sahabat setia... dulu hingga kini |
Kalau tidak ada sms masuk dan bertanya "alamat mbak Lilik dimana? mau kirim undangan ulang tahun Kanisius..", aku tidak ingat kalau Penerbit Kanisius mau berulang tahun. Karena waktu sudah mendesak, aku membalas sms dengan "kirim saja lewat email".
Dan undangan kuterima, untuk mengikuti misa akbar ulang tahun Penerbit Kanisius ke 90.... wooow... nggak terasa sudah sampai 90 th usianya. Makin mantabkah... atau malah renta??
Harapanku... haruslah mantab... kalau tidak... hhhmmm... gimana dong uang pensiunku hahahaha....
Walaupun sudah berdandan rapi... toh selalu merasa tidak pede untuk bertemu dengan teman-teman lama... tapi rasa kangen mengalahkan segalanya. Dan pagi itu, aku berangkat ke Jogja untuk menghadiri pesta ulang tahun.
Begitu tiba, bersamaan dengan dimulainya misa yang dipimpin 9 romo.... bener-bener misa akbar...
Tempatnya di halaman yang rindang dan luas, cukup untuk menampung 400 lebih karyawan dan pesiunan.
Suasana sudah hikmat, ketika aku datang, tapi tetap saja disambut teman-teman dengan pelukan kangen, cipika-cipiki... lambaian tangan dan senyum di kejauhan....
Agak grogi juga karena menjadi perhatian banyak orang... terlambat lagi....
Setelah misa... barulah bisa bertegur sapa, bersalaman, sekali lagi dihujani dengan pelukan dan cipika-cipiki.Sudah 6 tahun sejak aku mengajukan pensiun dini. Kehadiaranku masih disambut dengan antusias.. komentarnya selalu sama "kok tambah muda...." kalau aku bilang "kalau setiap tahun dibilang tambah muda... sekarang umurku berapa jadinya...." dan mereka tertawa " ABG mbak..." Anak Baru Gede maksudnya..... hahaha....
Acara dilanjutkan dengan berbagai sambutan, tari-tarian, dan pembagian hadiah bagi karyawan yang telah berkarya 25 tahun...
Aku memilih untuk menunggu di showroom Kanisius, tempat aku dulu berkarya. Ngobrol dan bercanda dengan teman-teman sambil melayani tamu. Setiap tamu mendapat hadiah satu buku, dan kue ulang tahun...
Tiba-tiba seorang temanku berlari tergopoh-gopoh....
"mbaaaaakkkk... ayooo cepet... setor muka.... mbak Lilik dapat doorprize mesin cuci... kalau dihitung 3 kali nggak muncul bisa hilang...." HAAAH.....
Ikut tergopoh-gopoh aku berlari ke lapangan... masih dengan heran dan tidak percaya.... masak???
Tapi belum sampai setor muka... aku sudah dihujani selamat, dan juga peluk cium lagi......
Aku terharu. Mesin cuci, hadiah besar kedua, setelah TV 29 inci. Luar biasa!!... aku masih keheranan dengan keberuntungan ini... hingga benar-benar nggak bisa komentar. Hanya bisa ketawa-ketiwi... nggak jelas!.
Dua tahun lalu, aku juga mendapat doorprize berupa Salib. Entah mengapa selama dua tahun berikutnya, aku harus menyandang salib yang berat. Walaupun berat... akhirnya bisa juga kubawa dan kuhantarkan di puncak bukit Golgota. Dan semua penderitaaku di lebur bersama penderitaan Yesus yang teramat memilukan.
Kini, hadiah yang kudapat adalah mesin cuci. Perjalanan hidupku masih terbentang luas di hadapan, yang tidak mungkin aku ramalkan apa yang akan terjadi....
Tapi, bagaimana kalau aku mengartikannya begini...
Sebuah mesin cuci... pastilah maksudnya untuk membersihkan pakaian yang kotor. Bukankah ini sebuah pesan yang indah. Membersihkan diri... dari segala kotoran.
Kebetulan mesin cuci ini memiliki 2 tabung. Artinya, walaupun dengan mesin yang pasti lebih mudah dan ringan, toh tetap dibutuhkan kewaspadaan, kapan airnya harus dimatikan dan dinyalakan. Kapan pakaian harus dipindahkan untuk di keringkan di tabung kedua. Berbeda dengan mesin cuci satu tabung. Yang semua serba otomatis. Asal detergen dan cairan pewangi sudah dimasukkan di tempat yang sudah disediakan, tinggal pencet tombol. Semua akan berjalan otomatis... tahu-tahu sudah selesai.
Mesin cuci 2 tabung, justru mengingatkanku bahwa pemurnian diri, tidak bisa otomatis terjadi. Harus disertai kewaspadaan, dan tindakan yang benar. Kalau baju dibersihkan dengan detergen... maka untuk menyucikan diri, detergennya adalah doa. Dan... doa saja tidak cukup. Harus diikuti dengan tindakan yang positif.
Sebuah pesan dan tantangan yang indah buatku untuk melangkah ke depan, semoga Tuhan mendampingi dan membimbing tanganku untuk dapat melaksanakannya dengan benar dan sesuai dengan kehendakNya.
Selamat ulang tahun ke 90 Penerbit Kanisius... semoga doa kami semua menyatu, menghantar permohonan supaya kapal layarnya semakin kokoh dan kuat mengarungi laut lepas.. dan selalu dilindungi Tuhan saat menghadapi badai dalam menjalankan misi mulia bagi gereja dan dunia pendidikan. Amin.
PF. 26 Januari 1922 - 26 Januari 2012
PF. 26 Januari 1922 - 26 Januari 2012