Sari membawa perubahan dalam diri Hendra. Pelan dan tersamar, tapi Inda bisa merasakan perbedaanya. Kesibukannya hanya berpusat di kampus dan satu pameran di Jakarta. Sepertinya tidak terlalu tertarik untuk pergi. Dia lebih senang di rumah bermain dengan Sari. Bahkan ada satu hari telpon di kantornya tidak berdering seperti biasa. Aneh. Tidak biasanya seperti itu.
"hai.. kok tumben nggak jemput" Inda berinisiatif telpon ke rumah.
"Sari bobo, ngga tega mau bangunin" bisik Hendra di seberang.
"ibu bagaimana? nanti ditunggu-tunggu lho" kata Inda lagi, mengingatkan.
"tadi sudah aku kabari" jawabnya pendek. Baiklah, Inda pulang diantar mobil dinasnya. Mampir sebentar membeli makanan kesukaan Hendra. Tersenyum simpul. Hebat sekali Sari, bisa mengubah kebiasaan yang sudah bertahun-tahun mengakar.
Hendra lebih hangat dan tidak segan-segan menunjukkan rasa sayangnya ke Inda. Memeluk dan mendekapnya sambil nonton TV setelah Sari tidur. Bahkan tidak segan menggandeng tangan atau melingkarkan tangan di bahunya ketika keluar dari kantor Inda. Tangan lainnya menggendong Sari. Menelpon dan mengajak jalan-jalan ibu tidak lagi seketat dulu.
Hendra terlihat segar, sehat dan bahagia. Menikmati hari-harinya dengan keceriaan yang dulu jarang tersirat dalam kesehariannya.
Baju-baju baru yang dibelikan Inda menumpuk karena tidak dipakai. Kali ini Hendra memakainya. Bergantian setiap hari. Sampai ada teman dosen kampus yang berkomentar.
"wah bajunya baru terus, lagi banyak uang ya..."
Hendra juga bercerita, dia lagi pingin nraktir teman-teman dosen.
"ya sebagai ucapan terimakasih. Selama ini mereka sebetulnya mendukung aktivitasku ketika harus pameran kemana-mana" Inda menyetujui. Sangat baik sesekali ngajak mereka makan bareng. Makanan menjadi media terbaik untuk mempererat hubungan.
Malam itu, sambil berpelukan nonton TV, Hendra berkata,
"ada liburan Isa Almasih, kita ke Semarang yuk. Itu hari Jumat. Ambil cuti sehari, kita bisa agak lama di Semarang"
"hah... tiba-tiba banget. Aku Sabtu ada rapat koordinasi. Memang diambil pas hari libur, biar nggak keganggu kerjaan. Gimana?' jawab Inda masih kaget dengan ide mendadak yang dilontarkan Hendra.
"sudah lama nggak ke Semarang. Pingin pamer Sari ke bapak ibu. Kan sudah lumayan besar untuk diajak pergi jauh,"
"Lagi pula pingin lihat rumah sebelah bapak ibu. Kata ibu mau dijual. Lumayan besok buat masa pensiun, jadi dekat bapak ibu." lanjut Hendra.
"ya ampuun Hen.. pensiun masih lama banget. Lagian kayak lagi kaya aja. Mau beli rumah" kata Inda sambil tertawa.
"Jual aja mobil kijangku itu." hah... mulai ngaco rupanya. Melihat ekspresi Inda, Hendra melanjutkan.
"iya gapapa. Misalnya nanti nggak suka dengan rumah itu, ya buat tabunganmu aja".
Inda mengabaikan usulan Henda soal menjual mobil untuk membeli rumah di Semarang. Pikirannya langsung dipenuhi rencana ke Semarang. Berarti dia harus mengambil cuti 1 hari untuk Kamis, Jumat tanggal merah libur Isa Almasih, Sabtu bisa kembali ke Bandung untuk Rapat Koordinasi.
Karena hanya bertiga, Hendra menyiapkan mobil dinas Inda, dirancang supaya Sari bisa tidur di belakang dengan nyaman. Jendela mobil bagian belakang dipasangi gorden supaya Sari tidak kepanasan. Semangat dan bahagia menyambut perjalanan pulang.
ayo nak... kita ke tempat eyang kakung dan eyang putri |
No comments:
Post a Comment