? Mengapa tidak pindah di tempat yang lebih aman?” Adakah pilihan yang baik untuk mereka? Atau mereka memang ingin kembali, karena merasa disinilah tempatnya. Dan mereka tidak peduli lagi bagaimana kalau terjadi letusan lagi. Bagaimana dengan masa depan anak-anak mereka? Kalau pertanyaan ini aku lontarkan, mereka tidak mampu menjawab. Seakan-akan memang di depan sana, tidak ada yang pasti untuk bisa dipilih.

kolam ikan
Shelter home, menjadi hunian lenggang di siang hari. Mereka hanya menempatinya malam hari. Dari pagi hingga malam, mereka kembali ke lereng merapi. Berjualan berbagai souvenir dan makanan. Menjadi ojek yang menawarkan jasa untuk mengantar pengunjung kemanapun mereka ingin pergi. Menyewakan motor trail untuk melewat medan yang keras dan terjal. Dan untuk rombongan ada jeep yang siap menjalani off road bersama pengunjung ke Lava Tour.
kandang sapi

Dan malam hari… mereka kembali ke rumah. Rumah untuk beristirahat, menatap hari esok yang tak pasti. Cukuplah hari ini saja untuk di syukuri. Hari esok menjadi rancangan Tuhan Yang Mahakuasa. Tempat berlindung dan mengadu segala resah dan lara hati.

Tuhan, semoga hujan yang turun tidak terlalu deras dan berangin. Sehingga air tidak masuk kerumah kami… melalui dinding-dinding bambu yang menjadi satu-satunya pelindung tubuh kami. Dan semoga esok hari Engkau memberi kelimpahan berkah sehingga kami bisa menjalani hari-hari kami dengan gembira dan penuh suka cita…

No comments:

Post a Comment