Pages

Tuesday, March 12, 2019

10.254 miles, 22 states, in 63 days

2. Sebuah Koran yang Tertinggal

Awalnya Yongkie ke USA untuk belajar th.1977. Dia ingin mempelajari Graphic Design di Los Angeles. Setelah menetapkan hati untuk nantinya tinggal di USA, dia mengikuti saran konsultan untuk bekerja. Di jaman itu untuk memperoleh green card (kartu ijin tinggal) tidak sesulit dan seketat sekarang. Bahkan oleh USA, green card di buat lotre. Setiap 5 tahun sekali semua orang di dunia boleh mendaftar. Bagi yang beruntung mendapatkan lotre bisa langsung memperolah green card untuk tinggal di USA.
Atas saran ini,  dia membuka toko sandwich dan ice cream. Hanya sebuah toko kecil. Mungkin kalau di Indonesia bisa digambarkan seperti warung atau angkringan. Masih bisa ditangani mereka berdua.

Karena belum memiliki karyawan, maka sore itu Yongkie membersihkan meja yang selesai dipakai pengunjung. Dia menemukan koran yang tertinggal di meja. Setelah menyimpan koran tersebut, dia melanjutkan merapikan dan membersihkan semua meja.
Koran tersebut menjadi perhatiannya, ketika pelanggan belum datang. Dibacanya semua berita hari itu, dan tiba-tiba dia melihat pengumuman dari Presiden Ronald Reagan waktu itu, bahwa bagi yang pernah memiliki visa pelajar  bisa mendapatkan amnesty untuk mendapatkan green card.

Bagaikan pucuk dicinta ulam tiba, dia segera melihat visa pelajarnya dan ternyata sudah expired 7 tahun lalu, karena visa pelajarnya tidak diperbarui sejak 1979. hhhmmm... bandel juga dia.
Yongkie melihat peluang dan pantas untuk dicoba. Menjadi penduduk illegal membuatnya was-was tinggal di USA. Bisa sewaktu-waktu dipulangkan. Ini saatnya bisa mendapatkan green card seperti yang diidamkan. Maka pergilah dia ke Imigrasi untuk mulai proses mendapatkan green card.

Persyaratan untuk proses tersebut, salah satunya adalah cek kesehatan. Sangat mengejutkan karena hasil x-ray menunjukkan kalau di dadanya ada sesuatu yang terlihat seperti bayangan putih. Dada yang sehat biasanya terlihat hitam di x-ray. Ada benjolan seperti bola di sebelah luar kanan paru-paru. Setelah diperiksa lebih lanjut ternyata tumor.

Seperti naik roller coaster, emosi yang sebelumnya meningkat dengan kegembiraan ada kesempatan mendapatkan green card, kemudian terpuruk karena ada benjolan tumor di paru-paru yang harus diangkat. Pemberian green card terpaksa ditunda.
Perhatian terpusat pada upaya menghilangkan tumor dan pemulihan kesehatan,  hingga tumor dipastikan  benar-benar tidak tumbuh lagi.

Dengan bantuan City of Hope yang berpusat di Los Angeles, sebuah Pusat Kesehatan Nasional khusus kanker, diputuskan Yongkie harus dioperasi untuk mengambil tumor,  baru sisa tumor dihilangkan dengan kemoterapi.

City of Hope di Los Angeles
Takut?. Ya jelas. Siapa pun menghadapi operasi besar untuk mengambil benjolan di dada, pasti ada rasa takut. Seperti mimpi buruk, membayangkan bagaimana kalau biusnya tidak berfungsi sehingga dia bisa merasakan bagaimana dadanya di buka dengan pisau bedah. Bayangan ini membuatnya berkeringat dingin setiap kali bangun tidur. Berusaha sadar dan tetap berpikir positif, Yongkie selalu menyapa "good morning" terlebih dahulu setiap kali dokter datang berkunjung.
"I think I supposed to say that" kata dokter membalasnya dengan tersenyum. Sebuah sapaan yang membawa aura positif dalam ruangan.

Proses penyembuhan setelah operasi yang berjalan lancar adalah rangkaian kemoterapi yang harus dilakukan. Sebuah perjalanan panjang menuju kesehatan kembali normal. Mengaduk emosi yang kadang menimbulkan kekawatiran, "apakah aku akan mati muda?" sering muncul dalam pikirannya. Waktu itu Yongkie baru 29 tahun. Sebesar apa pun upaya untuk berpikir positif, namun bayangan kematian sering muncul mengganggu hati dan pikirannya. Dengan bantuan dan pendampingan Pokie yang setia, dalam waktu beberapa bulan akhirnya dia dinyatakan bersih dari tumor.

Terimakasih Tuhan. Dan ketika temporary green card (karena melalui program amnesty berlaku 18 bulan) didapatkan, dengan segala kegembiraan dia mencium lantai imigrasi sebagai rasa syukur. Tuhan tidak pernah meninggalkannya. Bagaimana menjelaskan ini semua? kalau tidak ada koran tertinggal di meja, dia tidak mendapatkan berita tentang amnesty green card. Kalau dia tidak menjalani tes kesehatan sebagai syaratnya, dia tidak tahu kalau ada tumor di paru-parunya. Karena sebelumnya memang tidak merasakan apa-apa. Misteri kehidupan.

Rasa syukur inilah yang membuat Yongkie ingin berkeliling ke semua negara bagian di USA.
Kebanyakan para pendatang yang tinggal di sekitar Los Angeles (LA), menganggap Las Vegas, San Diego, San Francisco, Grand Canyon dan Yosemite adalah Amerika. Yongkie mau melihat lebih. Kaulnya,  mengunjungi semua negara bagian di Amerika.

Jiwa muda, penuh semangat dan dengan energi masih berlimpah, merancang perjalanan pertama hanya berbekal mobil dan tenda. 5 September - 7 November 1988,  menjadi awal perjalanan keliling 22 negara bagian.

Bersambung...


2 comments: