Pages

Friday, February 22, 2019

Bunyi dan Suara

Katanya, kalau sudah mulai usia lanjut seperti aku yang menuju usia angka 6, kalau bangun tidur nggak boleh langsung bangun. Harus tetap beberapa saat di tempat tidur. Supaya semua syaraf tubuh kita ikutan melek dulu, baru beraktivitas. Katanya...
Bagiku, ada baiknya diikuti. Toh aku tidak punya kegiatan yang mendesak. Dan entah mengapa sekarang ini kalau bangun sekitar jam 3 dini hari. Karena sudah cukup tidur atau mendengar bunyi dan suara di pagi hari.
Mari kita ikuti bunyi dan suara apa saja yang aku dengar setiap hari dan hari ini.

Setiap jam 3 pagi, belakang rumah mulai beraktivitas. Ada bunyi mesin giling. Orang memukul-mukul, seperti besi beradu dengan sesuatu. "petok.....petok...petok..."  suara ayam bergantian dan hilang. Ada suara orang mengobrol. Sepertinya keras tapi tidak jelas apa yang dibicarakan. Dibelakang rumahku itu tempat pemotongan ayam. Jadi setiap pagi aku dengar suara petok ayam yang dipotong.

Suara adzan di mesjid menandakan hari mulai terang. Diikuti suara sepeda motor yang mulai berseliweran di depan rumah. Sesekali suara mobil. "tik..tak..tik..tak" jam dinding mulai samar terdengar seiring banyaknya bunyi yang bersahutan di luar.

Bunyi "ting..tung" suara HP aku biarkan dulu. Aku membedakan suara panggilan HP untuk wa dari suami, anak wedok, anak lanang, group untuk kami berlima termasuk anak mantu. Iya, kami punya group untuk berkomunikasi dengan anak-anak dan mantu. Isinya seputar informasi kegiatan yang menyangkut kami ber 5. Kami terbiasa terbuka dan semua bebas mengemukakan pendapat. Misalnya ajakan makan atau nonton bareng, semua bisa usul mau kemana dan dimana, kemudian disepakati tempat dan waktunya.

Tiba-tiba aku mendengar suara batuk anak lanang. Yaaa... seminggu ini kedua anakku yang sekarang sepenuhnya mengelola perusahaan yang kami rintis, sedang mengalami pembelajaran yang luar biasa, sehingga lelah di pikiran, capek di fisik.

Pergi ke Jakarta kali ini, menguras energi dan pikiran. Bertemu seseorang yang bisa menyajikan masalah keuangan ke dalam bahasa yang mudah dipahami anak-anak muda. Supaya tidak sekedar suka uang tapi bagaimana mengelolanya dengan baik.
Anak-anak mendapat kehormatan untuk mendapatkan ilmunya. Sementara mereka juga menangkap kesempatan karena dia tertarik untuk memesan hasil produksi mereka.
Ada lagi pertemuan dengan pejabat OJK yang kebetulan suami dosen anakku dulu. Dosen ini yang dulu pernah menyewakan satu kamar seminggu untuk anakku tinggal di Washington DC, 12 th lalu. Masih sering kontak dan menjalin hubungan yang berkelanjutan hingga sekarang. Belum lagi dengan CEO website online yang dulu pernah mengelola Kopitiam, tempat aku launching buku, 7 tahun lalu. Entah kenapa kali ini semua seperti kembali terhubung dan bertemu dalam 2 hari di Jakarta. Mereka juga bertemu pengusaha muda ala Jakarta yang mau berbagi pengetahuan. Dulu hanya teman kuliah, sekarang sudah jadi pengusaha. Ada lagi seorang ibu yang menjual hasil seninya, bukan karena uang. Tapi karena kepuasan batin dalam menciptakan karyanya. Semua terhubung karena tertarik dengan usaha anak-anak.
Hanya dalam 2 hari mereka bertemu dengan orang-orang hebat. Terpesona dan asik mendengar cerita mereka menyerap berbagai pengalaman luar biasa. Bertemu dengan orang-orang yang memiliki pengetahuan tentang keuangan, bisnis yang sedang berkembang, bahkan bisnis yang idealis.
"otak rasanya penuh banget, ma". Kata mereka dengan muka yang kucel dan kelihatan capek sekali. "Tapi kami merasa harus sering get out ke Jakarta biar gak jadi anak yang terlena comfort zone tinggal di daerah" kata mereka dengan semangat. Aku pikir mereka kapok ternyata malah mendapatkan mood booster.
" just go!. mama yang ngeloni cucuku" kataku memberi semangat.

Suara berubah ketika sampai di tempat kerja anakku. Suara mesin las, mesin plasma untuk memotong plat, dan mesin grenda. Semuanya ramai bersahutan, tanda ada aktivitas yang dikerjakan.
Walaupun masih capek, mereka harus ke tempat kerja. Khusus hari Jumat menjadi super sibuk karena mempersiapkan gaji karyawan. Aku memang tidak bisa membantu banyak. Tapi dengan ada disini, mendampingi ketika pekerjaan menumpuk sementara fisik kelelahan. Membantu menyiapkan apa saja yang mereka butuhkan.

Kemudian aku tinggalkan tempat kerja untuk menjemput cucu di sekolah. Suara anak-anak yang ramai dengan celotehan dan teriakan memenuhi sekolah. Kebahagiaan yang tak ternilai buatku melihat langkah mungil dan wajah yang lucu, menggemaskan. Aku harus membelikan ice cream dulu supaya bisa aku tinggal setelah tiba di rumah dan aku kembali ke tempat kerja anakku. Mungkin anak-anak sudah tidak membutuhkan aku lagi, tapi dengan berada di sini, aku siap dan bersedia membantu.

Bunyi dan suara hari ini ternyata membawa kisahnya sendiri. Bagiku, banyak pilihan yang bisa aku ambil. Dan aku selalu mengambil pilihan dengan mempertimbangkan suara hati sebagai ibu. Sebetulnya hari ini, aku berangkat ke Jakarta untuk bertemu dengan teman-teman SMA. Aku lebih memilih menghanguskan tiketku untuk bisa berada di sekitar ana-anak. Walaupun hanya memberikan bantuan seadanya, dan ala kadarnya. Tidak banyak dan tidak penting. Tapi memberikan kenyamanan dan kebahagiaan untukku sendiri.

Bunyi "tik...tak... tik... tak" jam dinding mulai jelas terdengar ketika malam semakin larut. Suara kendaraan di luar tidak seriuh dan sesering siang tadi. Malam semakin hening untuk menghaturkan doa pendek.
"Terimakasih Tuhan sudah boleh mendampingi anak-anakku dan melihat mereka tumbuh".

Selamat malam, selamat beristirahat.
Biarkan bunyi nafas terdengar
sebagai penghantar tidur
menyambut mimpi

No comments:

Post a Comment