Pages

Friday, February 8, 2019

Ketika Hening Diletakkan

Kisah 15 - Karunia Terindah


 Sulit menggambarkan bagaimana perasaan mereka ketika bayi mungil cantik itu ada dalam pelukan. Sari menjadi panggilan sayang. Wajahnya yang cantik lucu belum bisa menggambarkan mirip siapa. Bapak atau ibunya. Seperti komentar setiap orang yang datang berkunjung,
"mirip siapa ya?"
"mirip bapaknya, tapi juga mirip ibunya" ya iyalah.. kan memang perpaduan berdua.

Sari, Sari dan Sari sungguh merubah hidup mereka. Hendra seperti orang jatuh cinta. Seluruh perhatian, cinta dan kasih sayang tercurah ke bayi mungilnya. Disiapkannya box bayi dengan lampu di bawahnya, mengusir udara Bandung yang dingin. Semua peralatan bayi sudah disiapkan sebelum Sari tiba di rumah.
Sari menjadi ratu, menyisihkan Inda dan ibunya. Inda sering mentertawakan kelakuan Hendra yang kadang berlebihan.
Bibi yang menjaga Sari bercerita. Ketika Inda berangkat ke kantor dan Hendra juga bersiap berangkat ke kampus, mengendarai mobilnya keluar pagar. Tiba-tiba berhenti. Dia kembali masuk hanya untuk menggendong Sari berkeliling rumah. Seakan tidak ingin berpisah sekejap pun.

Kebiasaan menjemput ibu, kemudian ke kantor Inda, berkeliling Bandung dan makan malam bersama masih berjalan. Bedanya, ada Sari dalam pelukan. Dibawa kemana-mana.
Hendra menjadi kerasan di rumah. Kalau ada tugas keluar kota, diusahakan pagi berangkat, pulang petang. Waktu buat Sari menjadi sangat berharga baginya. Keterikatan dengan bayi mungil tak berdaya memberi ikatan kuat untuk merasakan kepasrahan, kepercayaan, semeleh total dalam dekapannya.

Hendra dalam pencarian "sejatining urip" banyak berguru ke berbagai sumber. Sumber tradisional dan modern, hanya untuk tahu dimana dia berada dan apa yang harus dilakukan untuk sampai pada titik semeleh dan memberikan ruang yang luas kepada Sang Khalik untuk berkarya.
Sari yang nampak damai dalam tidurnya, polos dan suci. Menyerahkan hidupnya dalam pelukan tangan Hendra. Di tangannya sendiri. Seakan Hendra diberi kekuasaan penuh terhadapnya. Kekuasaan untuk mencintai dan mengasihi.
Apa artinya pengembaraannya selama ini, kalau jawaban yang dia cari ada dalam diri bayi bernama Sari. Mencintai dan mengasihi Sari hanyalah belajar diam, hening dan mendengar. Seorang ibu memiliki sifat naluriah untuk memahami bayinya, karena mereka memang sudah terikat sejak dalam kandungan melalui tali pusar. Sebagai bapak keterikatannya bersumber hanya pada awal mula bayi itu ada.
Setelah banyak belajar dari para "eyang" yang menuntunnya untuk memahami makna kehidupan, kini Hendra sebagai bapak belajar dari putri kesayangan dan ratu dihatinya, Sari. Dalam hening dia mendengar suara tangis yang berbeda-beda. Memberikan tanda haus atau lapar, ketidak nyamanan karena popok basah. Atau sekedar belajar berinteraksi dengan sekitar melalui celotehnya yang lucu. Rasa haru mengalir hangat di hatinya.

Mengikuti pertumbuhan Sari dari hari ke hari melahirkan rasa yang berbeda. Bertahun-tahun dia bergelut dengan benda mati. Dihidupkannya dalam karya seni yang diakui di dalam dan luar negeri. Kini di pelukannya ada ciptaan Tuhan yang hidup. Tumbuh dan semakin hari semakin mencuri hatinya. Dari bayi yang sepenuhnya bergantung pada orangtuanya, hingga mulai belajar berguling, duduk, merangkak dan berjalan. Kemandirian sedikit demi sedikit muncul seiring pertumbuhannya. Dari bibirnya yang mungil, semula hanya ada tangis, hingga senyum tanpa suara. Kemudian menjadi celotehan tanpa arti. Suatu saat nanti, akan menjadi ketrampilan menyampaikan sesuatu, bahkan berdebat dengan orangtuanya. Hendra tidak sabar menantikan saat itu tiba.

Saat ini dia baru bisa menatap matanya yang bulat bening. Mata Inda.
Tiba-tiba hatinya berdegub kencang. Mata Inda, mata Sari. Mereka sama. Kenapa aku tidak menyadarinya selama ini? Inda sudah sejak remaja dia kenal, mengapa baru sekarang dia memahaminya?
Bertahun-tahun dia bergulat dengan benda mati untuk mencari harmoni kehidupan. Menggali ilmu yang bisa menggabungkan hal-hal duniawi dan spiritual. Tapi dia melupakan hal yang penting, yaitu hidup itu sendiri. Hidup yang sekarang baru dia sadari lewat mata Inda dan Sari, yang bening, lugu dan tulus. Ya Tuhan, apa yang sudah aku lakukan selama ini?


Bersambung...

No comments:

Post a Comment