Pages

Saturday, January 21, 2012

aku dan AKU

Setelah 3 jam, genset mati. Itu berarti kegelapan mulai menyelimuti. Sebetulnya ada satu teplok yang disiapkan suamiku untuk pengganti penerangan setelah genset mati. Tapi mudah mati karena angin yang kencang. Setiap kali mendekati jam 21.00, lap top dan Hp yang sudah terisi penuh baterainya aku masukkan ke kamar. Sebetulnya aku bisa menghidupkannya dan mendengarkan musik untuk penghantar tidur. Tapi sayang kalau baterainya habis.

Kegelapan tidak selamanya gelap. Sebentar kemudian aku melihat sinar di sela-sela atap kamar yang berlum di iternit. Biarlah… toh mataku mulai terbiasa dalam gelap. Di rumah Wedi pun, aku terbiasa tidur dalam gelap. Suara zulu yang mendengkur, debur ombak di kejauhan sayup-sayup terdengar. Inilah musik penghantar tidurku.

Apa yang bisa aku lakukan di menit-menit ketika aku masih terjaga. Terlentang tanpa bantal, aku meluruskan badan. Membiarkan tubuh dalam posisi yang lurus, datar. Sedatar kasur busa yang agak keras. Aku mulai melepaskan semuanya melalui setiap nafas yang kutarik dan kuhembuskan. Seseorang mengajariku untuk bernafas melalui perut, supaya seluruh tubuhku santai.

 Dan aku menyapa AKU:
Aku : “mengapa aku disini?”
AKU: “bukankah ini yang kamu inginkan?”
Aku: “iya sih… ini keputusanku sendiri. Karena aku merasa jenuh dan kosong ”
AKU: “ya sudah, dinikmati saja. Apakah kamu merindukan rumah”
Aku: “hhhmmm… enggak juga. Aku merindukan internet dan sinyal HP yang full terus. Disini aku harus naik dulu ke de Crabs untuk bisa melihat email, facebook dan sms dengan teman-teman”
AKU: “bukankah itu bisa kamu lakukan sewaktu-waktu… tinggal naik saja ke bukitnya de Crabs.. dan kamu bisa sesukanya disana… sepuasmu”
Aku: “iya sih… ah… rasanya aku cuma cari-cari alasan ya… sebetulnya semua baik-baik saja disini. Tinggal aku yang harusnya melakukan sesuatu selama disini. Tapi apa?”
AKU: “katanya mau mencari inspirasi untuk menulis?”
Aku: “iya… hari ini bahkan aku sudah menulis 7 judul”
AKU: “nah… bagus khan… sudah dapat 7, dalam waktu 2 hari saja. Nggak usah buru-buru. Masih banyak hal baru yang akan kamu temui disini. Banyak hal bisa ditulis. Bukalah mata, telinga dan hatimu”
Aku: “hhhmmm iya… kenapa aku selalu ingin terburu-buru… ingin cepat selesai…”
AKU: “iya… kamu kurang belajar dari hidup. Lihatlah bagaimana kamu merenda. Setiap kamu sudah berniat membuat satu renda. Memulainya, pelan tapi pasti… akhirnya selesai juga kan??... coba lihat lagi semua karyamu. Sudah banyak dan bagus-bagus. Tidakkah kamu heran, bagaimana dulu prosesnya hingga akhirnya bisa selesai. Butuh niat dan ketekunan khan? Dan kamu sudah memilikinya?”
Aku: “hhhmmm… iya…”
AKU: “lihat lagi naskah bukumu yang pertama. Walaupun butuh waktu lama, akhirnya selesai juga. Tinggal menunggu terbit”
Aku: “betul…betul…ternyata aku sudah menyelesaikan banyak hal. Termasuk menghantar anak-anakku hingga lulus dan bekerja”.
AKU: “bersyukurlah… diusiamu sekarang, kamu tinggal memikirkan dirimu sendiri. Bahkan suamimu juga tidak menuntut banyak darimu. Dia memberikan dukungan penuh untuk semua yang ingin kamu lakukan. Bersyukurlah bahwa perjalanan hidup ini akhirnya bisa dilalui… rantai demi rantai… langkah demi langkah. Kamu mesti sudah bisa melihat bagaimana AKU merenda hidupmu. Indah khan?”
Aku:”hhhmmm… aku jadi malu. Kenapa mesti bertanya terus padaMu”
AKU: “itu bagus. Karena artinya kamu tidak tahu. Dan kamu tidak perlu tahu. Aku hanya ingin kamu tahu, bahwa AKU selalu menyertaimu, membimbingmu dan mencintaimu… percayakah kamu padaKu?”
Aku: “iya… aku percaya. Engkau sudah membuktikan semua padaku. Terimakasih untuk semua ini. tanpaMu, mana mungkin aku bisa melakukan ini semua”
AKU: “baiklah… beristirahat sajalah. Nikmatilah semua karuniaKu.. esok dan selamanya”
Aku: “terimakasih. Selamat malam”

Tiba-tiba alarmku berbunyi. Jam 4.30. tidurku nyenyak semalam. Sekali-kali aku mendengar angin keras yang menembus keras langit-langit kamarku. Tapi, aku tidak peduli. Indahnya pembicaraan semalam denganNya. Aku masih malas bangun, karena di luar masih gelap gulita. Barulah satu jam kemudian, aku benar-benar terbangun. Ayo zulu…. Jalan-jalan.. dan ekornya mengibas keras… dengan sukacita dia bangkit… ayo buuuu…..

Di pantai… laut baru surut. Pantai terlihat luas dan tenang, tanpa angin. Setelah puas berjalan kesana-kemari. Aku duduk di pasir yang masih basah. Zulu ikut berbaring di sebelahku.
Kutatap ombak yang tak pernah berhenti bergerak. Walaupun tidak ada angin, deburnya selalu sampai ke pantai. Tidak pernah bosan, tidak pernah lelah. Hanya Tuhan yang bisa menghentikan semua ini. Seperti halnya hidup kita. Kita tidak boleh berhenti… harus terus bertekun menjalani hidup. Tak ada yang berhak sedikitpun menghentikannya selain Tuhan, Sang Pencipta.
Selamat pagi Tuhan, selamat pagi hari baru.

No comments:

Post a Comment