Pages

Sunday, January 22, 2012

Sambal Parmi

menu harian
Menu makanan sehari-hari yang disedikan Parmi di sini cukup sederhana. Selalu ada sayur, tempe, tahu dan telur. Ikan hanya kalau kebetulan Saipan berhasil melaut dan pulang membawa hasil. Ayam termasuk makanan mahal dibandingkan ikan tentu saja. Kalau di kota sekilo 20 ribu, disini ayam mentah sekilo bisa mencapai 24 ribu.



ibu-ibu berbelanja
Penjual sayur datang setiap pagi. Memudahkan ibu-ibu mendapatkan bahan makanan untuk dimasak, tanpa harus ke desa terdekat yang jaraknya 6 km.
Ada 2 orang penjual sayur. Paling pagi seorang ibu yang langsung mangkal di sebelah rumahku. Ibu-ibu berdatangan untuk berbelanja. Semua dagangan di letakkan di meja bambu, sehingga pembeli bebas memilih. Seperti warung “tiban” (datang tiba-tiba, kemudian hilang lagi), istilah disini. Penjual sayur yang datangnya lebih siang, adalah seorang bapak. Walaupun pagi sudah berbelanja, tapi ada saja yang membuat ibu-ibu tergoda untuk membeli ini itu lagi. Seperti pagi ini, Parmi membawa pulang 2 ikat rambutan. Katanya murah. Hanya 5000, dua ikat.

Jam 9.00 pagi, Parmi sudah selesai memasak. Dia orang sibuk yang pernah kulihat. Tidak pernah berhenti bergerak. Selesai masak, dia akan membersihkan rumah dan mencuci baju. Motor di siapkan untuk pergi ke desa. Ada saja keperluannya. Dari membeli bahan makanan yang sudah habis, yang tidak bisa diperoleh di penjual sayur, sampai membeli bahan bangunan untuk memperlancar pembangunan kamar di rumahku.
Kalau semua sudah tersedia, dia akan menunggu warung atau persewaan kamar mandi disaat pantai banyak dikunjungi orang. Kalau dirasa sepi, dia akan pergi ke desa, mengirim makan untuk anaknya, atau apa lah… sepertinya ada saja yang dia lakukan.
Ketika aku ada disini, kalau dia tiba-tiba menghilang tanpa pamit, aku lah yang menjadi penjaga warung dan kamar mandi. Akibatnya, dua kali memberi harga yang salah ke pengunjung yang membeli Aqua. Parmi ngotot tidak mau memberikan daftar harga barang-barang dan makanan yang dia jual di warungnya.  Ketika aku salah memberi harga, dia tetap dengan tenang menjawab,
“mboten napa-napa…” nggak papa…. Yaah… gimana mau untung kalau seperti ini ya???

Lama-lama aku menjadi terbiasa dengan kehidupan di sini. Setiap jam makan, Parmi biasanya menyediakannya di meja makan. Tapi, aku lebih senang masuk ke dapur dan memilih sendiri makanan yang aku suka. Lagi pula aku makan ketika lapar dan hanya secukupnya.
Yang penting ada sambalnya Parmi. Sepertinya biasa saja. Cabe, brambang, bawang, sedikit trasi digoreng. Setelah itu di lembutkan di cobek dan ditambah gula jawa sedikit. Pedasnya sangat terasa. Campuran brambang, bawang, trasi dan gula yang hanya sedikit justru membuatnya enak dan lezat. Nasi panas, tempe atau ceplok telur saja sudah sangat nikmat kalau dimakan dengan mencolek sambalnya Parmi..... hhhmmm mak nyuuuss... beneran!!!


Ini bukan kami saja yang merasakan. Suatu kali ada turis asal Thailand, yang begitu senang dengan sambal Parmi. Akhirnya minta dibuatkan dan dibawa semua secobeknya!!. Katanya mau dibawa ke Thailand. Entah berhasil atau tidak melewati screening di bandara. Hhhmmm keren juga ya… kalau sambal dan cobeknya bisa terbang ke Thailand. Kisah yang sangat membanggakan bagi mereka dan sering diceritakan berulang-ulang….

No comments:

Post a Comment