Pages

Thursday, February 7, 2019

Ketika Hening Diletakkan

Kisah 14 - Mengasah Nurani

Berkat ketekunannya, Inda diangkat menjadi pimpinan di kantor cabang Bandung. Hanya setahun tinggal di rumah mercusuar, mereka pindah ke rumah dinas. Rumah yang besar dengan halaman yang luas memberi keleluasaan bagi Hendra dalam berkarya. Pameran kadang di warnai pementasan yang melibatkan teman-teman sekompleks, bahkan juga warga sekitar. Hendra mudah sekali bergaul dan berteman dengan siapa saja. Seakan memiliki kepekaan untuk melibatkan diri dalam berbagai kegiatan sosial.

Suatu hari, tiba-tiba Hendra membelokkan mobilnya bukan ke arah pulang.
"lhoh... kita mau kemana?" tanya Inda heran.
"nggak tahu nih.. kita ikuti aja" jawab Hendra tenang.
Tiba-tiba mobil berhenti di sebuah Panti Asuhan. Seperti di arahkan ke suatu kegiatan yang sudah disiapkan sebelumnya. Bergabung dengan anak-anak panti asuhan, Hendra mengajar mereka menggambar. Selanjutnya menjadi hal rutin yang dilakukannya. Kebaikan hati seperti ini lah yang menyentuh hati Inda.

Dengan adik-adik dan keponakannya, sikapnya tidak berubah. Ketika ada rejeki yang dibelinya mobil Kijang, mobil keluarga. Yang bisa membawa banyak penumpang.
Kalau ada acara pergi ke luar kota, yang paling sibuk adalah Inda dan Hendra. Semua keponakan yang masih kecil-kecil maunya ikut mobil yang besar. Alhasil, semua kursi di belakang di singkirkan. Digelar kasur dilengkapati banyak bantal. Dan yang lucu, Inda harus menyiapkan botol susu dengan isi yang berbeda-beda, sesuai kebiasaan masing-masing. Ramai dengan celoteh anak-anak membawa kehangatan di hati mereka.

Belajar dari Hendra, adalah belajar menghancur leburkan kepentingan diri. Inda mulai terbiasa dengan segala hal yang dia lakukan untuk orang lain. Sedikit demi sedikit mulai paham bahwa hidup yang sesungguhnya tidak bisa dihitung dengan tepat seperti perhitungan rugi-laba. Dengan memberikan hati dan perhatian kepada orang lain, akan memberikan berkah yang tak terduga.

Ketika dulu tugasnya di bagian kredit, Inda pernah mendapat ucapan terima kasih dari salah seorang nasabahnya. Oleh Hendra, dana tersebut dibelikan hasil karya teman-temannya yang bagus dan kebetulan membutuhkan uang. Kemudian hasil karya tersebut diberikan kembali ke nasabah tersebut sebagai kenang-kenangan. Tidak menerima, tidak kehilangan, tapi memberi. Hendra mengajarkan banyak hal dalam mengasah nurani, mendengarkan isi hati.
"Hati yang murni akan mengajak kita berbagi. Melakukan hal-hal yang baik bagi orang lain. Semakin banyak kita berbagi, semakin banyak kita menerima. Jadikan diri saluran berkat dari Tuhan".

 Rumah dinas yang besar sering kedatangan tamu, baik dari dalam maupun luar negri. Kadang hanya sekedar berkunjung. Beberapa ada yang menginap bahkan sampai 3 bulan untuk menyelesaikan karya yang akan dipamerkan.

Inda mengenang saat 2 bulan tinggal di Kyoto Jepang. Merawat Hendra yang sakit. Beruntung dalam waktu 10 hari Hendra sudah sehat dan kembali beraktivitas. Sisa waktu yang masih panjang dinikmatinya sebagai ibu rumah tangga. Saat itu ada komunitas Indonesia yang sering berkumpul berbagi infomasi. Apartemen Hendra juga berpenghuni banyak. Lantai atas terdiri dari kamar berderet-deret. Lantai bawah untuk dapur, ruang tamu, ruang cuci dan kamar mandi. Tapi jumlahnya banyak sehingga tidak perlu antri. Lantai bawah menjadi tempat mereka berkumpul, memasak dan bercerita.
Kamogawa, tempat Inda diam semeleh (ft:Yongkie Hurd)
Kalau Hendra pergi ke kampus, Inda akan berkeliling Kyoto dengan sepeda. Menikmati pemandangan yang indah dan luar biasa bersih. Udara yang dingin sering membuat gigi bergemeletuk ketika bersepeda. Tempat favoritnya adalah Kamogawa, atau Kamo River. Duduk di tepi sungai diam semeleh, memberikan rasa yang tak terlukiskan. Teman-temannya ramah dan sangat membantu. Di saat mereka libur, bersama-sama naik kereta ke Osaka, Nagoya dan Tokyo.
Ketika berkunjung ke rumah Prof. Kawasaki di Shigaraki (sentra keramik di Kyoto), Inda memasak sate ayam dengan bumbu kacang yang tidak pedas. Sebagai gantinya dia diajari memakai kimono lengkap.

Pengalaman indah 2 bulan di Jepang, bergaul dan mengenal teman-teman Hendra, membuat Inda terbiasa menerima mereka di rumahnya. Saling berbagi, saling memberi. Bercanda dan bercerita di sore hari.
Inda mulai terampil menyiapkan segala sesuatunya. Mengatur waktu untuk pergi ke kantor dan menjadi koki gadungan.
"lhoh kok koki gadungan?"tanya Hendra geli.
"iya nih... mesti dimaklum kalau nggak enak ya. Lumayan grogi kalau masak buat banyak orang..." sahut Inda sambil membantu bibi menyiapkan bahan-bahan yang akan dimasak.
"pasti enak!!" kata Hendra sambil mengecup pipinya sekilas. Sejak tinggal di rumah mercusuar hingga pindah ke rumah dinas, Hendra tidak canggung lagi menunjukkan perasaannya. Menggandeng, memeluk dan mencium pipi bukan sesuatu yang mahal lagi.

Di saat senggang mereka juga mengajak semua tamu bepergian keliling Bandung.
Tamu yang tinggal bersama mereka membawa suasana yang hangat dan menyenangkan. Inda merasa kehilangan ketika mereka semua kembali pulang. Dan dalam rumah yang besar hanya tinggal mereka berdua. Sepi melanda...
Bersambung...




No comments:

Post a Comment